Alexa Alvarez, seorang gadis yang tomboi, ceria, ahli bela diri, jenius tapi sangat ceroboh.
Javier Hernandez, tunangan asli Alexa yang belum pernah ditemuinya, Zaidan Hernandez, pria datar, kejam dan arrogan, Dia CEO ZH, Crops, yang juga Paman Javier, dan pria yang tidak sengaja tidur dengan Alexa.
Sampai suatu saat, Alexa salah mengenali, Zaidan sebagai tunangannya dan Javier sebagai CEO ZH, Crops.
Kisah mereka pun dimulai, antara Alexa, Zaidan dan Javier yang salah target.
Bianca, adik sepupu dari Javier, musuh dalam selimut Alexa.
Bianca orang yang hidup kembali, jadi Dia tahu cerita selanjutnya, yang selalu berusaha untuk membunuh Alexa agar bisa menjadi Nyonya besar Hernadez.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vhiy08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Visual, Lexa Sang Quin Iblis Dari utara
Alexa Alvarez, 18 Thn, putri sah keluarga Alvarez.
Visualnya anime, tapi jika menurut pembaca kurang cocok, silahkan mencari yang cocok sesuai dengan imajinasi kalian... Selamat berimajinasi...😁
Kenzo Hernandez, 26 Thn, CEO ZH Crops, putra bungsu generasi kedua keluraga Hernandez.
Javier Hernandez, 21 Thn, kepala cabang ZH Crops, cucu tertua generasi ke 3 keluaga Hernandez.
Arleta Alvarez, 18 THN putri kedua keluarga Alvarez.
*
*
*
"Kak... Ada apa dengan suaramu? Apa kau kesakitan? Apa kau tidak meminum obatmu hari ini? Atau obatmu kehabisan?" Tanya Han beruntun saat mendengar suara Alexa saat mengangkat panggilan telpon darinya.
"Obat terakhir sudah gue minum 3 hari yang lalu," Sahut Alexa santai.
"Astaga... Kak, cepat turun, aku akan menjemputmu dalam waktu 5 menit." Sahut Han dengan suara yang terdengar panik.
"Kak... Turunlah aku ada dibawah." Ucap Han lagi.
"Gue masih bisa menahannya, jadi Lo gak usah terlalu khawatir, tenang... Gue baik-baik saja... Oke..." Ucap Alexa lembut sambil menepuk bahu Han pelan dan tersenyum menenangkan.
"Kita ketempat apotik kecil digang itu. Itu pusat segala obat-obatan baik herbal ataupun yang farmasi." Ucap Han sambil membukakan pintu mobil Maybach hitamnya untuk Alexa.
####
"Ini tempatnya," Ucap Han setelah menepikan mobilnya.
"Kakak masuk saja kedalam, aku akan menerima telepon dulu," Ucap Han sambil menunjukan ponselnya dan berjalan menjauh dari sana.
Tuk Tuk Tuk
Alexa mengetuk meja etalase untuk menyadarkan sang pemilik toko yang tampak sedang asyik bermain game. Mendengar ada yang mengetuk meja etalase, pria itu langsung menoleh sebentar.
"Ada apa?" Tanya pria itu singkat dan melanjutkan kembali bermain game.
"Apakah disini ada bahan-bahan ini?" Tanya Alexa datar sambil meletakkan selembar kertas kecil diatas meja itu lalu mendorongnya kehadapan pria itu.
"Dari mana Lo dapetin resep obat ini?" Tanya pria itu yang langsung meletakkan ponselnya setelah membaca resep yang diberikan oleh Alexa.
"Apa Anda bisa membuatkannya untuk saya," tanya Alexa datar pada pria yang tampak tidak jauh berbeda dari usianya.
"Apa Lo yakin mengonsumsi obat ini, selain obat ini agak sulit didapat tapi sulit juga untuk dibuat, gue takut enggak memenuhi standar Lo." Ucap pria itu sambil melipat kembali kertas itu.
"Apakah begini pelayanan ditoko ini?" Tanya Alexa sambil memandang sekitar dan terakhir matanya terhenti pada CCTV yang terpasang disudut ruangan itu.
"Apa maksud Lo?" Tanya pria itu lagi dengan tatapan yang bingung.
"Setelah anda melihat resep obat ini, lalu dengan alasan sulit Anda berusaha menolaknya? Bagaimana pendapat Anda tentang ini?" Tanya Alexa lagi sambil tersenyum miring lalu mengangkat sedikit topi yang dikenakannya hingga wajah cantik nan datar dengan tatapan membunuh itu tampak terlihat jelas dimata pria itu.
"Baik, tapi Lo harus nunggu 4 hari, bahan-bahan resep ini termasuk barang langka," Sahut pria itu gugup dan tampak tertegun sejenak setelah menatap ekspresi dan wajah dan sorot mata Alexa.
"Dua hari..." Sahut Alexa sambil mengetuk-ngetuk meja itu dengan jarinya dan menatap sekelilingnya.
"Apa Lo yakin mengonsumsi obat ini? Obat ini sangat keras, apa Lo yakin dengan tubuh mungil Lo itu...?" Tanya pria itu sambil mengamati tubuh Alexa yang berada dibalik meja kaca itu.
"Yakin, buktinya bukankah saat ini saya bisa berdiri dihadapan Anda." Sahut Alexa sambil menoleh kembali pada pria itu.
"Bagaiman jika obat ini gue ganti bahannya dengan yang dosis yang lebih rendah tapi kualitasnya tetap sama." Ucap pria itu lagi sambil menatap penuh arti pada mata Alexa yang berwarna keunguan itu, dan sekilas hampir mirip warna bola mata miliknya.
"Dua hari... Kirimkan ke alamat ini." Sahut Alexa tanpa menjawab pertanyaan pria itu.
"Kenalin gue Kelvin Arbeto," Ucap pria itu sambil menyodorkan tangannya pada Alexa.
"Alexa..." Sahut Alexa sambil menjabat tangan Kelvin.
"Dua hari lagi gue kirim obat ini ke alamat Lo..." Ucap Kalvin sambil melambaikan kertas yang berisi alamat yang ditinggalkan oleh Alexa, Alexa hanya melambaikan tangannya tanpa menoleh dan terus melangkah meninggalkan toko obat itu.
#####
"Berhenti!" Teriak sekelompok pria berpakaian preman yang langsung menghadang langkah Alexa yang hendak menuju mobilnya yang berada di luar gang itu.
"Lo tahu... Kalau Lo lewat sini Lo harus bayar uang keamanan." Ucap pria itu dengan sangar.
"Apakah setiap orang yang lewat harus membayar?" Tanya Alexa datar sambil memasukan tangannya kedalam saku jaket yang dikenakannya.
"Iya... Dan itu wajib, termasuk juga Lo.." Sahut pria itu sambil tertawa.
"Apakah jalan milik leluhur Lo? Atau milik keluarga Lo? Sehingga Lo merasa punya hak untuk meminta uang kepada setiap orang yang melewati jalan ini," Ucap Alexa datar dan tanpa ekspresi apapun.
"Brengsek! Lo sudah bosan hidup rupanya" Teriak pria itu emosi.
"Tapi Bos... lihatlah gadis kecil ini sangat cantik dan tubuhnya itu yang..." Ucap pria yang lain sambil menjilat bibirnya dan tersenyum mesum.
"Lo bener, sangat disayangkan jika wajah cantiknya itu memar," Sahut pria itu kembali memperhatikan Alexa dengan seksama.
"Hei gadis kecil, lebih baik ikut kami saja, kami jamin hidup Lo bakal aman, apa lagi jika Lo bisa memuaskan kita semua, maka kebahagiaan Lo akan kita jamin..." Ucap pria itu dengan tatapan liarnya dan tawa mesum.
"Iya... Jika Lo sudah merasakan bagaimana goyangan kita, maka Lo bakal ketagihan!" Teriak yang lain disambung dengan tawa riang.
"Itu tergantung cara kerja kalian... Mampu enggak ngalahin gue." Sahut Alexa dingin dan tatapan yang semakin datar sambil tersenyum seram.
"Hei... Kita ini ngasih keringanan buat Lo, karena sayang gadis secantik Lo itu jadi Sam sak kita, lebih baik jadi penghangat ranjang saja..." Ucap pria itu sambil mendekat dan tertawa terbahak-bahak.
"Jika kalian sanggup gue enggak akan keberatan buat ngasih kalian pelajaran berharga, " Sahut Alexa datar dengan tatapan yang muak dan dengan santai Dia melepaskan arloji mahal ditangannya lalu menyimpannya dalam saku celana hotpants yang dikenakannya.
"Brengsek!!! Dikasih enak Lo malah nolak... Lo enggak tahu siapa kita!" Seru pria itu sambil maju dan langsung menyerang Alexa dengan belati ditangannya.
Alexa yang sudah bersiap langsung memiringkan badannya, dan dengan gerakan cepat memutar kakinya kesamping dan menghantam rusuk pria itu membuatnya langsung terpental dan menabrak kursi yang sebelumnya mereka duduki.
Melihat itu, para preman itu bertambah emosi, mereka maju berbarengan menyerang dengan alat-alat yang sudah mereka persiapkan sebelumnya.
Alexa yang sudah muak dengan kelakuan pria itu langsung maju tanpa menunggu lagi, dengan tangan kosongnya Alexa mengarahkan tinjuan pada rahang dan dagu lawannya.
setelah itu, dengan tendangan memutar Alexa kembali menyerang dengan cepat, dua tendangan beruntun dan serangannya yang menggunakan Muay Thai menyerang telak pada organ intim musuhnya dan sekali serangan mampu langsung merobohkan lawannya.
Dan diakhir serangan itu, Alexa dengan tatapan datar dan tanpa perasaan menendang selangkangan mereka. Dan suara patahan tulang terdengar berderak dari setiap pukulan yang dilakukan oleh Alexa.
"Lho... Sudah selesai... Cepat sekali... Apa mereka langsung setuju begitu saja?" Tanya Han sambil mensejajarkan langkahnya lalu berdiri disamping Alexa yang tampak santai.
"Hahhh... Apa yang sudah terjadi disini?" Tanya Han saat sadar jika dihadapannya banyak tubuh pria yang tergeletak tak berdaya, hanya terdengar desisan dan rintihan kesakitan lirih dari mulut mereka.
"Siapa mereka?" Tanya Han lagi pada Alexa, Alexa hanya mengangkat bahunya dan dengan santai mengenakan kembali arlojinya.
"Apa Kakak terluka?" Tanya Han dengan khawatir sambil memperhatikan Alexa dan memutar-mutar tubuhnya.
"Han... Stop, gue baik-baik aja oke... Dan mereka adalah para preman yang biasanya beroperasi didaerah sini." Ucap Alexa sambil membenarkan kembali topinya.
"Tenang, aku sudah membersihkan semuanya untuk Kakak," Ucap Han saat Alexa memberi kode pada CCTV yang terpasang digang sempit itu.
"Tunggu!!! Si... Siapa Lo... Lo bukan gadis kecil biasa, kalau enggak Lo gak mungkin bisa ngalahin kita hanya dalam beberapa jurus saja," Ucap pria itu yang tampak tengah berusaha berdiri sambil menggapai pinggiran pagar.
"Lexa..." Sahut Alexa datar hanya menoleh separuh wajah tanpa menghentikan langkahnya dan sambil tersenyum dingin
Alexa dengan ekspresi datarnya saat memberitahukan nama kecilnya dihadapan para preman.
"A... Apa Lexa?! Sang Quin Devils dari Utara...?!" Sahut pria itu dengan wajah yang memucat dan terjatuh kembali karena merasa kakinya melemas seketika saat mendengar nama Lexa.
Alexa hanya memasang wajah datar dan terus melangkah santai menuju ke mobilnya bersama Han yang tampak tersenyum sinis melihat ekspresi wajah para preman itu.
"Benar-benar sekelompok orang bodoh," Ucapnya datar sambil berdecak pelan.
####
"Apa yang diinginkan Gadis itu?" Tanya Kenzo pada Kelvin saat Kelvin masuk kedalam ruangan pribadi yang ada di apotik itu.
"Pil tidur gastridia elata, pinellia dan poria, untuk insomesnia akut dan sakit kepala parah." Ucapnya sambil membuka lipatan kertas itu.
"Obat ini... Apa yang telah dialami oleh gadis kecil itu, kau tahu, obat ini sangat keras, bahkan bisa melumpuhkan seekor gajah." Ucap Kelvin sambil terus melihat kertas resep yang diserahkan Alexa.
"Aku enggak tahu apa yang sudah dialaminya, hingga Dia berada dalam kondisi yang benar-benar menghawatirkan begini, insomesnia parah, emosi yang meledak-ledak, serta sakit kepala yang sudah dalam tingkat yang mengkhawatirkan." Ucapnya lagi sambil menyerahkan kertas itu pada Kenzo yang tampak termenung mendengar ucapan Kelvin yang menjelaskan kondisi Alexa saat ini.
"Tapi, entah aura apa yang dimilikinya, saat aku menatap matanya aku seakan merasa bahwa Dia akan membunuhku, aura menekannya sangat kuat, mungkin hampir menyamai Mu..." Lanjut Kelvin lagi sambil tersenyum tipis mengingat dirinya yang sempat tertegun karena tatapan mata Alexa yang sangat datar dan dingin.
"Hei... Apa perlu kita turun tangan untuk membantunya?" Tanya Kelvin sambil menunjuk monitor saat melihat layar CCTV yang terekam gambar Alexa yang sedang dihadang oleh para preman.
Kenzo hanya mengangkat tangannya menghentikan Kelvin yang akan memerintahkan bawahannya untuk membantu Alexa mengatasi para preman itu.
"Lihatlah... Apakah menurutmu Dia masih membutuhkan bantuan kita?" Ucap Kenzo sambil mengangkat dagunya pada layar mengisyaratkan Kelvin untuk melihat CCTV itu lagi.
Kelvin hanya melihat kejadian itu dengan mulut yang terbuka, tampak tubuh mungil itu beberapa kali meliuk lincah.
Dan beberapa kali juga mampu membuat para preman itu terpental, bahkan, tampak dengan ringannya Alexa mengangkat dan membanting tubuh kekar itu hingga tak mampu untuk bergerak lagi.
Baik Kalvin ataupun Kenzo tampak meringis tanpa sadar dan refleks langsung merapatkan kakinya dengan tangan yang mendekap selangkangan mereka, karena merasa ngilu melihat Alexa yang dengan santai memukul bahkan menendang bagian itu.
Namun tak lama kemudian, Alexa tampak menoleh dan menatap mereka dengan senyum miring dan tatapan datar dan dingin, lalu setelah itu layar itu berubah menjadi gelap.
"Sial..."