NovelToon NovelToon
Accidentally Wedding

Accidentally Wedding

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Kunay

Berawal disalahpahami hendak mengakhiri hidup, kehidupan Greenindia Simon berubah layaknya Rollercoaster. Malam harinya ia masih menikmati embusan angin di sebuah tebing, menikmati hamparan bintang, siangnya dia tiba-tiba menjadi istri seorang pria asing yang baru dikenalnya.

"Daripada mengakhiri hidupmu, lebih baik kau menjadi istriku."

"Kau gila? Aku hanya sedang liburan, bukan sedang mencari suami."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kunay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Skandal

"Kau yakin mau ke sini, Green?" tanya Rex, suaranya terdengar jengkel. Ia menopang tubuhnya di kruk dengan susah payah, kakinya yang terluka berdenyut-denyut karena berjalan di atas paving blok yang tidak rata. Di depan mereka terhampar Pasar Loak—sebuah labirin penuh barang bekas, debu, dan keramaian yang memekakkan telinga.

​Greenindia menoleh, senyum jahil tersungging di bibirnya. "Tentu saja. Ini adalah tempat terbaik untuk mencari inspirasi dan melihat sisi asli kehidupan, Tuan Konglomerat. Kau bilang ingin menghiburku, kan? Nah, ayo kita cari harta karun."

​"Harta karun? Ini lebih seperti tempat sampah historis," gerutu Rex. "Aku sudah membayangkan menghabiskan waktu di galeri seni yang tenang, bukan di tempat di mana aku harus khawatir kakiku terinjak gerobak dorong."

​"Justru itu seninya," balas Greenindia, meraih pergelangan tangan Rex dan menariknya masuk ke tengah kerumunan. "Jangan mengeluh, Carson. Pikirkan saja ini sebagai terapi kejut budaya. Kau butuh debu agar tahu bahwa berlian pun awalnya hanya batu."

​Greenindia sengaja mengerjai Rex. Ia tahu Rex—pria yang jelas terbiasa dengan kemewahan—pasti akan tersiksa di pasar loak yang sesak. Greenindia menghabiskan dua puluh menit pertama hanya untuk berputar-putar di lorong yang menjual suku cadang mesin tua.

​"Green! Kau mau beli mesin pemotong rumput bekas?" Rex akhirnya membentak, berhenti di samping tumpukan besi tua. Wajahnya mulai memerah karena panas dan frustrasi.

​"Aku hanya mengagumi teksturnya, Rex. Lihatlah, setiap karat menceritakan sebuah kisah," jawab Greenindia santai, menunjuk bagian mesin yang berkarat.

​"Kisah tentang kurangnya perawatan, Green. Bukan kisah romantis," Rex mendesis. "Bisakah kita mencari sesuatu yang setidaknya tidak mengancam tetanus?"

​Greenindia tertawa, tawa yang tulus dan nyaring, yang membuat Rex terkejut. Itu adalah tawa pertamanya sejak pesta semalam. Meskipun jengkel, Rex tidak bisa memungkiri bahwa melihat Greenindia tertawa adalah ganjaran kecil atas penderitaannya.

​"Baiklah, baiklah. Kau lulus tes adaptasi," kata Greenindia, mengalah. "Ayo kita ke bagian pernak-pernik antik. Mungkin ada yang bisa kujual kembali."

​Mereka berjalan ke area yang lebih rapi, tempat barang-barang kuno dan koleksi dipajang. Saat Greenindia menyusuri sebuah meja panjang yang penuh dengan benda-benda tembaga dan kayu, matanya terpaku pada sesuatu.

​Di antara tumpukan buku tua dan bingkai foto lusuh, ada sebuah Kompas Kapal Tangan Kuningan dengan ukiran nama yang samar.  Kompas itu tampak estetik, meskipun sudah berumur, dengan jarum yang sedikit berkarat.

​Jantung Greenindia mencelos. Kompas itu sangat mirip—hampir identik—dengan yang dimiliki mendiang ayahnya, kompas yang selalu dibawanya saat mereka mendaki tebing. Ayahnya selalu berkata, "Kompas bukan hanya untuk menemukan jalan pulang, tapi untuk mengingatkanmu di mana hatimu berada."

​Greenindia tanpa sadar menyentuh kompas itu. Sentuhan tembaga dingin itu membangkitkan gelombang nostalgia dan rasa sakit. Matanya berkaca-kaca sesaat, tetapi ia segera mengendalikan diri.

​"Hei, aku mau lihat ini," kata Greenindia kepada penjual, suaranya sedikit serak.

​Rex, yang tadinya sibuk melihat jam tangannya, segera menyadari perubahan ekspresi Greenindia. Keceriaannya hilang, digantikan oleh keseriusan yang menusuk.

​"Berapa harga kompas ini, Pak?" tanya Greenindia.

​Penjual—seorang pria tua berkumis tebal—meliriknya sinis, melihat pakaian Greenindia yang sederhana dan Rex yang mengenakan kemeja mahal. "Kau tidak mampu, Nona. Ini barang koleksi. Dua juta."

​Greenindia terkejut. "Dua juta? Tapi ini berkarat dan kacanya retak!"

​"Kau pikir antik itu harus sempurna? Ini nilai sejarahnya!" sinis penjual itu. "Kalau mau yang murah, beli saja di toko modern. Pergilah."

​Greenindia menunduk, kecewa. Ia hanya membawa uang tunai secukupnya untuk biaya hidup dan taksi. Jauh di dalam hatinya, ia sangat menginginkan kompas itu sebagai pengingat terakhir ayahnya.

​"Aku tawar lima ratus ribu," coba Greenindia, putus asa.

​Penjual itu tertawa keras. "Pergi sana, Nona! Jangan buang waktuku!"

​Tiba-tiba, sebuah kartu hitam matte terulur di atas bahu Greenindia, mengenai dagu penjual itu.

​"Empat juta," ujar Rex, suaranya dingin dan tajam, tanpa emosi.

​Greenindia dan penjual itu sama-sama terkejut.

​"Tuan—empat juta?" tanya penjual itu, matanya membelalak karena ketamakan mendadak.

​"Ya. Tapi aku ingin kompas ini," kata Rex, menyentuh kruknya. "Aku ingin mengambil kompas ini, dan sisa dua juta itu, simpan saja untuk menambal gigimu yang ompong. Dan dengarkan baik-baik. Jangan pernah lagi bersikap kurang ajar pada istriku."

​Rex tidak menunggu jawaban. Ia mengambil kompas itu dari meja, memasukkannya ke saku jaket Greenindia, dan menarik wanita itu menjauh dari meja sebelum penjual itu sempat berkata-kata.

​Greenindia hanya diam, tertegun oleh intervensi Rex yang tiba-tiba dan dominan. Ia merasakan kehangatan di sakunya dari benda kuningan itu.

​"Kenapa kau—"

​"Jangan bicara," potong Rex, wajahnya masih tegang. "Aku tidak tahan mendengar penjual pasar yang kasar menghina orang lain. Terutama orang yang baru saja menghiburku dengan tawa palsu di tumpukan besi tua."

​"Itu bukan tawa palsu!"

​"Tidak penting. Aku sudah membelinya. Kau sudah puas berkeliling? Kakiku sudah tidak tahan lagi dengan terapi kejut budaya ini."

​Greenindia memandangi Rex, yang terlihat benar-benar menderita. Rasa bersalah menghangatkan hatinya lebih dari matahari pagi. "Baiklah. Ayo kita pulang, Tuan Carson."

​Mereka berjalan kembali ke mobil dengan suasana yang lebih tenang. Greenindia menggenggam kompas itu di sakunya, kebahagiaan kecil itu sedikit menambal luka emosionalnya.

​Saat mobil Antonio berbelok ke jalan apartemen Greenindia, suasana tiba-tiba berubah.

​"Tuan Rex, kita punya masalah," ujar Antonio, nadanya serius saat mengerem mobil.

​Di depan gerbang apartemen kecil Greenindia, berkerumun puluhan wartawan. Blitz kamera menyala-nyala, dan beberapa petugas keamanan berusaha keras menahan kerumunan.

​"Apa yang terjadi?" tanya Rex, matanya menyipit.

​Antonio dengan cepat mengambil ponselnya dan memutar video di media sosial. "Skandal, Tuan. Baru meledak sekitar satu jam yang lalu."

​Video itu menunjukkan Chester Anderson yang marah di ruang VIP, membanting gelas, dan foto yang buram memperlihatkan wajah Greenindia—pelayan yang ada di meja Chester. Judul beritanya berteriak: “Skandal Artis A-List Chester Anderson: Diduga Mesra dengan Pelayan di Pesta Bisnis, A.R.N Global Group Terlibat!”

​"Sial," Rex mengumpat pelan.

​Greenindia menatap ponsel Antonio, wajahnya memucat. Ia tahu Chester pasti marah besar, dan ia akan menjadi pusat perhatian media karena berada di tempat yang salah pada waktu yang salah.

​"Mereka pasti mengira aku simpanan Chester," gumam Greenindia, suaranya gemetar.

​"Itu bukan masalah terbesar, Green," potong Rex, matanya menatap kerumunan wartawan yang brutal. "Masalah terbesar adalah kau tidak akan pernah bisa masuk ke apartemen ini tanpa diinterogasi habis-habisan."

​Antonio menyadari sesuatu. "Tuan, mereka tahu dia adalah staf klub malam tempat Chester mengadakan pesta. Jika mereka tahu dia tinggal di sini, privasi Nona Green akan hancur total."

​Rex mengambil keputusan cepat. Ia menoleh ke Greenindia, matanya penuh perintah.

​"Kita tidak akan ke sini. Antonio!" Rex memberi perintah tegas. "Pergi ke Blackwood Penthouse View. Segera."

​Antonio mengangguk dan segera memutar kemudi, mobil itu melesat menjauh dari kerumunan wartawan yang lapar.

​"Kenapa Penthouse-mu?" tanya Greenindia, panik.

​"Karena itu satu-satunya tempat yang bisa memberimu privasi total, Nyonya Carson. Aku tidak akan membiarkanmu menghadapi kegilaan media ini sendirian."

​Saat mobil Rex menghilang di tikungan, sebuah sedan hitam mewah berhenti tepat di depan kerumunan wartawan. Tiga pria berbadan tegap keluar dari mobil. Mereka adalah pengawal yang dikirim oleh Chester.

​"Di mana dia?" tanya pemimpin kelompok itu kepada salah satu petugas keamanan.

​"Wanita bernama Green dari lantai tiga? Dia tidak ada di sini, Tuan. Kami tidak melihatnya kembali sejak pagi," jawab petugas keamanan yang bingung.

​Pengawal itu menggeram. Greenindia telah menghilang tepat di bawah hidung mereka. Mereka tidak bisa mencari mobil Rex, karena mobil itu sudah terlalu jauh. Greenindia kembali lolos dari kakaknya, tanpa menyadari bahwa ia baru saja dibawa lari oleh suaminya menuju kehidupan yang jauh lebih berbahaya.

 

1
Fera Susanti
tetap semangat thor
Fera Susanti
mama nya jahat banget..sudah 3thn Loch ini...
BCuan
maksa kali, Rex🤣🤣🤣
Fera Susanti
kasian juga green..
Fera Susanti
iya peluk aja yg erat biar ga kabur..😁
Fera Susanti
sampe part ini blm terbongkar kan alasan green sampe menjauh dr keluarga nya??..
Fera Susanti
ayo cepat terbongkar nona muda Anderson
hasatsk
greenidia belum menerima pernikahannya dengan Rex, sementara Rex menganggap pernikahannya tidak bisa di sebut konyol karena sudah tercatat secara agama dan catatan sipil ..
Fera Susanti
masih meraba raba..
hasatsk
Haha...Rex kena juga dikerjain greenidia....
Fera Susanti
apa???..🤭
Fera Susanti
teka teki silang
hasatsk
jadi greenidia keluar dari rumahnya karena disalahkan oleh ibunya atas kematian ayahnya......
hasatsk
mungkinkah itu Rex?
Fera Susanti
iiih siapa dia??
hasatsk
mau mengerjain eh malah dikerjain🤣🤣🤣
Fera Susanti
😁
hasatsk
haha..kamu kena jebakan Rex lagi, greenidia.....
hasatsk
kau benar, pada akhirnya akulah yang tertipu...haha
malam pertama Rex jadi merawat greenidia....
Fera Susanti
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!