Kisah seorang anak perempuan terakhir yang hidupnya selalu di tentukan oleh orang tuanya,dan tidak di beri kesempatan untuk memilih untuk hidupnya.
hingga akhirnya ia pergi dari rumah, dan bertemu dengan seseorang yang mampu untuk ia jadikan rumah dan tempat bersandar
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana Kusumaningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RUSB 29
Satu minggu sudah Raynar berpisah dengan Nina, Raynar memang yang menyuruh Nina agara tinggal di solo hingga kedua orang tuanya kembali.
Namun ternyata itu menyiksa dirinya sendiri, rindu pada sang istri sudah tak terbendung, siang ini ia berniat untuk terbang ke solo, selain libur idul adha juga long weekend.
Raynar sudah berkemas, ia juga akan berangkat bersama dengan Haris dan juga Anin, yang juga balik dengan dirinya.
"Loh mau kenapa bang?" tanya Bunda Arista yang sedang duduk menikmati angin sejuk di gazebo masion keluarga Danu kastara sambil menyimak hafalan Gavin.
Memang keluarga Kastara selain terkenal dengan kekayaannya dan segala gudang prestasi dari para anggotanya, mereka juga terkenal dengan didikan agamanya, jika di kantor sudah memasuki waktu sholat mereka para muslim di wajibkan untuk sholat terlebih dahulu.
" Bunda" ucap Raynar yang memang sedari tadi mencari Bunda Arista.
" Bunda Ray mau pamit ke solo, sepertinya Ray besok sholat ied di sana dan mungkin balik lusa" pamit Raynar.
"Oh yaa udah, salam buat mantu Bunda, kamu sendirian?" sahut Bunda Arista.
" Iya bun, Ray pamit sekarang yaa bun, soalnya Ray takut ketinggalan pesawat, mau ke rumah bang Haris dulu" pamit Rayanar.
" Iyah Hati- hati, di antar sopir kan?" tanya Bunda Arista.
" Iya bun, kalau gitu pamit dulu ya.. Wasalamualaikum " Pamit Raynar.
" belajar yang bener cil" ujar Raynar pada Gavin yang di hadiahi pukulan karena Raynar mengacak- acak rambut Gavin.
" Sudah sana, Waalaikumsalam " ujar Bunda yang tertawa melihat tingkah anak sulung dan anak bontotnya.
...****************...
Sedangkan di solo kini Nina sedang menata toko grosir sang ibu yang sedari tadi tidak ada henti- hentinya pembeli, hingga ia yang biasanya cuma menjadi kasir kini harus angkat- angkat beras dan galon.
" Mb tusuk sate nya habis mbak" adu salah satu karyawan di toko ibu Nina.
" enggak yetok emang mbak?" tanya Nina.
"kemarin pesen sama mas Wira langsung pas kesini, tapi belum di anter mbak" jawab Mbak fitri.
" Aduh, pasti lupa tuh.. ya udah aku telfon kakak Wira dulu,mbak lain kali tolong jangan pesen ke Kak Wira langsung ya... dia kan pikun , apa lagi kalau cuma ngomong " sahut Nina.
" Iya mbak, maaf yaa mbak Nina" .
" Gapapa mbak santai"
Nina kemudian menghubungi sang kakak, namun di tolak beberapa kali, ia lupa pasti toko sang kakak sedang ramai, ia kemudian telfon ke admin tokonya.
" Halo selamat siang dengan toko plastik kiky" Suara dari sebrang saat panggilan tersambung.
" Mbak ini Nina, Kak Wira di toko enggak ya?" tanya Nina to the point.
" Ohh mbak Nina, Mas Wira nya lagi di pabrik itu mbak" jawaban dari sebrang.
" Mbak kemarin mbak fitri pesen tusuk sama Kak Wira, kayaknya kak Wira lupa, kira- kira kalau do anter sekarang bisa gak yaa mb?" tanya Nina.
" Waduh belom bisa mbak, sini lagi ramai banget mbak, makanya tadi Mas Wira yang ke pabrik langsung " jawab pegawai toko Wira.
Nina tampak berfikir sejenak " Ya udah mbak tak kesana langsung aja dech" jawab Nina.
" Okey mbak, maaf yaa mbak " .
" Santai mbak"
Kemudian panggilan di putus oleh Nina, dulu kedua orang tua Nina hanyalah pedagang klontong kecil dan juga Ayam goreng di satu tempat, namun sekarang toko kelontong ibu Nina sudah lumayan berkembang.
Sedangkan Wira selain memiliki toko grosir sembako dan toko plastik ia juga mempunyai pabrik Kardus yang baru berjalan tiga tahun, tapi sudah bisa bersaing dengan pabrik kardus lainnya,selain itu juga Wira seorang influencer dengan banyak pengikut, ia sering membuat konten tentang pegunungan dan alam.
" Mbak tolong list barang yang mau menipis, biar di belanjain sekalian" pinta Nina pada mbak Fitri.
" Okay mbak" jawab Mbak Fitri.
Nina kemudian kembali melayani pembeli, beberapa saat kemudian dia sudah mendapatkan list barang yang habis, ia meluncur ke toko sang kakak menggunakan motor kesayangannya.
Saat sampai, ia sedikit memijat pelipisnya karena ternyata toko sang kakak benar- benar sedang rame- ramenya, bisa jadi dia di sini jadi pegawai magang.
Nina mulai masuk ke toko sang kakak yang terlihat padat sekali, ia kemudian menuju meja kasir di sana ada dua kasir, ia menghampiri kasir yang di jaga oleh seorang perempuan berambut pendek yang ia baru lihat.
Nina sedikit curiga dengan kasir baru di toko kakaknya, karena sedari tadi ia celingukan memandang teman sampingnya.
" berapa mbak?" tanya Ibu- ibu yang berada di depan kasir.
" Seratus dua puluh ribu" jawab Kasir baru tersebut.
Nina melihat gerak gerik mencurigakan lagi, kemudian ia mengeluarkan ponselnya dan merekam aksi kasir baru tersebut, yang memasukan uang pecahan seratus ribu ke kantongnya.
Nina akan sampaikan ini ke Kakaknya,ia kemudian mengalihkan kasir baru tersebut, untuk menyiapkan pesanannya.
" mbak tolong siapain ini dong" pinta Nina pada
pegawai sang kakak yang berambut pendek tersebut.
" antri dong mbak, gak lihat apa antrinya panjang, kan bisa ambil sendiri , enggak tau orang sibuk apa ya" jawab wanita tersebut dengan ketus.
" ehh mbak Nina, biar saya aja mbak yang siapain" potong salah satu pegawai Wira .
" dia siapa Mas?" tanya Nina pada pegawai Wira yang bernama sama anto.
" pegawai baru mbak, tapi mau nya di kasir katanya saudaranya Mas Wira masak mbak Nina enggak kenal" jawab Mas Anto.
" Saudara siapa, suruh dia yang siapain mas, lihat dech, bisa- bisanya kak Wira ngerjain pegawai kayak gini" gerutu Nina memperlihatkan apa yang ia rekam.
" Mbak sumpah berani banget dia, padahal baru tiga hari kerja loh mbak" ucap Mas Anto tidak percaya.
" Sumpah, emang niat awalnya itu sih" Nina kemudian menghampiri kasir dan menarik wanita tersebut.
" Minggir biar saya saja" Ujar Nina menarik rambut Wanita tersebut.
Sedangkan Mas Anto mengejar Nina ke meja kasir, sedangkan anak baru tersebut tak terima di jambak Nina, saat ingin membalas tangannya di tahan oleh mas Anto.
"tolong siapin ini Yu" pinta mas Anto.
" Kamu berani nyuruh saya, saya itu saudara...."
" saudara siapa? bilang saudara siapa?" potong Nina yang emosi, memang ia tidak begitu baik mengontrol emosinya jika sudah memuncak.
" Mas, tolong telfon kak Maliha , bawa dia ke belakang suruh urus belakang" pinta Nina.
" Siapa kamu berani nyuruh- nyuruh?" tanya anak baru tersebut.
" Dia adiknya mas Wira,Ayo" Mas Anto kemudian menyeret perempuan tersebut ke gudang.
Nina tampak menarik nafas panjang dan membuanganya perlahan,kemudian menjadi pegawai magang di toko sang kakak seperti biasanya.
" mohon maaf ya... bu, atas keributan yang terjadi sekarang banyak yang gak jujur soalnya, Ada lagi?" ucap Nina pada ibu yang ingin membayar belanjanya.
"Iya mbak, gapapa emang harus di kasih pelajaran orang kayak gitu, oh yaa sama mie gorengan dua dus yaa mbak" jawab ibu tersebut.
Setelah banyak drama di toko sang kakak, drama anak baru yang mengaku saudara Wira dan Malihah, Akhirnya di pecat oleh Malihah,yang langsung datang ke toko saat Mas Anto menelfonnya.
Kini Nina dalam perjalanan pulang, banyak sekali belanjaannya dari keranjang belakang hingga di depan jok motor masih ada kardus yang di tumpuk.
Dia berhenti di lampu merah, ia berhenti tepat di mobil berwarna silver, cuaca hari ini cukup panas di tambah ia sedang puasa dan ada kejadian yang menguras emosinya di toko kakaknya, membuat dirinya sedikit lesu.
Kaca mobil di sampingnya perlahan di buka, menampilkan seseorang yang mungkin untuk saat ini ia hindari.
" Nina" panggil orang tersebut.
" Pak Raynar"