NovelToon NovelToon
​ Dendam Sang Mantan Istri Miliarder

​ Dendam Sang Mantan Istri Miliarder

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Pelakor / Pelakor jahat / Tukar Pasangan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Selingkuh
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Adrina salsabila Alkhadafi

​💔 Dikhianati & Dibangkitkan: Balas Dendam Sang Ibu
​Natalie Ainsworth selalu percaya pada cinta. Keyakinan itu membuatnya buta, sampai suaminya, Aaron Whitmore, menusuknya dari belakang.
​Bukan hanya selingkuh. Aaron dan seluruh keluarganya bersekongkol menghancurkannya, merampas rumah, nama baik, dan harga dirinya. Dalam semalam, Natalie kehilangan segalanya.
​Dan tak seorang pun tahu... ia sedang mengandung.
​Hancur, sendirian, dan nyaris mati — Natalie membawa rahasia terbesar itu pergi. Luka yang mereka torehkan menjadi bara api yang menumbuhkan kekuatan.
​Bertahun-tahun kemudian, ia kembali.
​Bukan sebagai perempuan lemah yang mereka kenal, melainkan sebagai sosok yang kuat, berani, dan siap menuntut keadilan.
​Mampukah ia melindungi buah hatinya dari bayangan masa lalu?
​Apakah cinta yang baru bisa menyembuhkan hati yang remuk?
​Atau... akankah Natalie memilih untuk menghancurkan mereka, satu per satu, seperti mereka menghancurkannya dulu?
​Ini kisah tentang kebangkitan wanit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29: Aroma Kopi, Serbuk Kayu, dan Kecemburuan

​Setelah memenangkan tender, Arif dan Natalie memasuki fase hubungan baru: profesional yang intens. Mereka bertemu hampir setiap hari, tetapi perbincangan mereka didominasi oleh jadwal produksi, kualitas kayu, dan deadline pengiriman. Tidak ada lagi obrolan tentang Kenzo, atau masa lalu yang pahit.

​Natalie, sebagai CEO, mengunjungi bengkel Arif setidaknya dua kali seminggu. Ia tidak lagi mengenakan sweater longgar. Ia kini hadir dengan blazer kasual yang rapi, membawa aura profesional yang tak terbantahkan. Staf bengkel yang baru dipekerjakan Arif, yang terkejut melihat CEO raksasa datang ke bengkel mereka yang berdebu, selalu berdiri tegang.

​Suatu sore, Natalie datang terlambat. Wajahnya terlihat letih setelah berdebat sengit di rapat dewan. Ia masuk ke bengkel yang ramai dengan suara mesin dan bau vernis.

​Arif sedang mengawasi pekerja menguji sambungan meja. Ia mengenakan safety glasses dan kaus kerjanya yang biasa.

​"Maaf aku terlambat, Rif," kata Natalie, suaranya lelah.

​Arif menoleh. "Nggak masalah, CEO. Kami berhasil menyelesaikan 20 set meja hari ini. Di depan target."

​Panggilan "CEO" itu terasa menusuk. Itu adalah pengingat bahwa, meskipun mereka bekerja sama, jarak itu masih ada.

​"Bagus. Aku lihat kualitas sambungannya sangat rapi," puji Natalie, mendekat untuk memeriksa detail.

​"Kualitas itu nomor satu. Kami nggak mau mengecewakan klien besar," jawab Arif, tanpa menatap Natalie.

​Arif kemudian berjalan ke sudut bengkel yang kini memiliki meja kecil untuk administrasi dan minum kopi.

​"Mau kopi? Ada kopi bubuk instan di sana," tawar Arif, masih dengan nada profesional.

​"Aku butuh yang kuat," kata Natalie, tanpa sadar mengikuti kebiasaan lamanya.

​Arif menyipitkan mata, lalu menyeduh kopi bubuk dengan air panas, menuangkannya ke dalam cangkir kaleng usang. Ia menyodorkannya pada Natalie.

​"Tadi pagi kamu bilang butuh yang kuat. Ini yang paling kuat yang kami punya," kata Arif.

​Natalie menerima cangkir itu. Kopi itu pahit, kental, dan panas. Persis seperti Americano tanpa gula yang ia sukai di kedai Kopi Kata. Sentuhan kecil itu, bahwa Arif masih mengingat preferensi kopinya yang dulu ia nikmati saat menyamar, membuat hati Natalie mencair.

​"Terima kasih," bisik Natalie, menatap Arif.

​"Sama-sama. Itu service klien," balas Arif datar.

​"Arif, aku tahu kamu masih marah. Tapi kita sudah dua minggu bekerja sama dengan jujur. Apa tidak ada kesempatan untuk membicarakan hal lain selain kayu dan invoice?" tanya Natalie.

​Arif bersandar pada dinding kayu, melipat tangan. "Apa yang mau dibicarakan, Nat? Soal Kenzo? Aku tahu dia sehat, kamu sudah cerita. Soal Aaron? Aku nggak peduli. Soal kita? Kita sedang membangun fondasi kepercayaan yang hancur, Nat. Fondasi itu harus terbuat dari kayu yang solid, bukan janji manis."

​"Dan fondasi itu sudah cukup solid sekarang?" tantang Natalie.

​Arif memandang Natalie, tatapannya melembut sesaat. "Belum. Tapi... aku mulai bisa melihat Natalie si ibu tunggal lagi, di balik CEO yang berkuasa. Hanya saja, Natalie yang itu harus berhenti berbohong."

​Kedatangan Pria Lain

​Saat keheningan tegang itu terjadi, sebuah mobil mewah berhenti di depan bengkel. Seorang pria dengan setelan necis, membawa tas kulit mahal, melangkah keluar.

​"Arif! Aku datang!" seru pria itu, melangkah masuk ke bengkel. Pria itu adalah Aditya, teman lama Arif dari masa sekolah, seorang pengusaha muda di bidang properti yang baru sukses.

​"Adit! Tumben mampir!" sambut Arif hangat.

​Aditya melihat sekeliling bengkel yang kini dipenuhi set meja kantor. "Gila, Rif! Bengkelmu sudah kayak pabrik! Kamu dapat proyek apa?"

​Aditya kemudian melihat Natalie yang berdiri di sudut, memegang cangkir kaleng. Matanya langsung tertarik pada Natalie yang elegan.

​"Siapa ini, Rif? Rekan bisnismu? Wah, selera bisnismu makin tinggi," goda Aditya, mengulurkan tangan pada Natalie dengan senyum menawan. "Aditya. Property developer. Dan kamu pasti sangat penting di proyek ini."

​Natalie menjabat tangannya dengan profesional. "Natalie Ainsworth. Aku perwakilan dari klien."

​"Whitmore Group, dia yang kasih kami kontrak," potong Arif, nadanya cepat, seperti sengaja ingin menjelaskan bahwa Natalie hanyalah 'perwakilan klien'.

​Aditya, yang langsung terpesona, mengabaikan Arif. "Natalie, boleh aku bicara sebentar? Ada kafe bagus dekat sini, aku mau menawarkan Rif proyek interior, dan aku juga ingin mengenalmu lebih jauh. Kamu memancarkan aura powerful yang jarang kutemui."

​Arif langsung berdiri tegak. Ia tidak suka cara Aditya memandang Natalie, seolah Natalie adalah objek yang harus diamati.

​"Dia nggak bisa, Adit," sela Arif dingin. "Kami masih ada quality check untuk pengiriman besok. Kamu bisa bicara dengan stafku. Lagipula, Natalie... dia bukan tipemu."

​"Kenapa? Semua wanita adalah tipeku, Rif. Apalagi yang secantik ini," balas Aditya santai, tersenyum lebar pada Natalie.

​Natalie merasakan sengatan. Bukan karena pujian Aditya, tetapi karena reaksi cemburu Arif. Mata Arif kini tidak hanya fokus pada kayu; matanya menunjukkan kepemilikan.

​"Terima kasih atas tawaran kopinya, Tuan Aditya," kata Natalie, memainkan perannya dengan tenang. "Tapi Tuan Arif benar. Deadline adalah prioritas. Aku harus memastikan standar kualitasnya sesuai dengan ekspektasi CEO kami."

​Aditya mendengus, tetapi menerima penolakan itu. Ia kemudian berbalik ke Arif. "Oke deh, besok aku kembali. Tapi lain kali, Rif, jangan sembunyikan rekan bisnis secantik ini."

​Setelah Aditya pergi, keheningan kembali menyelimuti bengkel. Natalie menaruh cangkir kalengnya, ia menatap Arif.

​"Dia menyebalkan," kata Arif, menggerutu, kembali ke mesinnya.

​"Kenapa kamu bilang aku bukan tipenya?" tanya Natalie, sudut bibirnya terangkat.

​Arif terdiam. Ia mematikan mesinnya lagi, serbuk kayu yang menempel di kausnya membuat ia terlihat semakin nyata.

​"Karena... karena kamu butuh pria yang jujur. Yang nggak ngelihat kamu sebagai trofi," jawab Arif, suaranya kembali pelan. Ia melangkah mendekat, matanya tidak bisa berbohong. "Aku tahu kamu perwakilan The CEO. Tapi saat kamu minum kopi pahit di cangkir itu, aku tahu kamu adalah Natalie yang real. Dan aku nggak mau ada orang lain yang lihat Natalie yang itu selain aku."

​Untuk pertama kalinya sejak pengakuan itu, Arif telah mengakui perasaannya tanpa kata-kata, hanya melalui kecemburuan yang murni.

​Natalie melangkah lebih dekat, hingga jarak di antara mereka hanya sejengkal. Aroma kayu, vernis, dan kopi pahit menguar dari tubuh Arif.

​"Kalau begitu," bisik Natalie, suaranya dipenuhi kelembutan. "Mungkin sudah waktunya The CEO mengambil cuti, dan Natalie si ibu tunggal kembali minum kopi di kedai Kopi Kata. Bagaimana?"

​Arif menatapnya dalam-dalam. Senyum tipis yang jujur muncul di wajahnya.

​"Aku bayar kopinya," kata Arif. "Karena aku nggak mau utang apa pun lagi sama kamu."

1
partini
dari sinopsisnya ngeri " sedap menarik
Himna Mohamad
lanjut thoor
putri lindung bulan: siap akan saya lanjutkan
total 1 replies
Himna Mohamad
good thoor sat set
Himna Mohamad
👍👍👍👍👍
Himna Mohamad
sdh mampir thoor,,lanjut
putri lindung bulan: terimakasih sudah mampir , salam kenal ya
total 1 replies
Himna Mohamad
awal yg bagus thoor👍👍👍👍👍
putri lindung bulan: terimakasih sudah mampir
total 1 replies
putri lindung bulan
untuk sahabat adri selamat datang di dunia nataly.semoga kalian suka novel.jika suka jangan lupa beri like,dan sisipkan komentar.salam kenal semuanya🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!