Genggaman Kerinduan

Aidan menatap foto di mana dirinya bersama dengan Salsa, foto di mana dirinya yang terlihat benar-benar begitu mesra dengan Salsa. Tak hanya dirinya bersama dengan Salsa, akan tetapi foto dirinya bersama dengan sang putra yang terlihat begitu senang saat bersama dengan Salsa, jika orang yang tak mengenal mereka akan terlihat bahwa mereka adalah keluarga sesungguhnya sedangkan Emily hanya orang luar yang mencoba tuk mendekati Aidan dan juga Berlian. Foto yang berbeda terus Aidan lihat, menatap dengan perasaan bersalah hingga ia melihat foto beberapa hari yang lalu saat bersama dengan Salsa.

"Emily, maaf... " gumamnya yang saat ini melihat surat perceraian yang di ajukan oleh Emily.

Aidan teringat dirinya yang mengucapkan janji tuk setia, menjaga Emily dan juga perasaannya hanya untuk Emily. Akan tetapi nyatanya dirinya pun mengingkari, tergoda dengan pesona wanita di luaran.

Ia sadar dengan apa yang dirinya lakukan, ia sadar dengan sikap acuh yang ia berikan. Akan tetapi semua telah terjadi, nyatanya penyesalan yang ia Terima tak bisa untuk membuat Emily kembali.

"Seandainya kamu telah jenuh atau kamu melihat wanita yang lebih dari ku, katakan saja. Jangan pernah berbohong, jangan pernah membedakan antara aku ataupun dia. Kau tahu seandainya sesuatu yang baru kita jumpai itu akan banyak godaan, baik rupanya ataupun caranya. Perselingkuhan sangat tercela, setidaknya katakan sejujurnya walaupun hati ini merasa sakit. "ucap Emily mengingatkan Aidan sebelum mereka mengikat janji setia dan menikah.

Namun pengingat dari Emily tak di ingat oleh Aidan, ia melakukan kesalahan dengan membandingkan Emily dengan Salsa, melakukan hubungan terlarang dengan wanita lain sedangkan dirinya sama sekali lupa dengan wanita yang selalu memberikan yang terbaik untuk dirinya dan juga sang putra.

Emily yang selalu senantiasa memberikan yang terbaik, melakukan semua pekerjaan rumah dan juga tak pernah mengeluh dengan apa yang ia lakukan.

Kini rumah yang ia pijak seakan sunyi dan tak ada kehidupan.

Bayangan wajah Emily saat menyambut dirinya pulang kerja, makanan yang tersaji di meja dan juga wajah ceria yang di perlihatkan oleh Emily padanya kini seakan hilang, kini tak ada lagi pertanyaan bagaimana di rumah sakit atau sebagainya.

Tessss...

Air mata itu mengalir begitu saja, Aidan menatap lekat cincin yang ada di atas meja.

Aidan meraih ponselnya yang ada di saku, ia mengscroll mencari nomor sang istri.

"Emily, ku mohon angkat telponnya. " gumam Aidan.

panggilan telpon tersambung, Aidan terlihat antusias bahagia.

akan tetapi suara dering ponsel pun terdengar tak jauh dari meja.

Aidan membuka laci, ia melihat ponsel Emily yang di tinggalkan.

Aidan yang melihat pun tertunduk lesu, Emily benar-benar pergi semua persiapan yang di lakukan oleh Emily benar-benar rapi semua yang berhubungan dengannya pun di tinggal di rumah.

Kemana harus mencari, kemana dirinya harus bertanya. Semua pertanyaan itu seakan menghantui dirinya. Ia menatap sebuah kertas yang telah di bubui oleh tanda tangan, menatap tulisan gugatan perceraian yang di ajukan oleh Emily.

"Emily pulang lah, sungguh aku benar-benar menyesal. Pulanglah aku berjanji akan memperbaiki semua ini, tak akan pernah aku khianati pernikahan kita lagi. " Gumam Aidan yang saat ini menatap ponsel dan juga cincin yang ia berikan pada Emily.