NovelToon NovelToon
Kau Dan Aku Selamanya

Kau Dan Aku Selamanya

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Crazy Rich/Konglomerat / Pelakor / Cinta Seiring Waktu / Suami Tak Berguna
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: Seraphine E

Hidup Audy runtuh ketika pengkhianatan dalam rumah tangganya terbongkar. Di tengah luka yang menganga, kariernya justru menuntutnya berdiri tegak memimpin proyek terbesar perusahaan. Saat semua terasa mustahil, hadir Dion—direktur dingin yang perlahan menaruh hati padanya, menjadi sandaran di balik badai. Dari reruntuhan hati dan tekanan ambisi, Audy menemukan dirinya kembali—bukan sekadar perempuan yang dikhianati, melainkan sosok yang tahu bagaimana melawan, dan berhak dicintai lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seraphine E, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

Berita tentang siapa yang akhirnya membeli seluruh saham milik Audy akhirnya datang lebih cepat ke telinga Chandra. Ketika pintu ruangannya terbuka, berdiri sosok yang paling tidak pernah lagi ingin dia lihat seumur hidupnya—Adam. Pria yang dulu dia tendang keluar dengan penuh hinaan, kini kembali berdiri di hadapannya dengan senyum yang membuat darahnya mendidih.

“Jadi… kau yang membeli semua saham Audy, Dam?” suara Chandra pecah, mencoba terdengar tenang, tapi jelas ada getar emosi yang tak bisa ia sembunyikan.

Adam melangkah masuk tanpa permisi. Tubuh tegapnya, senyum sinisnya, seakan sengaja dipamerkan untuk menusuk harga diri Chandra. “Seperti yang kau lihat sekarang. Aku kembali. Kembali ke posisiku yang seharusnya jadi milikku, Chandra.”

Dia berjalan pelan, menelusuri setiap sudut ruangan dengan tatapan menilai. Jari-jarinya menyusuri meja kerja Chandra, lemari buku, bahkan kursi kulit yang selalu menjadi kebanggaan Chandra. “Hmm… ruangan ini nggak terlalu buruk,” ucap Adam ringan, seolah-olah sedang menilai properti di showroom. “Hanya butuh sedikit renovasi dan perubahan interior.”

“Apa maksudmu?” Chandra sontak berdiri, wajahnya memerah. “Jangan bilang kau mau menempati ruangan ini! Ini ruanganku, Dam! Kau tidak bisa begitu saja datang dan merebutnya!”

Adam menoleh cepat, menatap Chandra dengan sorot mata tajam. “Ruang ini sejak awal adalah milikku, Chandra. Kau yang merebutnya dariku. Kau yang mencuri program yang aku kembangkan, teknologi yang membuat perusahaan ini bisa sebesar sekarang. Kau ingat? Atau kau mau pura-pura lupa?”

Kata-kata itu menghantam Chandra tepat di ulu hati. Napasnya memburu, tapi tidak ada bantahan yang bisa dia keluarkan.

Adam maju selangkah, menekan bahu Chandra dengan ujung telunjuknya. Dorongan kecil itu lebih menyakitkan dari pukulan apa pun. “Aku akan menuntut semua yang kau lakukan dulu. Jadi kalau kau masih ingin mempertahankan sisa harga dirimu, lebih baik kau belajar bersikap patuh mulai dari sekarang.”

Chandra mematung. Amarahnya meledak di dalam dada, namun otaknya sadar, sekarang dia tidak punya kuasa apapun lagi. Dengan saham 48% milik Audy yang kini berpindah ke tangan Adam, posisinya tidak lebih dari seorang boneka.

“Aku… mengerti.” Suaranya serak, nyaris tak terdengar.

Adam menyeringai, puas. “Bagus. Kalau begitu, lebih baik kau bereskan barang-barangmu. Bukannya ruang direktur pelaksana, sudah disiapkan untukmu? Di sana mungkin lebih cocok… untukmu sekarang.” Nada sarkas itu menghantam ego Chandra habis-habisan.

Tanpa berkata apa pun lagi, Chandra menahan gengsi dan melangkah keluar. Setiap langkahnya terasa seperti hinaan, seakan seluruh dinding kantor berbisik tentang kejatuhannya.

Begitu pintu tertutup di belakangnya, rahangnya mengeras. Di dalam hati ia mengutuk, “Brengsek. Audy dan Adam rupanya bekerja sama untuk menghancurkanku. Tapi ini belum berakhir. Aku akan temukan cara untuk merebut semuanya kembali… apapun taruhannya.”

...***...

Laporan dari Laila muncul di layar ponsel Audy. Kalimat-kalimatnya singkat, padat, tapi cukup untuk membuatnya tahu bahwa keadaan Chandra di kantor makin goyah. Sejak awal, Laila memang sengaja dia minta jadi mata yang mengawasi setiap gerak gerik Chandra di kantor. Dan kini, dia bisa melihat Chandra yang mulai hancur pelan-pelan.

Audy meletakkan ponselnya di meja. Dia mulai menyandarkan punggungnya ke kursi, pandangannya tertuju ke jendela besar yang menampilkan pemandangan kota Jakarta siang itu.

“Hhhhhhhaaaahhh…” ia menghela napas panjang.

Ada rasa lega, tapi sekaligus hampa. Di satu sisi, fia puas karena akhirnya bisa membalas sakit hati yang diberikan oleh Chandra. Tapi di sisi lain, perasaan itu ternyata tidak seperti yang dia bayangkan. Dia sama sekali tidak merasa bahagia. Ini hanyalah sebuah kemenangan sesaat. Seperti ada lubang besar menganga di hatinya yang entah kapan bisa menutup.

Perlahan Audy menggeleng, mencoba meneguhkan diri. “Aku hanya mengambil kembali apa yang jadi milikku,” gumamnya lirih.

Ketukan di pintu memecah lamunannya. “Dy, yuk ke ruang meeting. Rapatnya udah mau dimulai,” suara Yunita terdengar dari balik pintu.

Audy cepat-cepat meraih dokumen di meja. Dia bangkit, menegakkan tubuhnya, lalu melangkah keluar. Di belakang Yunita, dia berjalan setenang mungkin, berusaha mengubur gejolak hatinya dan kembali mengenakan wajah profesional yang biasa dia tunjukkan di depan semua orang.

...***...

Beberapa hari terakhir, Chandra tidak pernah lagi masuk kantor. Bukannya kembali ke apartemennya sendiri, dia malah betah menumpang di tempat Jenny.

Jenny yang baru saja keluar kamar, tertegun melihat ruang tamu berantakan. Bungkus rokok menumpuk di asbak, botol minuman keras berserakan di lantai. Hatinya makin kacau, apalagi kondisinya sendiri belum sepenuhnya pulih setelah aborsi beberapa hari lalu.

“Mas, kamu mau sampai kapan di sini? Kamu nggak kerja?” tanya Jenny, suaranya terdengar lelah.

Chandra menenggak sisa minuman dari botol, lalu bersandar di sofa. “Udahlah, Jenn. Jangan ngomel terus. Aku lagi pusing.”

Jenny mendengus kesal. “Ya pusing jangan di sini juga. Kamu kan udah punya apartemen sendiri, kenapa harus ngerepotin aku?”

Chandra menoleh dengan wajah merah padam. “Emang kenapa kalau aku di sini? Jangan lupa, aku udah kasih kamu banyak uang. Aku baru beberapa hari di sini aja kamu udah ribut banget.”

Kalimat itu membuat suasana makin panas. Jenny melipat tangan di dada, nadanya naik. “Uang, uang, uang! Emangnya semua masalah bisa selesai cuma karena uang? Jangan kamu pikir kamu bisa seenaknya hanya karena kamu ngasih aku uang yang nggak seberapa itu!”

Pertengkaran pun pecah. Suara mereka saling memaki, saling menyalahkan satu sama lain. Jenny menuduh Chandra cuma lari dari masalah, sementara Chandra menuding Jenny tidak tahu diri.

Di tengah hiruk-pikuk itu, ponsel Chandra berdering. Nama “Mama” muncul di layar. Dengan berat hati, ia mengangkatnya.

“Chan, uang bulanan kok belum kamu kirim? Mama butuh sekarang, mama mau belanja.” suara Martha terdengar tanpa basa-basi.

Chandra menutup wajah dengan tangan, frustrasi. “Mah, bisa nggak jangan minta duit dulu? Aku lagi kacau! Perusahaanku goyah, aku mau cerai sama Audy, dan sekarang Mama masih aja minta-minta uang!” bentaknya.

Hening sejenak di seberang, sebelum suara Martha meninggi. “Apa? Kamu cerai sama Audy? Terus rumah yang kalian tinggali gimana?”

“Rumah apa, Mah? Itu rumah peninggalan ibunya Audy. Masih atas nama almarhum ibunya. Aku nggak bisa nuntut apa-apa,” jawab Chandra ketus.

Martha langsung meradang. “Nggak bisa gitu dong! Kalian sudah lama menikah, harusnya ada pembagian harta gono-gini, termasuk rumah itu. Sudah, kamu tenang aja. Mama yang akan temui Audy. Biar mama yang kasih dia pelajaran!”

Sebelum Chandra sempat membalas, telepon sudah terputus. Dia menatap layar ponselnya sebentar, lalu melemparkan ponsel itu ke sofa dengan kasar.

“Ah, bodo amat…” gumamnya, kepalanya terasa semakin berat, sementara Jenny hanya bisa berdiri di ambang pintu dengan wajah penuh kecewa.

...****************...

1
Syiffa Fadhilah
alah palingan juga karier kalian berdua yang hancur, jangan lupa audy punya bukti perselingkuhan kalian
Syiffa Fadhilah
dion harus lebih bejuang lagi untuk meyakinkan audy, karena trauma pernikahan yang berakhir perceraian itu sangat menyakitkan.
Widya Herida
lanjutkan thor ceritannya bagus
Widya Herida
lanjutkan thor
Sumarni Ukkas
bagus ceritanya
Endang Supriati
mantap
Endang Supriati
engga bisa rumah atas nama mamanya audi.
Endang Supriati
masa org penting tdk dpt mobil bodoh banget audy,hrsnya waktu dipanggil lagi nego mau byr berapa gajinya. nah buka deh hrg. kebanyakan profesional ya begitu perusahaan butuh banget. td nya di gaji 15 juta minta 50 juta,bonus tshunanan 3 x gaji,mobil dst. ini goblog amat. naik taxi kwkwkwkwkkk
Endang Supriati
audy termasuk staff ahli,dikantor saya bisa bergaji 50 juta dpt inventaris mobil,bbm,tol,supir,by perbaikan mobil di tanggung perusahaan.bisa ngeclaim entertaiment,
Endang Supriati
nah itu perempuan cerdas,sy pun begitu proyek2 sy yg kerjakan laporan 60 % sy laporkan sisanya disimpan utk finslnya.jd kpu ada yg ngaku2 kerjja dia,msmpus lah.
Syiffa Fadhilah
good job audy
Syiffa Fadhilah
sukur emang enak,, menghasilkan uang kaga foya2 iya selingkuh lagi dasar kadal
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!