Ayah Sambungku K-Pop Idol

Sienna sudah terlelap di ranjang besar di kamar itu. Kirana sendiri membereskan pakaian sang putri ke dalam lemari. Tadinya Kirana akan pulang esok hari, namun batal karena sang putri datang menghampirinya. Jadi beberapa hari lagi Kirana akan berada di Paris dan mengajak sang putri berwisata.

Kirana berjalan menuju pintu saat mendengar pintu kamarnya diketuk. Saat dibuka ada Oscar membawa sebuah kardigan yang Kirana tahu adalah milik sang putri.

"Hai, Kiran," sapa Oscar.

"Oscar? Ada apa?"

"Aku mengantarkan kardigannya Sienna. Tadi sempat dipinjam sama Giselle."

"Oh gitu. Ya udah, makasih ya," ujar Kirana menerima kardigan itu.

Kirana berniat untuk masuk ke kamarnya lagi, namun Oscar menahannya.

"Kiran, apa kamu gak keberatan kalau kita ngobrol sebentar?"

Kirana sedikit bimbang. "Ngobrol apa?"

"Tentang Sienna. Apa lagi?" ujarnya.

"Oh, boleh aja. Kalau gitu kita ngobrol di dalam aja."

Kemudian Oscar sudah berada di ruang tamu di kamar tipe presidential itu. Mereka duduk di sofa dan menikmati teh yang Kirana siapkan.

"Giselle ke mana?" tanya Kirana.

"Tidur. Dia pasti kecapean, sama kayak Sienna."

"Terus kamu gak cape?"

"Lumayan sih. Tapi gak terlalu."

Kirana tak menyahut lagi dan memilih untuk menyeruput tehnya.

"Kamar ini, pasti mahal banget." Oscar melihat ke sekeliling ruangan yang didekorasi dengan sangat mewah.

"Iya, lumayan," ujar Kirana setuju. Ia pun terkejut melihat nominal yang harus dibayarnya saat Hyunjin memintanya untuk memesan kamar tipe ini.

"Siapa dia, Ran?" tanya Oscar tiba-tiba

Sontak Kirana menatap heran kepada Oscar. "Siapa? Maksudnya?"

"Laki-laki yang bareng kamu di sini."

Kirana menyimpan cangkirnya di meja di depannya. Ia tersenyum penuh arti. "Bukannya kita mau ngomongin Sienna ya di sini?"

Oscar tertawa canggung. "Ya gak apa-apa 'kan kalau aku kepo sedikit tentang kamu. Kita teman 'kan sekarang?"

Kirana mendengus. "Kita bukan teman, Car. Kita partner membesarkan Sienna," ralat Kirana. "Jadi gak semua hal bisa aku sharing sama kamu karena hubungan kita sebatas itu aja."

"Tapi ini ada hubungannya juga sama Sienna. Laki-laki itu, akan jadi ayah sambungnya Sienna. Jadi aku pengen mastiin dia bisa menerima Sienna, sama kayak Giselle nerima Sienna seperti anaknya sendiri. Apa dia sebaik Giselle atau enggak."

Entahlah, Kirana tidak suka saja saat Oscar memuji Giselle di depannya. Walaupun hubungannya dengan Oscar sudah membaik, perasaannya terhadap Oscar pun sudah semakin pudar, tapi bukan berarti ia sudah melupakan semua hal menyakitkan yang pernah Oscar torehkan padanya.

"Yang bisa menilai dia baik atau enggak, itu adalah Sienna sendiri. Jadi kamu gak usah khawatirin itu. Aku ibunya Sienna. Aku gak akan mungkin memilih laki-laki yang gak bisa menganggap Sienna seperti anaknya sendiri. Lagian aku belum kepikiran untuk kasih tahu Sienna tentang dia."

Oscar menelisik Kirana. "Apa hubungan kamu sama dia belum sedalam itu? Jadi kamu masih ragu dan nyembunyiin semuanya? Tapi kamu sampai berlibur berdua aja kayak gini. Seharusnya kalau belum serius, kamu jangan melakukan ini, Ran."

Kirana mengerutkan dahinya. Ia merasa ucapan Oscar sudah melewati batas yang seharusnya.

"Aku cuma... khawatir sama Sienna. Takut kamu salah ambil langkah, Sienna juga yang nanti harus nerima akibatnya." Oscar mengklarifikasi.

"Udah ya, cukup. Aku gak mau debat sama..."

"Ke mana dia sekarang?" poting Oscar. "Bukankah kalian seharusnya nginep di sini malam ini? Apa dia pergi karena tahu Sienna ada di sini? Segitunya kamu ingin menyembunyikan semuanya dari Sienna?" Oscar tak berniat menyudahi perdebatan ini.

Kirana menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan tanda ia merasa jengah. "Rasanya hal sepribadi itu gak perlu aku share sama kamu. Kenapa sih kamu kepo banget? Kenapa kamu peduli banget aku berhubungan sama siapa?"

Oscar tertawa canggung. "Aku gak kayak gitu, Kiran. Aku cuma..."

"Kamu bisa sepeduli itu sama aku sekarang, di saat kepedulian kamu itu udah gak aku perlukan lagi," potong Kirana. "Udah cukup ya, gak enak kalau Giselle tahu kita ngobrol kayak gini. Lebih baik kamu kembali ke kamar kamu. Dan juga bukan kapasitas kamu buat menasehati aku."