Velia diperlakukan dingin oleh suaminya, Kael setelah menikah. Belum sempat mendapatkan jawaban dari semua pertanyaan dirinya malah mendapati Kael mengkhianati dirinya.
Dalam semalam, Kael menunjukkan sifat aslinya membuat Velia tak tahan dan mengakhiri hidupnya. Namun, Velia justru terbangun di masa lalu dimana dirinya belum mengenal Kael sama sekali. Apa yang akan di lakukannya pada kesempatan kedua ini? Apakah gadis itu berhasil mengubah takdir? atau justru menempuh jalan yang sama?
cr cover: https://pin.it/5RJgxu4Ex :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Gaby: Tidak! Kau salah paham, akan ku jelaskan alasanku menelponmu. Tolong jangan tutup teleponnya.
Gaby menjelaskan alasannya pada Stella. Stella tidak memotongnya, sebaliknya ia justru tertarik pada tawaran Gaby.
Stella: Kau butuh berapa banyak untuk ide ini?
Gaby: Beri aku harga terbaik yang kau punya.
Gaby tersenyum puas, "Keberuntungan macam apa ini? Aku mendapatkan ide yang bisa menghasilkan uang, lalu Kael juga kemungkinan besar akan terikat bersamaku,"
Sementara itu, Stella duduk di meja kerjanya. Jarinya mengetuk pelan di atas meja kayu itu, telepon genggam masih menempel di telinganya. "Tidak kusangka anak haram dari papa bisa menggunakan otaknya dengan baik,"
Wanita itu meraih mouse yang tak jauh dari tangannya, lalu mengarahkan krusor pada sebuah dokumen yang baru saja masuk ke alamat surelnya. "Baiklah, dokumennya sudah kuterima akan kukabari jika aku tertarik dengan proyek ini," ucap Stella lalu memutus sambungan telepon.
Ia memeriksa dokumen itu dengan saksama, matanya memastikan tak ada baris yang terlewat. "Bahkan konsep awal sudah ada, target pasar pun jelas," gumam Stella terlihat tertarik dengan ide yang ditawarkan Gaby.
Stella menepati janjinya dengan mengirim sejumlah uang ke rekening milik Gaby. Wanita itu tidak curiga sama sekali, di pikirannya sekarang hanyalah meraup keuntungan sebanyak mungkin.
Hari keenam peluncuran RE:BOOST
Video pertama telah selesai dan diperlihatkan pada Daniel. Pria itu menontonnya berulang kali tanpa komentar panjang. "Bagus! Emosinya kuat. Tapi jangan sampai melupakan hal kecil lainnya, usahakan kita tidak terlihat memanfaatkan rasa lelah untuk menjual produk," puji Daniel, wajahnya tampak puas dengan hasil sejauh ini.
Velia dan lainnya saling menatap, rasa lelah mereka selama hampir seminggu ini berbuah manis. "Oh ya, sedikit revisi untuk akhiran video tolong tambahkan kesan pemulihan. Jangan hanya memperlihatkan kelelahan," ucapnya lagi
Hari ketujuh peluncuran RE:BOOST
Velia akhirnya menyelesaikan script pendek untuk sosial media mereka. Tapi ada satu hal yang membuat Ishac telat membalas sehingga Kael yang membantunya.
Hari ini berjalan sangat cepat, sore hari telah tiba tanpa mereka sadari. Notifikasi kembali muncul di layar komputer Velia, itu dari Kael.
Kael: Terimakasih atas kerja keras anda.
Alisnya berkedut sesaat, "Apa untuk hal seperti ini juga harus melalui pesan pribadi?" batin wanita itu merasa tak nyaman dengan apresiasi dari Kael.
"Bagaimana kondisi kakimu?" tanya Daniel yang tiba-tiba muncul di belakangnya.
Velia terperanjat, "Daniel! Bagaimana jika masih ada orang di sini?"
Daniel tertawa kecil, "Tenang saja. Tidak ada orang lain selain kita berdua di sini. Emm ... Veli, bagaimana tanggapanmu tentang hal yang kita bicarakan di taman akhir pekan lalu?" tanya Daniel seraya menarik bangku Nara yang ada di samping Velia.
Velia menghela napas, "Aku juga punya perasaan padamu Daniel. Tapi sekarang aku harus menyingkirkan Kael terlebih dahulu. Jika tidak akan membawaku kembali mengulang kehidupan pahit itu lagi," batin Velia, matanya menatap lantai keramik yang di pijaknya.
Melihat Velia yang terdiam, "Baiklah. Aku akan menunggumu sampai kau siap," ucap Daniel dengan senyum tipis.
Velia mengangkat pandangannya, kini mata mereka bertemu. "Terimakasih, Daniel," ucapnya.
Hari kedelapan peluncuran RE:BOOST
Hari ini teaser untuk varian Calm Mint tayang perdana di sosial media mereka. Velia, Nara, dan Liana saling menggenggam tangan. Jantung mereka berdegup kencang memikirkan bagaimana reaksi warganet soal produk mereka.
"Eh? Responnya ...," ucap Liana, tubuhnya seakan membeku di depan laptop. Bahu Nara turun, sedangkan Velia tercengang menatap layar laptop.
"Apa? Ada apa dengan responnya?" tanya Ray kemudian berjalan ke belakang tiga wanita itu.
