Gita merasakan jika berada didekat suaminya merasa sangat emosi, dan begitu juga dengan sang suami yang selalu melihat wajah istrinya terlihat sangat menyeramkan.
Setiap kali mereka bertemu, selalu saja ada yang mereka ributkan, bahkan hal.sepele sekalipun.
Apa sebenarnya yang terjadi pada mereka? Apakah mereka dapat melewati ujian yang sedang mereka hadapi?
Ikuti kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua puluh sembilan
Arka mengemudikan mobilnya membelah jalanan yang mulai tampak padat, sebab saat ini adalah jam pulang kantor yang disertai anak-anak sekolah menengah atas yang juga pulang jam sore.
Ia masih merasakan bimbang apakah pulang kerumah, atau kembali menginap dihotel. Ia menjadi dilema.
Jika pulang ke rumah, ia takut akan kembali menyiksa Gita, dan jika tidak pulang, maka ia akan digosipin satu komplek bahwa terjadi pembiaran dan penelantaran terhadap sang istri.
Lalu bagaimana jika ia digosipin sebagai pelaku kekerasan dalam rumah tangga? Semua bagaikan buah simalakama.
Pria itu menghentikan mobilnya saat lampu merah menyala dirambu-rambu lalu lintas. "Allahumma yasir wa laa tu'asir, rabbi tammim bil khair, birahmatika ya ar rahmarrahimin... ," doanya dalam hati.
[Ya Rabb, permudah lah urusanku, jangan dipersulit, dan akhiri lah urusanku dengan kebaikan serta kasi Sayang-Mu,]
Diakhir doanya, ia melirik ke arah sisi kiri jalanan, dimana sebuah sepeda motor berhenti tepat disisi mobilnya.
Sepasang suami istri yang sedang berboncengan dan seorang anak laki-laki berusia sekitar dua tahunan dan sedang memakan es krim varian coklat tampak begitu sangat bahagia.
Ditangan sang wanita, terdapat satu kantong kresek berisi dua kotak susu formula, dan tampaknya mereka sangat bahagia.
Bocah itu menoleh ke arah mobil, lalu bercermin pada kaca jendela mobil. Bocah itu bercermin dengan wajahnya yang tampak ceria dan menggoyang-goyangkan kepalanya, lalu tertawa sendiri.
Saat melihat siapa sang bocah, sontak saja Arka tersentak kaget, sebab itu adah Raihan, puteranya.
"Hah! Raihan?" ia membeliakkan kedua matanya.
Pria itu bergegas ingin turun dari mobil, namun lampu hijau menyala, dan membuatnya terpaksa harus mengemudi, sebab pengemudi dibelakangnya sudah membunyikan klakson dengan tak sabar.
Sedangkan pengemudi motor sudah berbelok arah dan Arka kehilangan jejak mereka, sebab pengemudinya begitu gesit melewati kendaraan lainnya.
"Raihan," gumamnya lirih, lalu menatap jalanan mencari keberadaan sang anak, namun tak ia temukan jejaknya.
Hatinya semakin gelisah, dan ia mencoba memutar arah untuk mengikuti kemana arah pengemudi motor yang membawa puteranya.
****
Hari terlihat senja. Tuti mencoba menutup pintu rumah Gita. Ia sebenarnya ingin memberi makan Gita, namun ia takut jika piring itu nanti melayang dan dilemparkan padanya.
Langkahnya dipercepat, ia tidak ingin jika hari sudah menjelang Maghrib, pintu rumah itu terbuka, dan sangat pamali sekali, sebab banyak setan yang sedang bergentayangan dan memasuki rumah yang masih terbuka pintu atau jendelanya.
Saat langkahnya semakin mendekati pintu, ia merasakan bulu kuduknya meremang, dan punggungnya menebal.
Sesaat ia teringat akan Ningsih dan juga Wati yang pernah melihat sosok mengerikan didalam gudang.
Tentu saja hal itu membuat wanita tersebut merasa bimbang. Ia terlihat sangat takut untuk sekedar menarik pintu dan menutupnya.
Tuti seolah berperang dengan bathinnya. Ia memilih untuk menutup atau justru kabur. Saat ia memaksa untuk menutup pintu, tiba-tiba saja terdengar suara teriakan kesakitan dari Gita yang saat ini berusaha melepaskan ikatan tangannya yang tertaut pada sandaran ranjang.
Tuti mempercepat langkahnya, dan saat ia berada diambang pintu untu menarik handle, tiba-tiba saja Gita keluar dari kamar dengan rambutnya yang acak-acakkan dan ketika melihat Tuti didepannya, sontak saja ia melihat tetangganya itu seperti seekor kera yang sangat menakutkan.
Melihat gelagat Gita yang ingin menyerangnya, sontak saja Tuti berbalik arah, lalu memilih melarikan diri dan ikut berteriak ketakutan.
Suasana senja kembali dihebohkan oleh Gita yang berusaha mengejar Tuti dengan wajah yang sangat garang.
Melihat hal tersebut. Para pria mencoba menghalangi Gita, sebab berniat menyerang Tuti yang sudah lebih dahulu masuk kerumah dan mengunci pintu.
Niatnya yang ingin menolong wanita tersebut, berujung menjadi petaka yang menakutkan.
Empat orang pria dewasa yang merupakan suami para tetangga ikut membantu menangkap Gita yang terlihat menuju ke rumah Tuti.
Sedangkan warga lainnya memilih menutup pintu karena hari sudah senja dan juga takut menjadi sasaran amukan dari Gita.
Mereka memilih mengintai dari jendela, dan tampak Gita memberontak para pria itu saat akan diamankan ke dalam rumah.
"Lepasin! Lepasin setan Lembu!" makinya pada keempat pria tersebut.
"Masuk! Nyusahin orang saja! Kemana suamimu-Hah! Kalau sudah begini sebaiknya masuk rumah sakit jiwa saja kamu!" ucap Rudi yang merupakan suami Ningsih dengan kesal.
Ia merasa sangat direpotkan oleh ulah Gita, dan suara teriakannya sangat mengganggu sekali.
"Iya! Kemana sih, suaminya! Dasar tak bertanggung jawab!" yang lain menimpali.
Mereka menyeret paksa Gita, lalu melemparkannya kelantai, dan bergegas mengunci pintu dari luar.
Suara teriakannya terdengar sangat memilukan, dan ia semakin berteriak kesakitan saat adzan berkumandang.
Warga kembali ke rumahnya masing-masing, dan mencoba menutup telinga, meski terdengar sangat tak nyaman.
"Sakit, sakit, jangan! Jangan dekati aku! Pergi! Pergi! Teriak Gita saat melihat sosok pria berkepala Lembu dan sangat mengerikan datang menghampirinya.
Bahkan sosok wanita dengan wajahnya yang mengerikan dan hancur datang menghampirinya dengan senyum seringai.
Gita berlari kedapur. Ia melemparkan barang-barang yang ia temui ke arah dua makhluk mengerikan itu.
Kedua iblis itu terus mendesaknya dan membuat ia terpojok le dinding.
"Jangan! Jangan! Pergi!" ia berteriak dengan histeris sembari menutup wajahnya dan berjongkok.
Tap
Sebuah tangan menyentuh pundaknya.
Hal itu semakin membuatnya berteriak ketakutan. "Jangan! Jangan! Jangan sentuh aku!" teriaknya dengan kencang.
"Kemarilah," ucap suara seorang pria dengan lembut.
Gita berhenti menangis. Lalu membuka matanya dan menurunkan tangannya.
"Mas Arka, Mas Arka, kamu pulang? Kamu tidak selingkuhkan?" cecarnya dengan wajah meringis menahan kesakitan.
Arka tersentak kaget saat melihat rupa Gita sangat buruk rupa, bagaikan seekor kera. "Astagfirullah, astaghfirullahalladzim...," gumamnya dengan lirih, dan mencoba menahan gejolak amarah dihatinya dan kebencian yang membuncah.
"Tidak, mas tidak pernah selingkuh, ayo, kita ke kamar," ajaknya pada wanita tersebut.
Ia harus berperang antara bathin dan fikirannya yang saat ini saling bertentangan. Jika menurutkan hatinya, maka ia sangat jijik melihat sang istri, namun fikirannya masih mengatakan ada rasa iba yang harus ia tanamkan.
Pria itu terus berusaha menahan setiap dorongan rasa kesal yang datang dengan istighfar yang tak henti ia lantunkan setiap kali rasa ingin menganiaya sang istri datang.
Arka membantu sang istri untuk bangkit, lalu menuntunnya untuk berjalan menuju ke dalam kamar.
Rumah yang dulunya begitu sangat damai, kini berubah menjadi neraka yang sangat mengerikan.
"Bener Mas gak selingkuh--kan?" tanya Gita berulang kembali. Ia seolah mencurigai suaminya karena tidak pulang ke rumah.
Arka menggelengkan kepalanya. "Mas gak pernah selingkuh," jawab Arka meyakinkan sang istri.
Lalu Gita berjalan tertatih mengikuti sang suami, namun tiba-tiba organ intinya kembali merasa sakit, dan ia berteriak dengan sangat keras dan mencengkram selangkanya dengan kuat sembari meringis dan menggil.
xiexiexiexie.....
anak semata wayang yang dibangga-banggakan ternyata astaghfirullah ...
tp sayang nya si Minah belum nyadar diri ttg perbuatan anak nya itu ,, kasihan nya 🤣🤣🤣
msh penasaran aku kak Siti ,,, kira-kira apa yg terjadi pd 2 jalang itu yg pingsan di hutan,, apakah msh hidup atau mereka dh pd mati yaa ❓🤔
kak Siti maaf bukan nya kondisi Gita sdg menstruasi yaa , lalu knp Gita Sholat Subuh berjamaah dg Arka ❓🤔