Keberanian tidak akan pernah absen dari ketakutan.
Orang berani bukan berarti mereka tidak pernah merasa takut, akan tetapi mereka berhasil menaklukkan rasa takut itu.
Hanya karena kau pernah gagal lalu terluka di masa lalu, bukan berarti semua yang kau hadapi sekarang itu sama dan menganggap tidak ada yang lebih dari itu.
Kau salah . . . . . !!!
Briana Caroline MC.
Yang arti nya KEBERANIAN, TANGGUH, KUAT DAN PENAKLUK DUNIA.
Tidak seperti arti dari namanya yang diberikan orang tuanya. Justru malah sebalik nya.
Bayang-bayang dari masa lalunya membuat dia TRAUMA. Itulah yang membuatnya selalu menghindari apapun yang akan masuk ke dalam hidupnya.
Dia lebih memilih untuk lari ketimbang menghadapinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fidha Miraza Sya'im, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Ryo berlari di koridor gedung sekolahnya yang tak berpenghuni. Ia langsung bergegas ke sekolah setelah pak kepala sekolah menelponnya dan meminta ia untuk datang ke sekolah.
Sekolah sengaja di liburkan sementara karena kejadian tragis yang menimpa Anya. Sedangkan untuk siswa yang sudah lulus di minta datang secara bergiliran, khususnya teman sekelas Anya untuk dimintai keterangan atas kematian Anya.
Setelah bertemu dengan kepala sekolah serta memberikan keterangan pada pihak berwajib. Ryo dan Dimas langsung berjalan menuju parkiran.
"Sudah enak-enak tidur di rumah, eh malah di suruh datang ke sekolah. Enggak tahu apa orang sudah ngantuk banget?! Ini malah ngadepi bapak-bapak polisi yang menyeramkan lagi. Lagian kan dia bunuh diri bukannya di bunuh. Ngapain lagi minta-minta keterangan kita segala, kayak kita di curigai saja sama mereka hufft". Dimas ngedumel karena waktunya terganggu.
Ryo meliriknya lalu menjawab.
"Ya namanya mereka mau menyelediki kasusnya. Terlebih lagi keluarganya enggak terima atas kematian Anya. Sudah pasti di telusuri lah kasus ini".
" Iya, itu sama saja mereka menuduh salah satu dari kita adalah pelakunya. Eh tapi tunggu dulu sejak malam itu gue enggak pernah lihat si Briana lagi. Bahkan dia enggak datang ke sekolah untuk minta keterangannya. Apa jangan-jangan?". Tiba-tiba Dimas mencurigai Briana.
"Loe kalau ngomong jangan sembarangan nanti kalau kedengaran sama pihak lain, bisa-bisa si Briana dalam masalah dan itu namanya fitnah. Lagian Briana enggak datang karena dia lagi sakit". Dengan cepat Ryo membantahnya.
" Elo dari mana tahu kalau dia lagi sakit?". Dimas mengerutkan dahinya.
"Ya tahu lah gue! Rang pas malam itu gue bersama dia, terus gue sendiri juga yang nganterin dia pulang karena mendadak dia demam tinggi. Tadi gue menyempatkan juga ke rumahnya karena mau lihat kondisinya dan ternyata dia masih belum sembuh". Jawab Ryo dengan jelas namun Dimas masih belum menemukan titik terang di otaknya.
" Itu setelah kejadian atau sebelum kejadian loe bawa dia pulang?". Dimas bertanya kembali seperti orang yang tengah mengintrogasi seseorang.
"Mana gue tahu. Lagian ya, malam itu dia sama gue terus dari acara mulai dan dia enggak kemana-mana. Loe kan ngeliat sendiri kalau gue duduk bersama dia waktu nonton festival drama. Jadi tuh mulut jangan asal nuduh orang sembarangan". Ryo menarik mulut Dimas.
Dimas menepisnya.
" Iya iya, lagian kan gue cuma menerka doank. Ya wajar donk kalau gue curiga. Secara orang yang paling tersakiti oleh Anya itu adalah Briana dan besar kemungkinan Briana bisa melakukan balas dendam pada Anya".
"Lo kebanyak nonton film nih makanya otaknya negatif terus ke orang lain. Curiga boleh tapi enggak ngasal ngomong juga kalau loe enggak punya bukti". Ryo kembali mengingatkan Dimas agar tidak bersikap ceroboh.
"Hmm iya deh maaf. Oh ya! Ngomong-ngomong kalian sudah sedekat itu ya? Apa jangan-jangan loe sudah jadian lagi sama Briana!". Tebaknya dengan semangat.
Ryo menaikkan kedua alisnya sembari menjawab dengan percaya diri.
"Sudah jelas donk! Kalau enggak, mana mungkin Briana mau duduk sama gue di malam prom kemarin plus gue nganter dia pulang ke rumahnya".
" Iya juga sih! Makanya gue kaget juga pas dia ngajakin loe duduk barengan malam itu. Eh jadi loe sudah pernah ke rumahnya?". Dimas baru tersadar.
Ryo mengusap dahinya karena menghadapi sahabatnya yang sedikit lola (loading lama).
"Loe budek atau apa sih Dim? Tadi kan gue sudah bilang ke loe kalau gue ngantar dia pulang. Ya sudah jelas lah gue sudah pernah ke rumah dia".
" Wow... Cepat banget ya kemajuan loe. Salut gue sama loe". Dimas merasa takjub atas perkembangan kedekatan mereka berdua.
"Apa gue bilang! Buat gue yang kayak gitu mah kecil Jangan kan tahu rumahnya bahkan gue sudah ketemu sama nyokap nya sekaligus hi hi hi". Ryo menjentikkan jarinya.
"Ah serius loe? Ketemu sama nyokap nya? Oh ya ngomong-ngomong gimana rumahnya, besar enggak? Karena kan katanya dia anak konglomerat, betul enggak tuh? Terus nyokap nya gimana? Pasti sama cantiknya sama Briana. Iya kan?". Dimas mulai penasaran sehingga ia memberikan banyak pertanyaan.
Ryo menjitak kepala Dimas. "Kepo banget sih loe".
" Ya iya lah gue kepo. Elo kan tahu kalau seisi sekolah ini penasaran banget sama dia apa lagi sama latar belakang keluarganya. Nah mumpung sahabat gue sendiri yang sudah tahu semuanya, jadi loe ceritain ke gue gimana dia atau kalau enggak sekali-sekali loe bawa gue main ke rumah dia gitu he he he". Dimas sangat berantusias demi menghilangkan rasa penasarannya.
"Ogah......! Biarin loe mati penasaran sono. Gue enggak bakal ceritain ke loe atau ke siapa pun". Ryo menempeleng kepala Dimas lalu masuk ke dalam mobilnya.
" Ya elah bro, elo mah parah amat. Timbang ngasih tahu doank. Jangan buat gue penasaran gini donk. Janji deh kalau loe ceritain, gue enggak bakalan cerita sama yang lain. Gue bakalan merahasiakannya. I'm promise". Dimas pun heboh mengejar Ryo sembari meminta Ryo membuka kaca mobilnya.
Ryo mengeluarkan kepalanya sedikit dari jendela mobil.
"Bodo.....!".
" Yo... Please lha Yo! Kasih tahu gue". Dimas masih memaksanya.
"Sudah, loe enggak usah segitunya. Mending loe pulang sono. Katanya loe lagi ngantuk berat dan langsung tidur, jadi sono pulang". Ryo menepis tangan Dimas yang menggantung di bibir pintu mobil.
"Enggak, gue sudah enggak ngantuk lagi, gue sudah segar ini. Makanya kasih tahu gue Yo". Rengeknya.
" ENGGAK! Awas loe, gue mau nutup kacanya. Eh ingat! Loe jangan bocorin ke siapa pun tentang hubungan gue sama Briana". Ryo memberikan peringatan terakhir sebelum ia menaikkan kaca mobilnya.
Dimas pun dengan segera menyingkirkan tangannya dengan tampang kecewa.
"Parah amat sih loe Yo".
" BODO, bye". Ryo menutup kaca jendela mobilnya dan pergi meninggalkan rasa penasaran Dimas.
"Parah amat tuh anak, awas saja loe entar, kapan loe minta bantuan sama gue, enggak bakalan mau gue bantuin loe, hufft sial". Dimas ngedumel sendiri sembari melihat kepergian Ryo.
Sedangkan Ryo hanya melirik sahabatnya melalui kaca spion mobilnya lalu berkata.
"Untuk saat ini loe enggak perlu tahu Dim soal Briana karena loe pasti akan merusak semua rencana gue". Ujarnya berbicara sendiri.