My Hot Partner In Berlin

..."Jadi, kenapa lo pergi diam-diam dan menghilang?" — Luca Harrison...

Malam hari, di kamar tamu yang saat ini sedang Alessa dan Gerry tempati, dua orang itu berbaring dengan posisi menyamping dan saling berhadapan.

"Dia lucu," lirih Alessa mengingat kembali bagaimana menggemaskannya anak sahabat suaminya. Mata itu terlihat berbinar saat membayangkan wajah bayi yang tadinya ia gendong. "Aku jadi pengen punya anak."

"Kalau anak perempuan, wajahnya mirip kamu dan anak laki-laki, wajahnya mirip aku. Anak kembar pun aku ga masalah."

"Salah nggak ya ... kalau aku berharap?" imbuhnya pilu. Mata yang semula berbinar-binar dan penuh harap itu, kini mendadak sendu dn terlihat nelangsa.

"Nggak salah, Sayang." Gerry membelai lembut kepala Alessa dengan penuh kasih. "Semua orang pasti menginginkan hal yang sama."

Alessa terdiam. Cukup lama ia berpikir sendiri sambil menatap mata suaminya.

"Aku siap operasi, Ger," ucap Alessa tak sabar. "Kita lakukan di Jakarta saja."

Gerry menaikkan alisnya sebelah. "Are you sure? Nggak mau ke Berlin lagi? Kita bisa operasi di sana dan melanjutkan perawatan di sana."

Alessa terdiam beberapa saat. Ia terlihat sedang memikirkan banyak hal. Jika ia melakukan operasi di Indonesia, tak ada yang bisa merawatnya selain Gerry. Dan tentu saja jika Gerry yang sepenuhnya menjaganya setelah operasi, pria itu akan kelelahan. Jika di Berlin, ada Luther yang akan bergantian dengan Gerry menjaganya setelah operasi.

"Baiklah. Kita operasi di Berlin saja. Tapi, setidaknya kita nikmati dulu honeymoon kita yang tertunda di Jakarta," ucap Alessa sembari terkekeh pelan.

Kalau dipikirkan lagi, benar. Setelah mereka berdua menikah, mereka belum pergi honeymoon. Menurut mereka, hanya dengan berada di Ladenburg saja itu sudah seperti honeymoon buat mereka. Salah satu desa yang indah, nyaman dan tentunya cukup tenang karena jauh dari yang namanya hiruk pikuk perkotaan

Alessa mendekatkan tubuhnya ke arah Gerry. Kemudian, wanita itu menempelkan kepalanya ke dada suaminya sambil memejamkan mata.

...🌸...

Keesokan harinya, saat selesai sarapan, Alessa dan Gerry duduk di taman yang ada di rumah megah itu. Tentu saja ada Luca dan Lea di sana. Tentu saja ditemani minum hangat dan beberapa camilan di atas meja.

"Jadi, kenapa lo pergi diam-diam dan menghilang?" tanya Luca membuka pembicaraannya pagi itu.

Tentu saja Alessa dan Lea yang tau jawaban dari pertanyaan Luca langsung menatap Gerry secara bersamaan. Dan Gerry? Pria itu terlihat santai dan seperti sudah tahu bahwa Luca akan bertanya padanya.

"Kenapa? Lo kesel?" Tanya Gerry sambil tersenyum setengah. Ia mengambil cangkir yang berisikan teh hangat, kemudian menenggak teh tersebut sedikit demi sedikit.

"Ya iyalah! Pake nanya! Mana nikah nggak ngundang-ngundang," kesal Luca lagi.

Gerry meletakkan cangkir teh tadi di atas tatakannya. Lalu, Gerry menatap Luca dengan tatapan yang penuh makna. "Pokoknya waktu itu gue lagi pengen sendiri."

"Gue ke Ausie, bokap gue sakit dan nggak lama di sana, dia meninggal."

"Karena gue males di sana sama istri bokap, yah gue iseng ke Berlin."

"Sorry, gue baru tau kalo bokap lo udah nggak ada." Ucap Luca sambil menghela nafas berat. Namun ia segera mengubah ekspresinya menjadi bahagia. "Tapi gue senang, karena lo balik dari sana dengan status yang beda."

"Of course bikin gue jantungan. But, i'm happy for you," imbuh Luca tulus.

Meskipun mereka berempat di taman, tapi saat ini hanya Gerry dan Luca yang terlibat dalam obrolan. Sementara Alessa dan Lea? Mereka hanya diam menjadi pendengar setia.

Merasa bosan dengan situasi saat itu, Lea pun memutuskan ke kamar anaknya. "Sorry, aku ke kamar Hugo dulu ya."

Melihat Lea bangkit dari duduknya, Alessa pun menjadi ingin mengikuti Lea untuk bertemu dengan bayi kecil itu. "Lea, aku boleh ikut?"

"Ayo!" Seru Lea dengan girang.

Dua orang wanita itu pun pergi dari taman meninggalkan suami mereka. Meskipun canggung, tapi entah kenapa ada rasa penasaran yang berkecamuk di hati Alessa. Rasa penasaran akan wanita yang berhasil mencuri hati suaminya sebelum dia.

Yah ... sifat alami wanita. Meskipun mantan sudah tak mengingat pasangan kita lagi, tapi tetap saja kita masih penasaran dan ingin mengorek luka lama itu. Padahal, sudah tau akan menyakiti diri sendiri.

...🌸...

...🌸...

...🌸...

...Bersambung .......