"Jangan bunuh aku."
Sydney tidak menyangka hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat hanya dalam satu malam. Ia melihat saudaranya dibunuh oleh seorang pria, dan dirinya terjebak dalam situasi sulit. Penderitaan ini tidak ia terima, dan alam mengabulkan permohonannya. Namun, ia malah harus menikah dengan seorang pria kejam bernama Ransom Alexander. Dia adalah pria yang paling Sydney benci. Pernikahan ini adalah dendam.
Cover by : Ineed design.
IG : renitaaprilreal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelajaran Untuk Mariane
“Apa Ibu sudah mengadu kepada ayah tentang ini?” tanya Mariane.
“Diamlah dulu. Kau itu sedang diperiksa.” Lyra menjawab dengan rasa kesal. Ia sudah memanggil dokter keluarga agar kedua anaknya diobati.
“Sebenarnya apa yang terjadi?” Corvin ikut bertanya.
Lyra tidak memedulikan pertanyaan dari putranya itu, ia fokus memandang dokter yang memeriksa keadaan Mariane. Pria itu menuliskan resep untuk segera ditebus supaya Mariane dan Corvin bisa sembuh.
“Terima kasih, Dokter,” ucap Lyra sambil menerima dua buah resep atas nama kedua anaknya.
“Mereka akan membaik setelah mengonsumsi obat.”
“Ya, aku akan segera menebusnya.” Lyra mengantar dokter itu keluar kamar hingga pintu depan, kemudian meminta pelayan untuk menebus obat. “Cepat kembali setelah kau menebusnya.”
“Baik, Nyonya.”
Lyra kembali ke kamar, di mana Mariane dan Corvin berada di sana. Ia menutup pintu rapat agar siapa pun tidak bisa menguping pembicaraan mereka.
“Bu, cepat ceritakan apa yang terjadi,” desak Mariane.
“Dasah bodoh! Apa kau salah menaruh obatnya?” Suara Lyra bernada kemarahan.
“Apa maksudnya ini?” Sejujurnya Corvin memang tidak tahu karena ia baru pulang.
“Adikmu menaruh obat pencahar di makanan Ransom dan ayah kalian,” jawab Lyra.
“Apa?!” Corvin kaget. Berani sekali Mariane menjahili Ransom dan ayahnya. Benar-benar di luar dugaan. “Lalu, kenapa aku dan dia yang sakit perut?”
“Justru itu yang membuat Ibu heran. Mariane, apa kau yakin sudah benar menaruh obat itu?” tanya Lyra.
“Memangnya aku bodoh sampai tidak tahu.” Wajah Mariane cemberut.
“Lalu mengapa malah kau yang sakit perut?”
“Aku juga tidak tahu, Bu.”
“Pasti ada yang melihatmu. Apa kau sudah memastikannya?”
“Aku sangat yakin. Obat itu aku teteskan ke mangkuk sup setelah Sydney dan pelayan pergi. Tidak ada siapa pun yang melihatku melakukannya,” ucap Mariane.
“Buktinya kau dan kakakmu malah memakan sup itu.”
“Sial! Ini semua gara-gara kau, Mariane. Aku jadi ikut-ikutan menderita.” Corvin memegang perutnya. Ia tidak tahan lagi, ia harus ke kamar mandi.
Lyra menggelengkan kepala melihat putranya. Ya, ini semua memang kesalahan Mariane yang tidak becus menjebak Sydney. Malah wanita itu semakin berada di atas angin sekarang.
“Kita harus hapus rekaman CCTV malam ini,” ucap Lyra.
“Memangnya kenapa?” tanya Mariane.
“Astaga! Aku benar-benar melahirkan putri yang bodoh. Siapa tahu saja Ransom ingin mengecek CCTV rumah ini.”
“Gawat kalau sampai Ransom tahu. Ayah juga tidak dapat menolongku. Bu, kau harus lakukan sesuatu.” Mariane meringis, ia berlari ke kamar mandi, lalu mengetuk pintu. “Corvin, aku juga mau ke toilet. Cepat gantian!”
“Pakai kamar mandi kakakmu,” kata Lyra, karena mereka sekarang ada di kamar Mariane.
“Akkhhh!” Mariane berlari keluar dari kamar.
Lyra mengembuskan napas panjang. Untung ia siap siaga membuka pintu. “Putra dan putriku sama-sama konyol. Tidak ada satu pun yang berhasil mereka kerjakan.”
Corvin keluar dari kamar mandi dengan rasa lega untuk sementara. Sebelum ia meminum obat, maka rasa ini tidak akan hilang.
“Corvin, kemari.” Lyra menyuruhnya duduk.
“Tubuhku lemas, Bu.” Corvin menolak untuk duduk, ia merebahkan diri di kasur.
“Kau pergi ke ruang kontrol. Cek CCTV rumah dan hapus rekaman yang menunjukkan adikmu ke ruang makan,” ucap Lyra.
“Aku? Kenapa harus aku?” Corvin kesal mendengar perintah ibunya.
“Bantu adikmu. Kau tidak mau sampai dia di hukum, kan?”
Corvin berdecak. “Sial!”
“Jaga bicaramu, Corvin.”
“Dia yang berbuat, tetapi aku yang kena getahnya. Aku akan ke sana setelah semuanya tidur, dan tentunya meminum obatku.”
“Sebentar lagi obatmu akan datang.”
Sementara itu, Sydney sudah selesai mengurus Elias. Ia berhasil menarik perhatian ayah mertuanya. Dengan begini, ia punya dukungan kuat di rumah ini selain Ransom tentunya. Sydney kembali ke kamar, di mana suaminya juga di sana.
“Apa yang terjadi, Istriku?” tanya Ransom, ia bangkit dari meja kerjanya.
“Mariane mencoba menjebakku. Tadinya makanan itu untukmu dan ayah.”
“Jadi, bagaimana kau bisa membuat dia yang merasakannya?”
“Tentu saja aku menukar makanan kalian. Untung ada salah satu pelayan yang melihat perbuatannya itu.” Sydney jadi kesal.
“Mereka pasti menderita malam ini.”
“Ah, itu karena hasil perbuatan mereka sendiri.”
“Kau ingin aku menghukum Mariane?”
“Sebenarnya aku tidak mau memperpanjang masalah ini, tapi apa salahnya memberi sedikit pelajaran untuknya.”
“Besok, dia akan mendapatkannya.”
“Uh, kau memang suami yang baik.” Sydney memujinya.
Namun, Ransom malah menunjuk pipi. “Bayarannya.”
“Lebih baik tidak usah,” kata Sydney. Moodnya berubah kesal.
“Hanya satu kecupan. Itu saja tidak boleh?”
“Tunggulah sampai waktu kita tidur bersama.” Sydney mengatakan itu sambil berjalan ke arah kamar mandi.
“Jika aku tahu dia semenarik ini, lebih baik tidak ada pernikahan kontrak,” gumam Ransom. Ia harus bertahan sampai waktu yang sudah ditentukan.
Terdengar suara ponsel yang bergetar, Ransom mengambil telepon genggam miliknya. Ada pesan dari seseorang yang membuatnya membulatkan mata. Ransom tidak membalasnya, ia malah menonaktifkan teleponnya itu.
“Kau sedang apa?” Sydney menegur, ia sudah selesai membersihkan wajah dan siap untuk tidur. “Besok, aku sudah masuk kampus.”
“Oh, ya? Bukannya masih lama?” Ransom ikut naik ke tempat tidur.
“Aku yang terlalu lama cuti. Pulangnya aku akan singgah ke rumah orang tuaku.”
“Aku akan mengantarmu besok.”
“Tidak!” Sydney reflek mengatakannya.
Kening Ransom mengerut. “Kenapa? Aku hanya mengantarmu ke kampus.”
“Sayang, kau tahu kan pernikahan kita ini harus disembunyikan?”
“Kalau begitu, aku akan suruh sopir mengantarmu.”
“Oh, aku punya sim. Berikan aku mobil.” Mata Sydney mengedip beberapa kali.
“Kau bisa pakai mobilku. Kau tinggal pilih.”
“Sungguh?” Sydney bersemangat mendengarnya.
“Ya, kau bisa memakainya.”
“Terima kasih.” Sydney tersenyum, ia merebahkan dirinya, berbalik membelakangi Ransom.
“Itu saja?” Ransom ikut berbaring. Ia memeluk Sydney, tetapi tangannya malah mendapat cubitan. “Hanya pelukan, Syd.”
“Tetap di posisimu. Tanganmu itu sering jahil.”
“Aku akan memarahi tanganku.” Ransom mengembuskan napas panjang. Malam ini akan ia lalui dengan memeluk selimut.
Besok paginya, Sydney juga turut menyiapkan sarapan. Ransom juga harus ke kantor dan sebagai istri yang baik, ia menyiapkan segalanya.
“Apa ini?” tanya Ransom.
“Tentu saja kotak makan siang.”
“Aku bisa makan di luar.”
“Sekarang, makanlah makanan buatan istrimu.”
“Aku harus menenteng tas makanan ini?” Ransom menunjuk tas makanan berwarna pink.
“Memangnya susah? Kau hanya perlu memegang tas itu di tangan kirimu.”
“Jangan bertengkar. Ransom, kau bawa saja kotak makan itu. Sydney sudah susah payah membuatkan kau makan siang,” ucap Elias.
“Baiklah, aku ke kantor dulu.” Ransom mengecup pipi Sydney, yang berhasil membuat istrinya kaget dan tersenyum tidak enak. “Oh, ya, Mariane, aku akan memblokir semua kartu kreditmu selama 3 bulan.”
“Apa, kenapa?” tanya Mariane.
“Minta maaflah kepada Sydney jika kau ingin kartu-kartumu.”
.