Senin, Jumat
“APA?! Jadi kamu pembunuh?!”
Lise membeku.
Matanya membesar, lalu
“ASTAGA! Jadi kekasihku SEORANG PEMBUNUH? Ya ampun, senangnyaaaaa~!! 😍❤️”
Kevin cuma bisa bengong.
Ia pikir Lise bakal kabur... ternyata malah makin nempel dan mulai nanya-nanya, “Korban pertamamu siapa?”
“Berarti... kamu bakal bunuh siapa pun yang nyakitin aku, kan?”
Kevin terdiam, lalu mengangguk. "Tentu saja"
Lise tersenyum lembut, tapi gila.
🔪❤️✨
✨Ini kisah tentang Lise, gadis biasa yang cuma pengen hidup damai. Tapi semua berubah sejak dia bertemu Kevin, pria pendiam dengan masa lalu yang... berdarah.
Tapi entah kenapa, cinta justru tumbuh di antara dua jiwa yang tak seharusnya bersatu.
Lise tak takut. Bahkan ketika kenyataan paling kelam muncul, dia tetap memilih untuk bertahan.
kadang... cinta tidak datang dari tempat yang aman. Tapi dari seseorang yang diam-diam... bersedia membunuh dunia, demi kamu.
[Novel ini masih dalam tahap REVISI, akan ada sedikit perubahan dan pasti ada TYPO juga😌]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evelyne lisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
// Bab 29 - Reuni Gila //
Angin berhembus mengintari beberapa siswa yang duduk berkumpul di bawah pepohonan, salah satunya adalah Lise. Mereka sibuk menikmati kudapan yang mereka bawa dari rumah, karena memang sudah berjanji untuk berbagi.
Ella membawa kue bola manis warna-warni dengan isi varian macam buah.
Selia membawa berbagai rasa jus buah yang ia buat sendiri dan menuangkannya ke dalam botol kaca yang tampak elegan.
Mike membawa makanan asin semacam keripik, serta beberapa cokelat berbentuk unik hasil buatannya sendiri.
Leon membawa permen dalam sekantong kresek besar.
Sementara itu, Lise tersenyum lebar sambil mengeluarkan Tupperware besar, dibantu oleh Viana yang juga membawa tas besar berisi makanan.
"Lise, apaan tuh, kok malah bawa kotak makan, banyak banget lagi?" tanya salah satu teman mereka dengan heran.
Lise hanya terkikik kecil sebelum menjawab dengan nada riang, "Pancake buatanku, hehe~"
Semua temannya langsung berdekat-dekat, penasaran dengan isi kotak yang dibawa Lise. Begitu dibuka, aroma harum langsung menyeruak. Varian pancake yang lumer dengan madu dan beberapa potong buah segar di atasnya.
"Waaah..." gumam mereka terpukau.
Mike, yang paling tergoda dengan tampilan pancake itu, tanpa ragu langsung mengambil satu potong dan memasukkannya ke mulut. Namun, begitu ia mengunyah dengan ekspresi berlebihan, ia malah mendesah dramatis, "Aah, terlalu lezat!"
Ella, yang duduk di sebelahnya, langsung mendorong bahunya dengan ekspresi geli. "Ugh, jijik sekali kau, Mike!"
Mike tertawa kecil dan mengangkat bahu santai. "Terserah, yang penting nyobain"
Lise dan Viana pun ikut duduk santai sambil menikmati camilan di hadapan mereka bersama yang lain. Suasana menjadi ringan, penuh canda tawa.
Namun, di sela-sela obrolan riang mereka, Sellia tiba-tiba berkomentar, "Apa gapapa bolos olahraga, nih?"
"Yah, gapapa lah, hanya sekali saja, kan? Lise tuh yang suka bolos hahaha"
Mike menjawab santai sambil terus menyantap pancake dengan lahap.
Sellia melirik ke arah Viana yang sejak tadi hanya diam. "Viana, kenapa kamu diam aja? ngobrol lah, lagian kita juga udah lama barengan" ujarnya lembut.
Benar, sudah hampir satu bulan Viana selalu bersama Lise dan teman-temannya. Namun, belakangan ini suasana sekolah terasa berbeda sejak Monica masuk ke sana.
Monica, sosok yang langsung menarik perhatian banyak siswa sejak kedatangannya. membuat dirinya seolah berkuasa di sekolah ini. Sikapnya yang lembut dan penuh senyum memberi kesan seolah ia penuh kasih sayang. Namun, di balik itu, Monica sangat menyombongkan diri. Ia tak membiarkan siapapun mengabaikannya begitu saja. Seolah ingin membuat semua orang tunduk dan menjadi pengikutnya.
"Gue muak sama sikap Monica yang kayak iblis itu," gerutu Ella sambil mengunyah permen dengan keras.
"Hooh! Lo tahu murid dari kelas sebelah? Katanya dia dihukum cuma gara gara acuhin Monica, padahal belum satu bulan dia masuk sekolah ini," timpal Sellia dengan nada jengkel.
"Gue juga denger, para senior pun langsung terpesona Pada kecantikan Monica, memang cantik sih." ujar Mike dengan wajah yang datar.
"Tapi kamu tahu betapa kasihan-nya para siswa yang mengacuhkan keberadaan Monica, cuma karena gak nyapa aja, dia udah dijadiin bahan ejekan loh." sahut Leon dengan serius.
Lise hanya terdiam mendengarnya, mulutnya terus mengunyah pancake hingga habis. Memang hampir satu bulan ini, Lise tidak pernah bertindak dengan hal buruk yang dilakukan Monica selama ini.
Bukannya Lise acuh, justru Lise sedang menganalisis sifat-sifat Monica dan apa saja trik yang selalu dilakukannya. Meskipun Lise sudah tahu semua ini hanya dengan melihat wajah Monica saja, namun Lise ingin melihat sejauh apa tindakan yang akan dilakukan Monica selama ini.
Tadinya Lise akan membiarkan Monica lebih jauh lagi membebaskan tindakan buruknya pada para siswa meskipun di belakang.
Sebenarnya Lise malas mencampuri urusan seperti ini, sekejap Lise berpikir, ia malas bukan berarti ia takkan diam saja, justru ini urusan dia bersama Monica yang bisa disebut saudari tirinya itu.
Meskipun Lise tahu kalau Monica pasti tidak tahu kalau dia memiliki musuh yang jelas.
"Yah, Monica memang cantik, tapi menurutku dia bodoh, sangat berbeda jauh dengan Lise."
ujar Viana membuat semua terdiam..
"Kau tahu, Monica yang langsung populer dan didekati banyak siswa lain, karena dia adalah putri dari direktur, juga pasti di belakang itu ada banyak dukungan. Jadi karena itulah dia berbeda dengan Lise. Lise datang sendiri tanpa bantuan siapapun, karena Lise anak yang berprestasi tanpa dukungan belakang."
ujar Viana sambil tersenyum lebar. Lise menatap Viana yang juga menatapnya.
"Jadi, meski Lise gak punya dukungan belakang, Lise tuh teguh banget sama keadilan, karena itu juga Lise jadi populer." sambungnya sambil menggayem cake stroberi.
"Viana benar, Lise, Lo gak tau kalo Lo selama ini populer?" tanya Zherra.
Lise menggelengkan kepalanya sembari tersenyum, sedangkan teman-temannya itu menatap datar melihat Lise yang kehilangan zaman oleh dirinya sendiri.
"Cuma Lise yang bisa menghentikan Monica." Lise tersenyum sambil mengelap bibirnya setelah menghabiskan pancake itu.
"Aku memang bisa, gampang sih."
Ella terkejut mendengar pernyataan itu, melihat Lise yang seolah tahu semua tentang Monica membuatnya merinding.
"Lalu kenapa gak dari awal kau melakukannya?" ujar Leon agak jengkel, dengan nada tinggi. "Benar Lise, why?"
Lise menatap mereka dengan seringainya, membuat semua merinding sebelum Lise kembali menoleh pada Viana dan tersenyum.
"Karena kalian sudah begitu kesal, bagaimana kalau kita mulai?" Mereka semua bersemangat sebelum mengangguk mantap.
"Kalau begitu, Viana, bisakah kau kembali seperti dulu?" kata Lise tersenyum
"Apa maksudmu?"
"Kembali seperti dirimu yang dulu, dan buktikan kalau kau tidak menyesal atas dirimu sendiri." Viana menatap tajam Lise sebelum mengangguk mantap.
"Aku akan membantu Viana."
ujar Sellia dengan senyuman agak mengejek. Kata yang sama keluar dari bibir Mike dan Leon, membuat Viana lebih bersemangat sebelum merasakan tepukan keras di bahunya.
Viana berbalik dan menatap Zherra yang tersenyum lebar. "Aku juga, kau tahu, kita kan sekelas."
"Kayanya rencana kalian buat jatohin Monica bagus ya, Lise, aku ikut." Ujar Revan yang berdiri di belakang Lise. Lise mendongak sebelum tersenyum.
"Kita tidak menghentikannya, kita hanya merebut hak yang pantas menjadi milik kita."
Revan tersenyum sebelum melempar bola basket pada Lise dan mengayunkan telunjuknya sambil berjalan ke lapangan basket, seolah mengajak Lise.
_________________________________
semangattt/Determined//Determined/