Bagian pertama dari Kembar Pratomo Generasi Ke Delapan
Mandasari Pratomo, putri bungsu jaksa penuntut umum New York, Adrianto Pratomo, tidak menyangka pria yang dikiranya hendak melecehkan dirinya, ternyata hendak menolong. Ditambah, pria itu adalah anggota kopassus yang sedang pendidikan di Amerika dan Mandasari menghajar pria itu hingga keduanya masuk sel. Wirasana Gardapati tidak habis pikir ada gadis yang bar-bar nya nauzubillah dan berdarah Jawa. Akibat dari kasus ini pihak kopassus harus berhadapan dengan keluarga Pratomo. Namun dari ini juga, keduanya jadi dekat.
Generasi ke delapan Klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mandasari dan Santi
Mandasari membalas tatapan Santi dengan sikap cueknya namun tidak pada Wira dan Herdiani. Keduanya merasa tidak suka dengan gaya Santi.
"Eh, maaf Bu Herdiani ... Saya tidak sopan," ucap Santi dengan sikap tampak bersalah. "Saya permisi ...."
"Oh, Santi. Mumpung kamu sudah makbenduduk njedul, kamu harus tahu bahwa ini teguran keras ke kamu ya! Tidak sopan! Apa pernah ibu mengajari kamu seperti itu! Apalagi di depan Mandasari yang datang bersama adiknya dan temannya dari New York. Ibu tidak suka ya!" tegur Herdiani dengan bahasa Indonesia campur Jawa.
Oscar menoleh Mavendra. "I don't know the meaning but I can tell that Tante Herdiani is angry ( gue kagak tahu artinya tapi gue tahu Tante Herdiani marah )," bisik pria genit itu.
"Maafkan saya Bu. Maafkan saya mas Wira," jawab Santi kadung malu karena dia tahu sudah salah langkah.
"Sekarang kamu keluar dan minta pesanan ibu segera dibawa kemari!" perintah Herdiani.
"Ba ... Baik Bu. Permisi," ucap Santi sambil keluar dan menutup pintu ruang VIP itu pelan.
"Apa Santi sering begitu Bu?" tanya Wira ke Herdiani.
"Tidak pernah ... Mungkin tahu kamu datang jadinya cemburu?" Herdiani menatap Mandasari.
"Lha, itu masalah Santi Bu. Masalah saya sekarang, saya ingin tahu rasa sambalnya ibu," senyum Mandasari berusaha membuat suasana menjadi enak.
Herdiani tertawa kecil. "Kamu tuh!"
Wira hanya memeluk bahu Mandasari. "Kamu nggak marah?"
"Buat apa? Bukan ranah aku karena Santi kan pegawai ibu. Jadi hanya ibu yang berhak menegur. Kecuali dia menyenggol aku langsung, nah baru aku ajak kasih pengertian ... Dengan baik-baik," senyum Mandasari namun Wira dan Mavendra tahu, 'baik-baik' versi gadis itu bukan baik-baik yang baik-baik.
Suara ketukan di pintu terdengar dan Herdiani memberikan ijin masuk. Setelah pintu terbuka, masuklah pelayan membawak troli makanan tiga tingkat berisikan nasi dua wakul, ayam goreng, bebek goreng, iga goreng, nila goreng, trancam ( semacam urap ), sambal, berbagai gorengan seperti tempe, tahu, iso ( usus ), kulit goreng, sayur asam dan lalapan.
Note
Wakul adalah wadah atau tempat tradisional, biasanya terbuat dari anyaman bambu atau plastik, yang digunakan untuk menyimpan dan menyajikan makanan, terutama nasi. Wakul sering digunakan dalam acara-acara khusus seperti hajatan atau perayaan lainnya. Selain untuk nasi, wakul juga bisa digunakan untuk menyimpan atau menyajikan buah-buahan, sayuran, atau makanan lainnya.
Sumber Google
Semua orang pun langsung mengambil lauk masing-masing dan Wira mendelik saat melihat Mandasari mengambil kulit goreng.
"Gak ayam atau bebek atau ikan?" tanya Wira.
"Nope. Aku suka kulit. Ooohhh petai! Aseeekk!" Mandasari langsung membuka petai yang sudah digoreng bersama kulitnya.
Wira dan Herdiani melongo. "Kamu itu ... Doyan petai?" tanya Herdiani.
"Mbak Sari doyan banget petai tapi tidak jengkol," sahut Mavendra sambil makan ayam gorengnya dengan sambal. "Wuuuiiihhh, mas Wira benar. Sambalnya lebih enak dari buatan kamu, mbak. Ini ... Pakai ebi?"
Herdiani terkejut karena Mavendra bisa menebak. "Kok kamu tahu?"
"Bu, keluarga saya demen kuliner bahkan punya restauran high end jadi lidah saya biasa sekolah. Oh, tapi saya tidak tertarik masuk studi kuliner. Cukup makan saja," jawab Mavendra sambil tersenyum.
"Memangnya Vendra mau ambil apa besok kuliah?" tanya Herdiani yang melihat tiga orang dari New York itu dengan cueknya makan menggunakan tangan termasuk Oscar.
"Oh saya ingin menjadi law enforcement. Bisa jadi habis lulus ini antara mau ambil law school di University of Virginia yang dekat dengan FBI Academy Quantico," jawab Mavendra yakin.
"Tidak tertarik meneruskan jejak Pak Adrianto?" tanya Herdiani.
Mavendra menggelengkan kepalanya. "Saya terpengaruh Oom dan Opa saya yang menjadi agen FBI. Keluarga kami banyak yang jadi law enforcement, di FBI, NCIS, NYPD, Scotland Yard dan Polri. Jadi ya, saya ingin menjadi agen FBI."
"Papa sudah tahu kamu mau masuk UV ( University of Virginia )?" tanya Mandasari yang mengira adiknya hendak mengambil Princeton, NYU, Harvard atau University of Pennsylvania, sebagai bagian dari Ivy League.
"Tahu. Papa bilang, terserah kamu, senyaman kamu, karena kamu yang menjalani. Asal jangan aneh-aneh ikut party, sorority tidak jelas dan mabuk-mabukan," jawab Mavendra.
Herdiani mendengarkan pembicaraan dua kakak beradik itu dan tidak menyangka jika mereka yang biasa tinggal di New York dengan kebebasannya, keluarga Pratomo masih memberlakukan ajaran disiplin tegas ala VOC. Pantas manner mereka benar-benar bagus.
"Bu Herdiani, ini enak!" puji Oscar saat memakan ikan nila goreng. "Asli Sari, bisa-bisa aku pindah dari New York kemari karena makanan disini lebih enak!"
"Sebelum kamu pindah dimari, kamu normalin dulu tuh boti kamu!" balas Mandasari judes.
Wira hanya menikmati keributan di meja makan.
***
Mandasari meminta ijin untuk ke kamar mandi guna membersihkan tangannya serta pipis. Hatinya merasa senang karena semua makanan yang disajikan tidak ada yang failed, enak semua terutama sambalnya. Mandasari sampai tambah nasi karena ada petai favoritnya. Kulit goreng, petai, trancam, lalapan dengan daun kemangi, nasi panas, sambal mantap, plus es teh wasgitel ... Makan pakai tangan ... Nikmat mana yang kamu dustakan wahai saudara-saudaraku!
Santi melihat gadis itu berjalan menuju kamar mandi khusus wanita, bergegas menyusulnya. Kamar mandinya memang dibangun agak ke belakang agar tidak mengganggu pengunjung plus dibuat secara estetik khas Jawa. Santi pun menunggu sampai Mandasari selesai menunaikan hajatnya.
***
Sementara itu di ruang VIP....
"Oh tanah ini kami sewa, Vendra," jawab Herdiani saat Mavendra menanyakan apakah tanah ini milik keluarga Wira.
"Kirain punya ibu karena ini luas banget dan pajaknya pasti lumayan," ucap Mavendra.
"Tanah ini memang milik keluarga Keraton Surakarta dan ibu punya hak pakai jadi ya ibu bayar sewa ke keraton. Kalau yang di Mojosongo, nah itu baru rumah dan rumah makan milik sendiri. Rumah sebelah itu sebenarnya paviliun tapi ibu rubah jadi tempat tinggal kalau ibu mengawasi sini, ada rumah buat istirahat. Kalau di Mojosongo, ya baru di rumah sendiri. Nggak mesti kok ... Tergantung situasinya," terang Herdiani.
"I see. Kalau masa sewanya habis?"
"Bisa diperpanjang jika sinuhun Kanjeng raja mengijinkan. Kalau tidak boleh, ya kami cari tempat lain."
"Kamu kok kepo?" tanya Oscar.
"Maklum, kebawa Opa Bayu," cengir Mavendra.
***
Di Toilet
Mandasari terkejut saat melihat Santi sudah berada di dekat wastafel sambil bersedekap. Wajahnya menunjukkan permusuhan dan Mandasari hanya berjalan santai ke wastafel yang agak jauh dari gadis itu.
"Jadi kamu yang dibanggakan oleh Mas Wira? Apa sih yang dilihat dari kamu?" ucap Santi penuh kebencian.
"Mana aku tahu. Kamu bisa tanya sendiri ke Wira," jawab Mandasari sambil mencuci tangan.
"Heh! Sopan sedikit! Mas Wira! Jangan panggil nama sama orang yang lebih tua!" bentak Santi.
Mandasari mematikan keran wastafel dan menoleh ke arah Santi. "Memangnya kamu itu siapa? pawangnya Wira? Suka-suka aku dong manggil Wira apaan! Toh selama ini dia tidak masalah."
"Kamu memang kelamaan di New York jadi tidak punya sopan santun!"
Mandasari tersenyum smirk. "Lalu yang kamu lakukan tadi apa? Main selonong Boim ke ruang VIP tanpa kulonuwun ketok pintu. Sebelum kamu ngatain aku, ndelok sek githokmu!"
Note
Githok adalah nama untuk leher bagian belakang. Kalau diartikan sederhana, nasihat itu berbunyi: "Lihatlah diri sendiri, sebelum bicara tentang orang lain."
***
Yuhuuuu up Pagi Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
plisssssssssssssss
lagian d jamin itu setannya juga bakalan lari d bawah ketiaknya eyang Surti..
cba mnta bntuan shea aja,biar ada lwan'nya.....ya kali msti ngelwan yg gaib....