( Dalam proses REVISI, harap maklum, ya kakak😊)
Naura ayu harus menelan pil pahit ketika calon suaminya arfan harlan berselingkuh dengan seorang wanita bernama elviana stefany, padahal beberapa hari lagi mereka akan menikah.
Naura pun mencari tahu siapa wanita yang menjadi selingkuhan calon suaminya itu, dan ternyata ia adalah wanita bersuami akhirnya mau tak mau naura mengadu pada suami elvi yang ternyata adalah jendral arsyad. pria dimasa lalunya.
Siapa jendral arsyad itu ? apa hubungan mereka berdua dimasa lalu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saidah_noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih berdebar.
Naura menghembuskan nafasnya, antara lega dan juga bingung. Ia menyandarkan kepalanya pada meja dan menjadikan kedua tangan yang ia tekuk sebagai alas.
" Terus elo setuju?" tanya reva masih dalam kondisi terkejut.
" Entahlah!" jawab naura masih dalam posisinya.
Mereka ada dikubikel dan sekarang jam makan siang, jadi hanya ada mereka berdua disana. Membuat mereka merasa bebas berbicara.
" Menurut gue sih, wajar kalo elo jadi saksi perceraiannya. Karena elo pacar selingkuhan ulet keket itu" ujar reva sejujur-jujurnya.
Naura bangun, kembali duduk tegak, lalu menggeplak lengan temannya itu. " Itu mulut dijaga, kalo ada yang denger gimana" gerutunya.
Reva menutup mulutnya dengan empat jarinya, "Ups, sorry" gumamnya sambil celingukan.
"Tapi, gue yakin elo punya bukti perselingkuhan mereka kan. Elo gak mungkin masih goblok kek dulu pas masih sama arfan" tanya reva yang dapat anggukan dari naura.
" Masih aku simpan, tadinya buat bukti batalin pernikahan aku sama arfan. Tapi keburu jendral muncul" imbuh naura, lalu kembali menghembuskan nafasnya.
" Kalo gitu, sekarang gantian elo yang buat mereka bercerai. Tuh si ulet keket serakah amat, jendral dia pertahanin arfan dia kekep. Kan elo gak kebagian laki, kalo dia poliandri " ujar reva sebal membuat naura mendelik.
" Memangnya laki-laki hanya mereka berdua" geram naura.
...****************...
Waktu berlalu, Naura pulang ke apart milik jendral. Netranya pertama kali melihat keakraban ayah dan anak yang tengah memasang lego, sesekali gala tertawa lepas.
Sungguh hati naura merasa terenyuh melihatnya. Ini kali pertama ia melihat gala tertawa lagi. setelah, hinaan yang anak itu dengar menjadi luka didalam relung hatinya.
Naura mengusap sudut matanya yang mengembun, lalu menghela nafas panjang. Saking serunya mereka bermain sampai tak dengar kepulangannya.
" Ehem ... Seneng banget gala main sama papa, sampai gak sadar mamah udah pulang" ujar naura yang mendapat senyuman manis dari anak lelaki itu.
" Mamah sini mah, ikut main sama aku " ajak gala.
Naura melangkahkan kakinya mendekati ayah dan anak itu. Dia duduk bersila disamping gala tepat dihadapan jendral.
" Mamah gak tahu cara masangnya, kalo gak ada gambarnya" ucap naura menggerutu.
" Ini gambarnya" jendral menyodorkan selembar gambar dinosaurus dalam kepingan lego.
Naura melihat gambarnya dengan teliti, lalu jendral memberitahukan caranya. Sedangkan gala menutup mulutnya yang mengukir senyum, ibu dan ayahnya begitu akur.
" Cie cie ..." ucap gala membuat keduanya melirik pada anak lelaki itu.
Saat naura dan jendral melihat kearah mana gala memandang, keduanya terdiam. Dua pasang tangan itu saling bersentuhan seakan sudah terbiasa, lalu keduanya saling tatap.
Bibir, itulah pertama kali yang jendral lihat. Ia rindu benda kenyal nan mungil itu, yang selalu cerewet dan mengomelinya dulu.
Begitu pun naura, hatinya berdegub kencang melihat tatapan mata lelaki itu yang membuatnya lemah. Ada gelenyar aneh yang mengalir pada relung hatinya, mencairkan cinta yang sudah lama membeku.
Naura segera menarik tangannya. Tidak, ia tak ingin hatinya luluh kembali. Semua demi gala tak ada yang lain. Ia tak boleh serakah menginginkan jendral kembali kepelukannya.
" A-aku kekamar dulu" pamit naura meraih tasnya dan langsung beranjak meninggalkan ruang keluarga itu.
" Papah ditolak mamah" ucap gala berbisik pada jendral seolah menyindirnya.
" Siapa bilang! Mamah kamu itu cuma gengsi" sahut jendral membantah, tentu dengan berbisik juga.
" Lah tadi, mamah gak mau bersentuhan sama papa. Makanya pah kasih kepastian jangan digantung kalo hubungan" ujar gala dengan entengnya memberikan jendral wejangan.
" Kamu tahu apa soal orang dewasa? Sini papa gelitik kamu, sok tahu" jendral mendekati gala dan menggelitik pinggang anaknya.
" Ampun pah!" pekik gala sambil tertawa berusaha melepaskan tangan ayahnya yang memainkan pinggangnya.
Naura yang sudah diambang pintu kamarnya, membalikkan badanya melihat kebersamaan dua lelaki beda usia itu. Dia tersenyum samar.
" Tuhan, bolehkah aku mengharapkannya lagi" gumamnya dalam hati dan melupakan luka yang sudah lama ia kubur itu.
Hanya satu yang ia harapkan yakni kebahagiaan gala.
...****************...
Malam harinya, jendral seakan tak rela untuk berpisah dengan gala maupun naura. Ia merasa betah tinggal di apartemennya yang dulu sunyi itu.
Naura hanya mengantarkan lelaki itu sampai depan pintu, sedangkan anak lelaki mereka sudah tidur saat jendral membacakan buku cerita dikamar.
" Em ... Gimana, kamu setuju untuk jadi saksi?" tanya jendral.
" Bukankah tadi aku sudah bilang setuju" sahut naura mengerutkan alisnya.
" Ah ... Iya ya, aku lupa" ucap jendral mengatupkan bibirnya.
" Aku pergi ya" pamit jendral, namun naura meraih tangannya sebelum lelaki itu berbalik pergi.
" Jen!" panggil wanita itu.
" Iya naura" sahut jendral, melihat tangan naura yang memegangnya membuat lelaki itu gugup.
" Makasih, kamu sudah memberikan aku tempat tingal. Mungkin nanti aku pindah kalo sudah dapat kontrakan" ucap naura menundukkan kepalanya.
" Jangan! Tetaplah disini bersama gala, toh apart ini kosong. Lagi pula aku sudah punya rumah" sergah jendral melarang.
" Tapi _" perkataan naura terpotong kala jendral segera berujar lagi.
" Jangan pergi dari sini! Aku melakukannya hanya untuk gala bukan yang lain, anggap saja ini pertanggung jawabanku sebagai seorang ayah" ucap jendral membuat naura menatap padanya.
"Maaf ... Aku tak tahu, jika pada akhirnya kamu akan mengandung benihku. Aku minta maaf dan tolong tetap disini, agar aku bisa tetap bertemu gala" ujarnya lagi.
" Aku pamit " ucap jendral, membalikkan badannya dan pergi dari rumah itu.
Naura hanya diam, bukan ini yang dia harapkan. Semakin mereka bertemu rasa itu semakin membuatnya terbelenggu, ia takut tak bisa menahan diri lagi.
Juga bagaimana jika orang tua jendral tahu tentang kedekatan mereka dan kelahiran gala. Ia takut mereka merebutnya dan memisahkan mereka.
Sementara di lift, jendral menyentuh dada kirinya. Jantungnya yang seolah mati melihat wanita secantik apapun, justru hanya naura yang bisa membuatnya berdebar kencang.
" Sial ! Aku harus bagaimana? Aku semakin jatuh cinta padanya. Aku harus bagaimana? " ujarnya menarik nafas mencoba menetralkan jantungnya.
...****************...
Hari ini sidang perceraian kedua jendral dan elviana akan diselenggarakan. Naura menatap wajahnya dipantulan cermin, ia gugup.
Dulu saat perceraiannya dengan jendral ia tak pernah hadir, bagitu pun jendral hanya pengacara mereka saja yang hadir. Tapi kini ia akan menjadi saksi dalam perceraian mantan suaminya.
Takdir begitu lucu, kenapa mereka harus bertemu lagi disaat seperti ini. Fikir naura tersenyum miris.
Wanita itu berjalan keluar apartemen, ia berada di basement parkir menunggu jemputan yang jendral perintahkan.
Tak cukup lama, sebuah mobil hitam yang tampak mewah mendekatinya.
" Mba naura ya " tanya pengemudi mobil itu, setelah jendela kaca ia buka.
" Benar pak" jawab naura.
" Silahkan naik bu, saya ditugaskan pak jendral untuk menjemput ibu" ucap lelaki yang bertubuh kekar itu.
" Baiklah" ucap naura tanpa curiga yang langsung naik ke dalam mobil itu, karena memang mobil nya sama.
Setelah mobil itu melaju keluar gedung, jendral menghentikan mobilnya menunggu naura. Ia melirik arlojinya seharusnya naura sudah turun dan menunggunya.
Sudah cukup lama lelaki itu menunggu, namun ujung hidung naura pun belum juga ia lihat. Sampai akhirnya ia harus menghubungi wanita itu.
" Kenapa tak aktif? " ucapnya dengan alis terangkat.
Ia pun menghubungi asisten rumah tangga yang menjaga apartnya, sekaligus pengasuh gala.
" Iya tuan, ada apa?" tanya seorang wanita paruh baya disebrang telpon.
" Naura, kenapa begitu lama. Apa dia masih tidur?" tanya jendral mengingat ini masih pukul 8 pagi.
" Apa maksud tuan ? Bu naura sudah berangkat satu jam yang lalu" jawab si bibi.
Mata jendral membelalak, " Apa!".
Gantian Thor, mampir yuk ke ceritaku "Poppen"./Grin/