Clarissa Atmaja yang baru kembali dari studinya disambut dengan tanggal pernikahan untuk menikahi laki-laki yang sudah menjadi tunangannya, laki-laki pilihan papanya. Namun, saat kembalinya ia dipertemukan dengan laki-laki yang menggetarkan hatinya, dan membuatnya jatuh cinta.
Angga yang dulunya pria yang hangat, berubah jadi dingin dan tak ingin lagi mengenal dengan yang namanya perempuan karena sakit hati dengan perempuan masa lalunya. Sehingga, membuat orang-orang berpikir dan menganggapnya laki-laki yang tidak normal atau tidak menyukai perempuan. Tetapi, Rissa bertekad untuk mengejar cintanya, dan menaklukkan laki-laki yang ia sukai. Tidak peduli dengan statusnya yang sudah bertunangan, dan tentang isu mengenai laki-laki yang ia sukai.
Mampukah Rissa menaklukkan hati Angga Wijaya atau ia akan menikahi laki-laki pilihan papanya yang sudah menjadi tunangannya?
oh ya kak jika berkenan follow Instagram aku mamika759
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mamika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Papa tidak akan pernah setuju!
Baiklah!" jawab Angga. Ia terpaksa mengiyakan permintaan Rissa karena ia juga membutuhkan Rissa untuk membantunya, karena pertemuannya dengan Pak Agus sangat penting baginya.
"Yes!" gumam Rissa dengan senyum mengembang.
"Ayo, diminum!" ucap Angga. Rissa pun meminum cokelat panasnya.
"Sudah? Kalau sudah, mari Saya antar kamu pulang, sekalian Saya akan meminta izin pada Pak Kusuma," ucap Angga. Ia melirik jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 20.07.
"Hah, iya Pak! Saya sudah selesai," jawab Rissa. Ia pun mengambil tisu, dan mengelap sudut bibirnya. Angga memanggil pelayan untuk meminta bill-nya.
"Mari!" Angga beranjak dari duduknya. Setelah selesai membayar bill-nya. Mereka berdua berjalan keluar restoran, dan lobby apartemen menuju tempat dimana mobil Angga terparkir.
"Dimana alamat kamu?" tanya Angga sat mereka sudah berada di dalam mobil.
"Jalan Merpati, Pak!" jawab Rissa. Angga pun segera melajukan mobilnya ke arah rumah Rissa.
"Pak, apa tiketnya sudah disiapkan?" Rissa menoleh menghadap Angga yang fokus mengemudi.
"Rafi udah nyiapinnya," Rissa menganggukkan kepalanya.
Tiga puluh lima menit kemudian, kendaraan yang membawa mereka sampai di rumah mewah milik orang tua Rissa.
Rissa menghela nafasnya, melihat dirinya sudah berada di depan rumahnya yang sudah lama dirinya tidak menginjakkan kakinya ke dalam rumah. Ia sangat gugup, dan takut kembali ke rumah orang tuanya. Ia takut dirinya tidak bisa kembali menikmati udara bebas, seperti biasanya.
"Pak, gimana kalau Papa Saya, tidak ngizinin saya pergi?" tanya Rissa pada Angga. Rissa takut papanya tidak mengizinkan dirinya, dan malah menyuruhnya resign.
Angga mengerutkan keningnya, "Bukannya kamu bilang, kalau Saya yang meminta izin, Papa kamu akan mengizinkannya," Angga menatap Rissa.
Rissa menggaruk kepalanya yang tak gatal itu, "Iya, maksud Saya, kalau Bapak minta izin sama orang tua Saya buat macarin Saya, bukan buat urusan bisnis," gumam Rissa pelan yang masih di dengar Angga. Angga menggelengkan kepalanya mendengar gumaman Rissa. Rissa akan bersih keras menentang papanya menjodohkan dirinya dengan Erik, jika Angga mau jadi pacarnya. Berbeda dengan urusan pekerjaan, sangat sulit baginya untuk menentang papanya.
"Ya udah, Ayo turun! Saya nggak enak, bertamu malem-malem ke rumah kamu," ajak Angga yang melihat jam di tangannya sudah menunjukkan hampir jam sembilan malam.
Mereka berdua turun dari dalam mobil. Rissa memandangi sekeliling pekarangan rumahnya. Jujur, ia sangat rindu akan rumahnya, walaupun orang-orang di dalam rumahnya tidak sehangat di bandingkan rumah keluarga lainnya.
"Ayo, Pak!" ajak Rissa berjalan menapaki jalan rumahnya.
Rissa menarik nafasnya panjang, saat dirinya berada di depan pintu besar dengan ukiran berwarna cokelat. Ia pun memberanikan dirinya membuka pintu rumahnya yang tidak di kunci. Rissa pun mengajak Angga masuk ke dalam rumahnya.
"Non, Rissa!" ucap Pelayan wanita yang terkejut melihat kedatangan putri majikannya. Rissa tersenyum membalas sapaan pelayan rumahnya. "Bibi, apa kabar?" tanya Rissa.
"Baik Non. Non, apa kabar? Sudah lama sekali, Non, tidak pulang ke rumah," ucap Pelayan yang bernama Siti yang sudah lama bekerja di rumah Rissa, semenjak usia Rissa lima tahun.
"Saya juga baik, Bi. Bibi liat sendiri kan, Saya baik-baik saja," jawab Rissa tersenyum, dengan tangannya mengarahkan badannya, memperlihatkan dirinya baik-baik saja.
"Oh ya Bi. Dimana Papa?" tanya Rissa. Ia teringat Angga ingin menemui papanya.
"Maaf, Saya lupa mempersilahkan Bapak duduk. Silahkan duduk, Pak!" ucap Rissa mengarahkan Angga untuk duduk di sofa yang berada di ruang tamu.
"Tidak apa-apa, terima kasih!" jawab Angga sembari mendudukkan tubuhnya di sofa.
"Bapak ada di ruang kerjanya, Non!" jawab Bi Siti.
"Oh ya Bi, tolong buatkan tamu saya minum, yah! Saya mau ke atas dulu, nemuin Papa," ucap Rissa.
"Baik, Non," ucap Bi Siti sambil melihat Angga. Laki-laki yang tak pernah ia lihat, dan setahunya anak majikannya itu sudah bertunangan dengan Erik.
"Pak, Bapak mau minum apa?" tanya Rissa.
"Air putih aja."
"Bi, tolong ambilkan air putih aja. Barusan, Pak Angga sudah minum coffe," jelas Rissa.
"Baik, Non." Bi Siti berlalu meninggalkan Rissa dan Angga.
"Pak, Bapak tunggu sebentar! Saya ke atas panggil Papa Saya," ucap Rissa. Angga menganggukkan kepalanya. Rissa pun berlalu meninggalkan Angga. Rissa berjalan melangkahkan kakinya menapaki anak tangga menuju ruangan kerja papanya. Rissa melihat sekeliling rumahnya, yang tidak nampak banyak berubah.
Langkahnya terhenti di sebuah ruangan, ruangan dimana Papanya berada. Tak menunggu lama, Rissa mengetuk pintu ruangan Papanya, dan langsung membuka pintunya tanpa mendapati sahutan dari dalam "Malam, Pa!" suara Rissa mengejutkan papanya yang sedang asyik membaca. Papa Rissa tersenyum melihat kedatangan putrinya yang sangat ia nantikan. Pak Kusuma menutup bukunya, dan meletakkannya di atas meja. Ia pun melepaskan kaca mata bacanya.
"Sayang, kamu akhirnya pulang juga!" Papa beranjak dari duduknya. Ia berjalan menghampiri putri satu-satunya, dan memeluk tubuh putrinya.
Kalau Papa ngga pake ngancem, aku nggak akan pulang, ucap Rissa dalam hatinya.
"Pa, Pak Angga ada di bawah, mau nemuin, Papa," ucap Rissa sambil melepaskan pelukannya.
"Angga?" Pak Kusuma terkejut mendengar putrinya mengatakan Angga menunggu dirinya.
"Iya, Pa. Ada sesuatu yang mau dibicarakan sama Papa," jelas Rissa. Pak Kusuma mengerutkan keningnya menatap putrinya. Ada apa gerangan, malam-malam Angga menemui dirinya di rumahnya, pikirnya.
"Pa, Papa temuin Angga. Rissa mau nemuin Mama bentar. Mama ada di kamar kan, Pa? ," ucap Rissa. Ia sangat merindukan mamanya.
"Mama kamu ke Singapur," jawab Papa Rissa, membuat raut wajahnya berubah kecewa.
Rissa menghela nafasnya, "Ayo, Pa. Angga sudah lama nunggu," ajak Rissa.
"Ada apa dia mau ketemu, Papa?" tanya papa Rissa yang penasaran.
"Dia mau minta restu sama Papa," ucap Rissa tersenyum mengejutkan papanya.
Papa Rissa menghentikan langkahnya yang hendak keluar dari ruangannya "Restu? Apa maksud kamu?"
Rissa berbalik menatap papanya, "Iya, Pa," sahut Rissa tersenyum.
"Rissa, apa hubungan kamu sama Angga? Apa kamu lupa, kamu itu sudah bertunangan dengan Erik? Papa tidak akan merestui hubungan kamu dengan Angga! Papa tidak mau menemui dia!" ucap Papa tegas.
Rissa terhenyak, dengan ucapan Papanya. Ia pun lalu tertawa, "Pa, Rissa hanya bercanda. Pak Angga mau minta restu, ngajak Rissa buat ke Palembang, nemenin dia urusan bisnis," jelas Rissa.
Pak Kusuma mencubit pipi putrinya mendengar jawaban Rissa, "Kamu ini ngagetin Papa aja. Pake bilang minta restu," ucap Papa sambil menggelengkan kepalanya, "Baru dua tahun di London, bahasa Indonesia kamu sudah belepotan kemana-mana" sambung Papa Rissa sambil tertawa.
"Sebaiknya kamu segera resign dari perusahaan kamu bekerja. Apa kata orang putri Papa bekerja menjadi asisten sekretaris? Papa tidak mau orang berpikir, Papa tidak memberikan kamu posisi di perusahaan," jelas Papa tegas
"Pa...." ucap Rissa kesal. "Rissa kan sudah bilang sama Papa, Rissa mau belajar mandiri, dan Rissa tidak mau orang-orang mandang Rissa dengan sebelah mata, jika Rissa bekerja di perusahaan Papa karena Rissa anak Papa," jelas Rissa.
"Apa bedanya, apa kamu tidak berpikir? Orang-orang akan lebih memandang kamu sebelah mata, mendengar kamu menjadi asisten sekretaris," bantah Papa.
"Pa.. itu jelas beda. Rissa bekerja memulainya dari bawah. Rissa memulainya dengan mengikuti prosedurnya, mulai dari memasukkan lamaran, dan mengikuti tes. Beda dengan Rissa bekerja di perusahaan Papa, Rissa langsung mendapatkan posisi di perusahaan Papa," jelas Rissa.
"Rissa kamu itu, akan segera menikah dengan Erik. Kamu juga pasti akan segera resign kalau kamu menikah nantinya. Dan lagian, sangat tidak pantas kamu berpergian dengan laki-laki lain selain Erik" ucap Papa tegas. Papanya masih tidak setuju Rissa bekerja.
"Pa, masalah resign itu urusan nanti. Memang kenapa, jika Rissa berpergian dengan Angga? Lagian Rissa pergi untuk bekerja bukan untuk bersenang-senang," kesal Rissa.
"Lagian Rissa belum menikah dengan Erik. Jadi, tidak masalah, jika Rissa menemani atasan Rissa bekerja. Bukannya, Papa juga selalu ditemani sekretaris Papa berpergian," sindir Rissa sambil tersenyum melihat papanya.
Wajah papanya memerah menahan amarahnya, mendengar ucapan putrinya, "Rissa, Papa bepergian dengan sekretaris Papa untuk bekerja," ucap Papa tegas.
"Apa bedanya dengan Rissa? Rissa juga berpergian dengan atasan Rissa juga untuk bekerja," bantah Rissa membuat papanya semakin kesal dengan ucapan putrinya yang terus membantahnya.
"Rissa jelas kamu berbeda. Kamu itu anak gadis Papa satu-satunya. Papa tidak akan ngizinin kamu pergi kemana-mana lagi, baik itu untuk urusan pekerjaan! Sudah cukup, Papa memberikan kamu kebebasan! Sebaiknya kamu segera resign!" tegas Papa sambil menunjukkan jarinya ke arah Rissa.
"Pa!" teriak Rissa kesal. "Oke, Rissa akan resign dari pekerjaan Rissa, tapi Rissa tidak mau menikah dengan Erik. Terserah Papa, jika Papa tidak setuju dengan keputusan Rissa. Rissa sudah dewasa, dan Rissa ingin nentuin pasangan Rissa sendiri," ancam Rissa.
Papa tertawa mendengar ucapan putrinya, "Kamu ingin mencari pasangan kamu sendiri? Laki-laki seperti apa yang ingin kamu cari? Tidak ada laki-laki yang lebih dari Erik, untuk jadi pasangan kamu!"
"Ada," sanggah Rissa cepat.
"Rissa sudah nemuin laki-laki yang Rissa inginkan, dan jauh lebih baik dengan Erik," sambungnya.
"Rissa, kamu jangan keterlaluan! Kamu harus ingat, Papa tidak akan pernah setuju kamu menikah dengan lelaki manapun selain Erik," ucap Papa tegas, dengan wajah memerah, dan rahang mengeras.
"Rissa tidak peduli! Rissa tidak akan menikahi Erik! Rissa akan menikah dengan laki-laki pilihan Rissa sendiri. Dengan restu atau pun tanpa restu Papa," jawab Rissa kesal. Ia pun segera berlari meninggalkan papanya. Ia tidak peduli, jika dirinya disebut anak kurang ajar, anak durhaka atau apalah. Menurutnya, ini hal yang menyangkut masa depannya. Pernikahan bukanlah hal yang bisa diperjualbelikan.
"Rissa....! Rissa tak menghiraukan panggilan papanya, ia terus berjalan menghampiri Angga.
"Ayo Pak!" Rissa menarik tangan Angga. Angga terkejut melihat raut wajah Rissa yang muram. Angga mengerutkan keningnya.
"Ayo Pak, kita pulang! Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi!" sambung Rissa kesal.
"Tapi...." Rissa menyeret Angga keluar dari rumahnya.
"Ayo Pak! Buka mobilnya!" ucap Rissa memecah kebingungan Angga. Angga pun tanpa sadar langsung menekan tombol buka pada kontak mobilnya. Rissa pun segera masuk ke mobil. Angga terpelongo melihat Rissa yang masuk ke dalam mobilnya.
Rissa membuka kaca mobilnya, "Pak!" teriak Rissa membangunkan lamunan Angga. "Ayo Pak!"
Angga terperanjat, ia berjalan dan masuk ke dalam mobilnya. Angga menoleh menatap Rissa. "Apa Papa kamu tidak setuju?"
"Ayo jalan, Pak! Nanti, akan saya ceritain," ucap Rissa. Angga menyalakan mesinnya, ia pun melajukan mobilnya keluar dari pekarangan rumah Rissa.
Bersambung
Terima kasih sudah membaca, dan dukungannya 😘