follow Author..
IG : poppy.susanti.7927
FB : Poppy Susanti
Tiktok : Poppy Susan_33
"Menikahlah denganku, maka aku akan membiayai pengobatan adik kamu," seru Dava dingin.
Reva tidak bisa menolaknya, tidak dipungkiri kalau dia butuh biaya untuk pengobatan adiknya sedangkan Dava membutuhkan Reva untuk mengurus kedua keponakannya.
Bagaimanakah nasib pernikahan mereka, akankah mereka berbalik saling jatuh cinta dan berakhir dengan bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Merasa Bersalah
Sesampainya di rumah sakit, ketiganya segera mendapatkan penanganan. Namun sayang, sopir taksi meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Kepolisian sudah menghubungi pihak keluarga dari Diva maupun Albi.
Diva mulai menggerakkan tubuhnya, tangannya langsung memegang kepalanya yang terasa sakit itu.
"Alhamdulillah, akhirnya Dr.Diva sudah sadar," seru Fitri.
"Aku ada di mana, Fit?" lirih Diva.
"Dr.Diva ada di rumah sakit, tadi pagi dokter mengalami kecelakaan," sahut Fitri.
Seketika Diva membuka matanya dan ingat akan kejadian kecelakaan itu.
"Oh iya, bagaimana penumpang taksi itu?" tanya Diva.
"Sopir taksinya meninggal dalam perjalanan ke sini dok, kalau penumpangnya masih belum sadarkan diri karena dia mengalami luka yang sangat parah dan sepertinya kakinya patah deh dok, soalnya terjepit badan mobil," sahut Fitri.
Seketika Diva membelalakkan matanya, bagaimana pun itu adalah kesalahannya karena sudah berhenti sembarangan.
Tiba-tiba pintu ruangan rawat Diva terbuka..
"Ya Allah sayang, kamu tidak apa-apa kan? Mommy sangat takut saat mendengar kamu kecelakaan," seru Mommy Reva dengan memeluk putrinya itu.
Fitri memilih untuk pergi, sedangkan Diva masih terdiam saking syoknya mendengar ucapan Fitri.
"Apa yang sebenarnya terjadi? kenapa kamu bisa sampai kecelakaan?" tanya Daddy Dava.
"Ini semua salah Diva, Dad," sahut Diva dengan deraian air mata.
"Maksud kamu apa, sayang?" tanya Mommy Reva.
Diva mulai menceritakan kejadian yang sebenarnya membuat kedua orang tua dan adiknya terkejut.
"Maaf Diva, Mom, Dad, Diva memang ceroboh bahkan Diva sudah membuat satu nyawa melayang, Diva takut Dad," seru Diva panik.
Dava memeluk putri sulungnya itu, Dava yakin kalau polisi akan datang dan menanyakan mengenai kecelakaan itu. Dava tidak mau sampai putrinya dipenjara, jadi Dava harus mencari cara supaya kasus ini ditutup.
"Tenang sayang, Daddy akan selalu ada di samping kamu."
"Tapi bagaimana kalau polisi ke sini dan menanyakan mengenai kecelakaan itu? sudah pasti Diva bersalah dan Diva akan masuk penjara, Diva takut Daddy," sahut Diva dengan deraian air mata.
"Kamu bilang saja kalau sopir taksi itu yang mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi sehingga taksi itu menabrak mobil kamu," seru Dava.
"Dad, masih ada saksi yaitu penumpang taksi itu. Bagaimana kalau dia sadar dan menceritakan kebenarannya, otomatis Kak Diva tetap bersalah dan harus mempertanggung jawabkan kesalahannya," seru Dera.
"Kalau dia sadar, Diva akan mempertanggung jawabkan semuanya karena memang ini adalah salah Diva," sahut Diva dengan deraian air mata.
"Tidak sayang, Daddy tidak akan membiarkan kamu masuk penjara. Daddy yakin kalau kamu tidak sengaja melakukan itu, dan Daddy yang akan mengurus semuanya jadi kamu tenang saja," sahut Daddy Dava.
Diva terus saja menangis, sungguh saat ini dia merasa bersalah dan berdosa atas apa yang sudah terjadi.
Di sisi lain, Alta, Bianca, dan Bilal sedang menunggu di depan ruangan operasi. Bianca bahkan sudah menangis sesenggukkan takut terjadi kenapa-napa kepada putra sulungnya itu.
"Sabar sayang, Albi pasti akan baik-baik saja. Kamu tahu kan, kalau putra sulung kita itu adalah anak yang paling kuat," seru Daddy Alta.
"Iya Mom, Kak Albi akan baik-baik saja," sambung Bilal.
Satu jam pun berlalu, akhirnya dokter pun keluar.
"Dok, bagaimana dengan keadaan putra saya?" tanya Daddy Alta.
"Bisakah anda ikut ke ruangan saya? ada hal penting yang harus saya sampaikan mengenai kondisi pasien," seru Dokter.
"Daddy sama Mommy pergi saja, Kak Albi biar Bilal yang jaga," seru Bilal.
Bianca dan Alta pun pergi mengikuti langkah dokter masuk ke dalam ruangannya.
"Silakan duduk, Pak, Bu."
"Terima kasih, dokter," sahut Bianca.
"Jadi, bagaimana kondisi putra kami?" tanya Alta tidak sabar.
"Begini Pak, Bu, kaki pasien mengalami keretakan mungkin untuk sementara pasien tidak bisa berjalan tapi Bapak dan Ibu jangan khawatir, ini tidak berbahaya hanya saja untuk sementara pasien belum bisa bergerak dulu," seru Dokter.
"Terus, berapa lama putra kami akan sembuh?" tanya Mommy Bianca.
"Kurang lebih butuh waktu empat bulan untuk pasien bisa berjalan seperti biasa. Selain itu, ada satu hal lagi yang pasien alami."
"Apa lagi, dokter?" kali ini giliran Daddy Alta yang bertanya.
"Dalam kecelakaan itu, pasien mengalami benturan keras di kepala bagian belakang dan benturan tersebut mengenai saraf penglihatan yang berada di belakang saraf bola mata yaitu berada di bagian rongga kepala. Kemungkinan untuk saat ini putra kalian akan mengalami kebutaan," jelas Dokter.
"Apa?"
Bagaikan disambar petir di siang bolong, Alta dan Bianca sangat kaget mereka tidak menyangka kalau putranya akan mengalami hal seberat itu dan mereka juga tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Albi jika mengetahui kalau dirinya tidak bisa berjalan dan melihat dalam waktu bersamaan.
"Ya Allah, Albi."
Bianca lagi-lagi menangis, sungguh hati seorang ibu sangat sakit mendengar berita buruk itu.
"Tolong Dok, lakukan apa pun yang dokter bisa. Berapa pun biayanya akan saya bayar," seru Daddy Alta.
"Baik Pak, anak Bapak dan Ibu sangat beruntung karena tingkat keparahannya tidak terlalu parah bisa lewat terapi obat atau pun laser dan kami akan usahakan untuk kesembuhan putra Bapak dan Ibu. Hanya saja proses kesembuhannya tidak bisa cepat, butuh waktu untuk sehat seperti sedia kala," sahut Dokter.
Alta dan Bianca tidak bisa berkata apa-apa lagi, dengan langkah gontai mereka pun keluar dari ruangan dokter dan masuk ke dalam ruangan rawat Albi karena Albi saat ini sudah dipindahkan ke ruangan rawat.
Bianca lagi-lagi meneteskan air matanya, Bianca tidak tega melihat keadaan Albi. Saat ini, Albi masih terbaring di ranjang pasien. Wajah tampannya penuh dengan luka, dan Bianca tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Albi saat ia sadar nanti.
"Mom, Dad, apa yang dikatakan oleh dokter?" tanya Bilal.
Alta menceritakan semuanya, sama seperti kedua orang tuanya Bilal sangat terkejut dengan apa yang dialami oleh kakaknya itu.
"Bilal, kamu mau ke mana?" tanya Daddy Alta.
"Bilal mau menemui polisi dan menanyakan bagaimana sebenarnya kecelakaan itu terjadi? jika dalam kecelakaan Kak Albi ada unsur keteledoran, Bilal akan mengusut semuanya dan jika terbukti ada seseorang yang menyebabkan kecelakaan itu, Bilal pastikan orang itu tidak akan selamat," geram Bilal.
Bilal pun dengan cepat mendatangi kantor polisi karena ingin menanyakan akan penyebab kecelakaan itu.
"Pak, sebenarnya apa yang menyebabkan kecelakaan yang dialami kakak saya? bukanya di tempat kejadian ada dua mobil, apa mobil satunya lagi yang menyebabkan kakak saya mengalami kecelakaan?" tanya Bilal.
"Begini Pak, waktu kejadian kebetulan di jalan itu sedang sepi karena posisinya sudah masuk di jam kerja, yang melaporkan kecelakaan itu pun seorang penyapu jalanan. Dia langsung berteriak saat mendengar suara benturan sehingga orang-orang yang sedang bekerja di sana pun berhamburan keluar. Saat kami tanya, dia pun tidak tahu apa penyebab kecelakaan itu. Tapi, ada salah satu orang yang melihat kalau taksi yang ditumpangi korban melaju dengan kecepatan tinggi jadi menurut feeling kami, sopir taksi tidak bisa mengendalikan mobilnya dan akhirnya menabrak mobil yang ada di depannya," jelas Polisi.
Bilal terdiam, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Setelah mendengar penjelasan dari polisi, dia pun memilih kembali ke rumah sakit.
udah gitu si reva katanya lulusan sarjana kok kek ngak punya keahlian dibidang lain selama hamil juga ngak punya penghasilan pdhl mereka butuh biaya untuk mnjlani hidup
ceritanya bagus, alurnya hidup,.... banyak pesan moral didalamnya....