Sekar dan Aryo menikah karena sebuah perjodohan. Akan tetapi rupanya Aryo adalah seorang duda. Sekar tentu sangat terkejut mengetahui fakta itu.
Namun, mereka memutuskan untuk menerima pernikahan mereka. Meskipun sikap dingin Aryo kadang membuat Sekar tidak habis pikir. Pada akhirnya Sekar membalas sikap dingin itu dengan sikap dingin juga. Disitu Aryo mulai kewalahan, dan berusaha meluluhkan hati Sekar.
Ketika keduanya mulai dekat, mantan istri Aryo tiba-tiba muncul. Bagaimana Sekar menghadapi sang mantan istri dari Aryo?
Apakah Aryo akan oleng dengan munculnya si mantan istri?
Saya tidak akan memaksa readers untuk suka dengan karya saya. Mau like atau tidak ya monggo. Terimakasih bagi yang membaca dan memberikan apresiasinya kepada saya. Jika memang tidak berkenan membaca, silahkan dilewati. Saya yakin dari sinopsis sudah bisa dilihat.
keberlangsungan karya ini juga ada pada readers semua. Terimakasih banyak bagi yang sudah membaca bab demi bab yang sudah author tulis 🙏.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pasangan Dingin 29
Hari berganti hari, semua berjalan dengan baik. Hubungan antara Aryo dan Sekar mulai berkembang. Meskipun Sekar belum sepenuhnya mau terbuka hatinya, tapi paling tidak mereka mulai menghangat.
Tapi Sekar tetap menaiki mobilnya sendiri untuk pergi ke rumah sakit. Awalnya ini juga jadi perdebatan diantara keduanya. Namun saat Sekar memberikan sebuah penjelasan akhirnya membuat Aryo paham.
" Mas, aku butuh mobil untuk mobile. Terkadang aku juga harus ke suatu tempat, dan kalau tidak bawa mobil sendiri itu membuat susah. Karena urusan tidak akan segera selesai. Aku juga tidak bisa meminta Mondi untuk terus mengantarku, dia pun ada pekerjaan sendiri. Sebagai pimpinan, Mas Aryo pasti paham dengan apa yang aku katakan bukan?"
Aryo pasrah, apa yang dikatakan oleh Sekar memang benar adanya. Tapi, Aryo tetap melakukan antar jemput dengan cara mengikuti mobil Sekar.
Sedangkan dr. Syah akhirnya memilih untuk menjaga jarak dengan Sekar. Namun, dia juga tidak menghindar. Lagi pula dia adalah dokter yang pasti sangat sibuk dengan para pasiennya di rumah sakit. Meskipun begitu, rasa hatinya terhadap Sekar tentu tidka mudha untuk segera dihilangkan. Bagaimanapun, itu sudah membekas lumayan lama di sana.
Lain hal nya dengan Rima. Wanita itu ternyata masih suka memerhatikan Aryo dan Sekar. Apalagi saat Aryo dayang ke rumah Sakit dan dia mengetahuinya, Rima pasti akan mencuri waktu untuk melihat apa yang Aryo lakukan. Sepertinya Rima belum bisa menerima sepenuhnya bahwa mantan suaminya itu telah kembali menikah. Ada rasa tidak rela di dada nya.
Pagi ini Rima kembali diminta pulang oleh Tuan Gunawan dan akhirnya dia mau. Tidak ada lagi alasan Rima untuk menolak dan bertahan di rumah itu. Sempat dia menghubungi Aryo dan meminta bertemu, tapi dengan tegas Aryo menolak.
" Mungkin memang harus pulang ke rumah. Untuk apa pula aku di rumah sendirian. Riri juga tidak ada bersamaku dna pri ayang aku harapkan ternyata sudah kembali berdua. Akhir minggu ini aku akan pindahan ke rumah papa."
Karyawan non medis memang hari minggu libur. Tidak seperti bagian medis yang liburnya bergantian. Rima sudah meyakinkan dirinya untuk kembali ke kediaman keluarganya.
Pagi itu juga akan diadakan rapat akhir bulan untuk pegawai manajerial RSMH . Semua diminta untuk berkumpul di ruang pertemuan. Bagian departemen keuangan yang seharusnya diwakili oleh kepala bagian dan wakilnya terpaksa digantikan dengan Rima. Hal tersebut terjadi karena wakil kepala tidak masuk karena sakit.
" Tapi bu, mengapa saya. Rekan yang lain pasti lebih mampu. Saya kan masih baru," ucap Rima kepada atasannya.
" Soalnya Rim, mereka harus selesaikan segera itu laporan akhir tahun yang sebentar lagi harus dikumpulkan. Lagi pula kamu hanya menemani saya, dan cukup mendengarkan serta menjadi notulen, mencatat hal-hal yang penting. Untuk laporannya saya yang akan bicara."
Rima pasrah, apa yang dikatakan atasannya itu memang benar. 4 rekannya yang lain memang terlihat sangat sibuk. Sebagai anak baru, beban pekerjaan yang diberikan kepada dirinya memang tidak sebanyak rekan lainnya. Hal ini lah yang membuat Rima diajak oleh atasan untuk menghadiri rapat.
Keduanya berjalan menuju ruang rapat. Dimana ruangan tersebut berada di sebelah ruangan direktur. Dan, saat melintas di depan ruang direktur dada Rima bergemuruh hebat. Ia mendengar suara tawa Aryo di sana. Suara tawa yang dulu hanya untuknya itu ternyata bisa terdengar lagi tapi bukan saat bersamanya.
" Ehhmm bu, ibu masuk dulu. Saya perlu ke toilet sebentar. Nanti malah mengganggu saat rapat jika tidak dilakukan sekarang."
" Ya, jangan lama-lama ya Rim. kita tidka boleh datang belakangan. Sebelum Bu Sekar datang, kamu sudah harus segera kembali."
Rima mengangguk paham. Saat atasannya masuk ke dalam ruang rapat, Rima berjalan perlahan ke arah ruangan Sekar. Dia mengendap-endap dan berusaha mencari tahu apa yang terjadi di dalam sana.
Hati Rima semakin teriris ketika melihat sesuatu yang tidak seharusnya dia lihat. Saking terkejutnya, Rima sampai menutup mulutnya dengan tangan.
" Mereka sudah ditahap ini? Apakah Aryo benar-benar sudah mencintai Sekar?"
Seakan tidak percaya, Rima melihat Aryo dan Sekar berciuman. Bukan hanya itu saja, tapi kata-kata gurauan intim yang terdengar di telinga Rima membuat Rima tercengang. Sungguh hal yang tidak ia duga bahwa Aryo melakukan hal seperti itu di kantor Sekar.
" Kapan aku bisa lanjut ketahap berikutnya, hmmm?"
" Mas, stop. Ini di rumah sakit. Lagi pula mengapa kamu ada di sini? Aku sebentar lagi rapat, dan kamu seharusnya berada di kampus bukan?"
Aryo acuh dengan setiap ucapan Sekar. Dia malah terus menggunakan tangannya untuk menjelajahi tubuh sang istri. Sekar jelas sedikit kesal, beberapa kancing kemejanya sudah terbuka dan ia pastikan tampilannya mulai berantakan. Setelah memutuskan untuk kembali saling menerima, ulah Aryo semakin membuat Sekar kehabisan kata. Tapi, mereka belum sampai di tahap melakukan malam pertama pernikahan.
" Pria ini, dikasih hati minta jantung," gumam Sekar lirih.
" Kalau mau mengumpat lakukan saja sayang, aku akan siap mendengarkannya."
" Mas stop! Aku ada rapat."
Sekar terpaksa mendorong tubuh Aryo yang sudah menindihnya di atas sofa itu. Ia dengan cepat merapikan baju dan juga rambutnya. Lihatlah, lipstik di bibirnya juga berantakan. Sekar mengeram kesal atas ulah suaminya itu.
" Asli, kamu lucu kalau sedang kesal begitu."
" Aku bukan badut! Sudah sana kembali ke kampus. Dicari bapak tau rasa kamu mas."
Sekar langsung keluar dari ruangannya setelah selesai merapikan kembali tampilannya. Jika ia sedikit lebih lama di dalam, maka Aryo pasti akan berulah.
Di luar ruangan, Rima langsung berlari saat mengetahui Sekar meninggalkan tempat. Ia jelas tidak mau ketahuan jika sedang menguping. Ini akan jadi pertanyaan dan pasti dia tidak akan bisa menjawabnya.
Jika Sekar terlihat begitu kesal, maka Aryo malah terkekeh geli melihat ekspresi istrinya itu. Tapi ia sangat suka dengan wajah Sekar yang kesal begitu, lucu dan menggemaskan. Aryo pun memilih kembali ke kampus sebelum ia benar-benar dicari.
Rapat akhirnya di mulai, Mondi sebagai moderator memimpin jalannya rapat. Setiap departemen melaporkan hasil kerjanya selama sebulan. Sekar sangat senang, semuanya lancar dan tidak ada kendala apapun.
Terlebih di bagian keuangan, semua berjalan normal. Semua tampak fokus dengan setiap arahan dari Sekar. Meskipun masih berusia muda, tapi jiwa kepemimpinan Sekar jelas terlihat.
Tapi ternyata ada satu orang yang tidak fokus dengan jalannya rapat tersebut. Siapa lagi kalau bukan Rima, dia setiap melihat Sekar langsung teringat keintiman Dirut RSMH dengan Aryo. Adegan yang ia lihat di ruang dirut tadi membuatnya terus terngiang.
" Sial, mengapa malah selalu keingat itu. Aku tidak seharusnya mengintip tadi. Tck!"
TBC
Masa direktur rumah sakit gk bisa mikir