MENGEJAR CINTA MAS-MAS DINGIN

Di taman kampus, Arum sedang duduk di bawah pohon dengan memangku laptopnya, ia merasa sepi karena Jeje tidak ada.

Tetapi, tidak lama kemudian yang sedang dipikirkannya itu datang, Jeje langsung duduk di sampingnya dengan wajah yang masam.

"Kenapa? Pasti Darren lagi?" tanya Arum seraya menatap sahabatnya.

Jeje terdiam dan Jeje memperlihatkan cincin yang ada di jari manisnya.

"Dia melamarku," kata Jeje seraya menatap cincin tersebut.

"Sudah dilamar kenapa masih sedih?" tanya Arum dan Jeje menarik nafas, ia memeluk sahabatnya dan sekarang Jeje semakin merasa sesak.

"Aku merasa kalau dia masih memikirkan masa lalunya, Rum," lirih Jeje seraya melepaskan Arum.

"Emm, bagaimana, ya. Aku ingin memberikan saran, tapi takut mengacaukan hubungan kalian," kata Arum, "jadi, aku hanya akan menjadi pendengar saja," lanjut Arum seraya menatap Jeje.

Dan Jeje mengerti itu.

****

Di tepi pantai, Rossi sedang menangis, ia mencurahkan semua perasaannya pada Justin dan Justin hanya bisa mendengarkan, tidak mungkin ia akan menyuruh Rossi untuk berjuang.

Karena Justin juga memikirkan perasaan Jeje.

"Aku tau, melupakan rasa cinta tidak akan mudah, tapi, kamu harus berusaha Ross!" kata Justin seraya menatap Rossi.

Dan Rossi yang duduk dengan melipat lututnya itu menunduk.

"Aku menyesal, Just. Menyesal, kenapa aku dulu bisa sekuat itu untuk berusaha melupakan Darren dan sekarang, aku merasa sesak ketika harus melihatnya, tetapi, aku tidak bisa kalau harus terus lari, Just!" tangis Rossi seraya menyenderkan kepalanya di lengan Justin, kemudian, Justin membuka tangannya, ia mengusap lengan Rossi dan Rossi merasa ada sedikit kenyamanan.

"Sabar, aku cuma bisa bilang sabar, Ross! Tapi, kalau butuh teman untuk curhat aku akan selalu ada," kata Justin.

"Terima kasih, Just," kata Rossi.

"Hmm," jawab Justin.

****

Sementara itu, Darren sedang di ruang kerjanya, ia menatap layar laptopnya dan ia hanya menatap bukan untuk bekerja.

Pandangannya kosong, ia teringat dengan Jeje dan ia pun melihat pada cincin yang melingkar di jari manisnya.

"Je, maafkan aku, kamu mau tetap berjuang bersamaku, kan?" tanyanya.

Dan gadis yang sedang dipikirkan itu sedang menatap layar ponselnya, ia menunggu Darren, tetapi yang ditunggunya tidak ada kabar.

"Sepertinya, sangat sulit membuatnya untuk mengirim pesan lebih dulu, mau kirim pesan duluan takut ganggu," kata Jeje, kemudian, Jeje menjatuhkan kepalanya di meja belajarnya.

"Hmm, sudah tau pacar kamu seperti itu, biar tidak makan hati, lebih baik jangan terlalu memikirkannya, jalani saja seperti air mengalir," kata Arum yang duduk di depannya.

"Iya," jawab Jeje singkat.

"Kamu sudah tanyakan, Je?" tanya Arum.

"Tanya apa?" Jeje mengangkat kepalanya, ia menatap Arum yang sedang menatapnya.

"Perasaan dia, kamu tanyakan tidak?"

"Sudah," jawab Arum dengan mengangguk.

"Apa jawabannya?"

"Dia bilang, dia cinta sama aku," jawab Jeje dan seketika Jeje tersenyum, ia bahagia saat ingat Darren mengucapkan kata cintanya.

Sekarang, Jeje mengirim pesan dan Jeje dengan sengaja menjahilinya.

"S," pesan Jeje yang pertama.

Dan Darren belum membuka ponselnya, Darren tengah meeting bersama karyawannya.

Jeje kembali mengirim pesan, "A."

Masih belum dibalas, dibaca saja belum, Jeje menarik nafas dalam dan Jeje tidak menyerah.

"Y," pesan Jeje selanjutnya dan kali ini Darren membaca pesan itu.

Darren membalas, "Apa?"

Dan Jeje tidak menjawab pertanyaan itu, Jeje melanjutkan mengirim pesan kata sayang dengan huruf yang terpisah.

"A," lanjut Jeje.

"Hmm," jawab Darren.

"N." Jeje masih melanjutkannya.

Dan Darren yang sudah mengerti maksud Jeje itu mengirim huruf terakhir yaitu huruf G.

"G," pesan Darren dan Darren tersenyum, ia merasa kalau dirinya dan Jeje terlalu bucin.

Para karyawan pun memperhatikan Darren yang tengah tersenyum dengan mengusap bibirnya.

Begitu juga dengan Jeje, ia tersenyum-senyum sampai tak menyadari kalau dosen sudah datang dan Jeje terus menatap layar ponselnya, Jeje pun mengirim kalimat lengkap padanya.

"SAYANG." Kalimat yang Jeje kirim dan setelah itu, Arum mengambil ponselnya dan Jeje pun tersadar.

Darren yang mendapatkan pesan itu terkekeh, ia membalas singkat, "Iya."

Dan karena Jeje belum membalasnya, Darren menyimpan ponselnya kembali dan melanjutkan pekerjaannya.

****

Siang ini, Justin meluangkan waktunya untuk menghibur Rossi, sekarang keduanya sedang bermain air di pantai, sesekali keduanya saling mengejar dan mengucapkan air laut yang asin di wajah lawannya.

Setelah lelah, Justin tak sengaja memeluk Rossi yang sedang mengusapkan air laut diwajahnya dan Justin menatap wajah cantik Rossi.

Rossi terdiam dan sedikit salah tingkah. Lalu, Justin melepaskan pelukan itu.

"Sudah, kita pulang. Aku khawatir gadis secantik kamu akan gosong karena bermain di bawah teriknya matahari," kata Justin dan Rossi pun mengangguk.

Sekarang, Justin menghubungi seseorang untuk mengambil mobilnya karena ia harus mengendarai mobil Rossi.

Di perjalanan, Justin mengajaknya bicara, "Ross," lirihnya dengan pandangan tetap lurus ke depan.

"Kamu ingat waktu kita masih SMP?" tanyanya, "waktu itu, aku menyukaimu, tapi Darren mengatakan kalau kita masih terlalu kecil, dia melarang kita pacaran, kamu ingat itu?" lanjut Justin dan ternyata yang diajaknya bicara itu tertidur.

Karena tidak ada jawaban, Justin melihat kearahnya dan Justin menarik nafas.

"Baiklah, ada untungnya juga kamu tidur, jadi kamu tidak perlu mendengar!" kata Justin dalam hati.

****

Selesai dengan kuliah, Jeje mendapatkan kembali ponselnya dan Jeje membuka pesan Darren.

"Astaga, aku bilang sayang dia hanya balas iya, hmm," gumam Jeje dan Arum menertawakannya.

"Je," lirih Arum dan Jeje menoleh.

"Kalau kamu tidak mau dengan Arsen, boleh tidak kalau dia buat aku saja?" tanya Arum padanya.

"Ambil saja, lagi pula Arsen bukan milikku," jawab Jeje dan Arum pun tersenyum.

"Rum," lirih Jeje.

"Iya?"

"Kata kamu, wanita akan bahagia jika dicintai, memangnya Arsen cinta kamu?" tanya Jeje seraya tersenyum.

"Astaga, jahatnya kamu, Je!" gerutu Arum seraya menatap tajam Jeje.

"Hehe," tawa Jeje.

"Apa salahnya berjuang," jawab Arum yang kemudian tersenyum dengan menunjukkan gigi rapinya.

Kemudian, keduanya sudah sampai di parkiran dan Jeje yang sudah membuka pintu mobil itu mendapatkan panggilan dari Darren.

"Halo," kata Jeje.

"Lihat belakang," kata Darren dan Jeje pun menoleh. Ternyata, Darren datang untuk menjemput.

Setelah itu, Jeje memutuskan sambungan teleponnya dan Jeje meminta maaf pada Arum karena tidak dapat menemaninya mencari buku.

"Ya, tidak apa," jawab Arum dan setelah itu, Jeje pun berjalan cepat ke arah Darren.

"Ngapain?" tanya Jeje setelah berada di depan Darren.

"Jemput pacar orang," jawab Darren seraya membukakan pintu mobilnya.

"Pacar siapa?" tanya Jeje seraya masuk dan Darren menjawab, "Pacarnya Mas Darren."

Setelah itu, Darren menyuruh Jeje untuk tidak bertanya lagi dan Jeje pun menutup mulutnya.

Lalu, Jeje menatap Darren yang sudah duduk di bangku mobilnya.

"Apa?" tanya Darren.

"Aku boleh minta sesuatu?" tanya Jeje.

Darren menatapnya. "Apa?" tanya Darren.

Bersambung.

Kira-kira apa, ya, yang akan diminta Jeje?

Sebuah ciuman yang Justin ajarkan kah? Atau ada hal Lain?