🌻Bijaklah dalam membaca. Novel ini mengandung unsur 21+🌻
Siapa yang mau mengalami kegagalan di hari pernikahan? Pasti tidak ada yang menginginkannya.
Niranida Alifia, hampir saja mengalaminya. Kekasihnya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H.
Untunglah ada seorang pria yang mau menikah dengannya, dan acara pernikahan berjalan lancar. Tapi bagaimana jalan kisahnya kalau menikah bukan dengan pria pilihannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vivi We, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29. Cemburu?
"Lepas!" ketus Nira saat tangannya dicengkram erat oleh Arka ketika dia mau keluar dari mobil. Saat ini keduanya sudah berada di dalam mobil setelah Arka berpamitan kepada mami Rita sekaligus membawa Nira pulang.
"Kita pulang!" ucap Arka dengan tegas.
Nira lalu bersandar di jok mobil dengan mulut manyun. "Orang ini selalu seenaknya saja. Main asal kurung hingga kelaparan, tanpa minta maaf sama sekali. Dan sekarang, main paksa orang pulang." gerutu Nira dengan suara yang hanya bisa dia dengar sendiri.
Beberapa menit mereka saling diam. Dan kali Nira menatap penuh selidik Arka yang sedang fokus mengemudi.
"Kenapa?" tanya Arka, menyadari kalau dari tadi Nira menatapnya.
"Apa yang kau katakan pada Mamiku, tadi?" tanya Nira. Dia penasaran kenapa setelah itu, maminya jadi terlihat sangat gembira.
"Kau mau tahu?" tanya Arka, dan Nira langsung menganggukkan kepalanya.
Arka mengayunkan jari telunjuknya agar Nira mendekat. Nira pun hanya menurut dan mendekatkan telinganya di samping Arka yang sedang fokus mengemudi.
"Aku bilang, aku menindasmu di atas ranjang." bisik Arka.
"What?" Nira membelalakkan matanya tak percaya. "Kamu gila!" seru Nira sambil mendorong tubuh Arka dari samping.
"Memang aku gila. Kamu mau tahu kegilaanku lagi?" tanya Arka yang perlahan membuka kancing jasnya walaupun dia saat ini sedang memegang stir kemudi.
"Mau apa kau?" tanya Nira panik, tangannya mencoba membuka pintu mobil tapi dikunci. Dia ingin lompat keluar sebelum Arka berbuat nekat, walaupun mobil yang ditumpanginya masih berjalan.
Oh my God! Dasar dubai! Duda jablai ini sebenarnya mau apa? Jangan bilang kalau dia mau,,, batin Nira saat Arka sudah melepas jasnya. Membuat jantung Nira berhenti di tempat. Ingin rasanya dia pingsan saat itu juga, sebelum dubai itu memperkosanya.
"Dubai, jangan macam-macam ya!" gertak Nira saat Arka mencondongkan tubuhnya ke arahnya.
Nira memejamkan matanya dengan kedua tangan yang menyilang di depan dadanya. "Eh..?" mata Nira terbuka dan menatap bingung pada jas Arka yang kini ada di pangkuannya.
Aku kira dia mau,,,? Ah, dasar otakmu itu Nira. batin Nira dalam hati.
"Kenapa raut wajahmu berubah? Kamu kecewa karena aku tidak jadi berbuat macam-macam padamu?" tanya Arka dengan seringaian tipis di bibirnya.
"Si,, siapa yang kecewa? Dasar dubai gila!" seru Nira.
Arka yang dari tadi mendapat sebutan dubai dari istrinya lagi langsung menjitak kepala Nira yang keras kepala.
"Awww,, sakit, Arka." Nira mendengus kesal sambil mengusap kepalanya.
"Harus aku bilang berapa kali? Jangan panggil dubai, karena aku bukan duda dan juga tidak jablai." jelas Arka dengan tegas. "Kalau sampai aku mendengarnya lagi, kau akan tahu hukuman apa yang sedang menantimu."
"Paham?" tanya Arka. Nira hanya menganggukkan kepalanya.
"Sungguh?" Arka mendekatkan wajahnya, menatap dekat wajah Nira.
"I,, iya. Sungguh, aku tidak bohong. Aku tidak akan mengulanginya." ucap Nira lalu membuang wajahnya ke samping untuk memutuskan tatapan mereka.
Entah kenapa Arka sangat puas bisa mengerjai Nira seperti ini. Melihat wajah Nira yang ketakutan, menjadi sebuah hiburan untuknya.
"Oh iya, bagaimana dengan Geo? Dia sudah ditemukan dan baik-baik saja kan?" tanya Nira saat teringat tentang Geo.
"Hmm..." Arka hanya menjawab dengan ber'ehem ria.
"Ini aku kembalikan. Aku tidak kedinginan." ucap Nira sambil menyerahkan jas itu pada sang pemilik.
"Pakai jas itu!" perintah Arka dengan suara beratnya. Dia sampai lupa kalau sedang jengkel pada Nira karena berani-beraninya istrinya itu memakai baju ketat yang terlihat pundaknya di depan pria lain. Ditambah dengan celana jeans panjang Nira yang sobek-sobek di bagian pahanya. Arka sendiri tak tahu model baju dan celana apa yang dipakai istrinya itu.
Nira menaikkan sebelah alisnya sambil menatap Arka heran. Entah apa yang ada di benak pria di sampaingnya itu.
"Pakai jas itu!" perintah Arka lagi, dengan nada agak tinggi.
"Kenapa aku harus memakai jas ini?" tanya Nira, menaruh jas itu di sampingnya.
"Kau...." Arka yang semakin jengkel lalu menepikan mobilnya.
"Pakai!"
"Tidak!"
"Pakai!"
"Tidak mau!"
Terjadilah adu mulut antara suami-istri itu. Sampai pada akhirnya, Arka memakaikan jas itu dengan paksa.
"Arka, kamu itu kenapa?" tanya Nira yang sekarang ini memakai jas milik Arka dan pastinya sangat kebesaran di badannya.
Arka kembali menjalankan mobilnya dan Nira sendiri hanya bisa memanyunkan bibirnya.
"Jangan dilepas!" kata Arka saat melihat Nira hendak melepas jasnya.
"Oh my God! Ini sungguh tidak nyaman, Tuan Arka." ucap Nira sambil mendengus kesal.
"Oh, kau lebih nyaman dengan mengekspos tubuhmu itu? Kau lebih nyaman dengan pakaian ketatmu itu? Kau lebih nyaman memakai celana sobek-sobek itu? Dan, kau sangat nyaman memamerkannya di depan pria lain?" cecar Arka.
"Atau, kau memang sengaja agar pria tadi tertarik padamu?" sindir Arka.
"Pria? Maksudmu, Ba.."
"Tak perlu kau sebutkan namanya!" Arka menyela Nira.
"Oh, ya ampun. Apa kau cemburu?" goda Nira. "Lagian siapa yang memamerkan tubuh, orang aku masih berpakaian lengkap." ujar Nira dengan tawa mengejek.
"Siapa yang cemburu? Aku hanya mengajarkan agar berpakaian tertutup." elak Arka. "Jangan pakai baju itu lagi!" perintah Arka.
Nira menatap baju yang ia pakai sekarang. Dia sekarang ini memakai atasan sabrina crop lengan pendek yang memang menonjolkan bahu mulusnya. Bukankah tak masalah? Lagian banyak wanita yang memakainya. Kenapa di depan Arka, ini menjadi masalah?
kl dah begini byk x syaratnya....😞
but...ttp Semangat!!!
nyimak ya 🤝☺️💪
kasihan GEO ya ...
gmna nanti klo Arka tau klo Nira adlh adiknya Livia