Sebelum baca Penantian Sang Casanova,di baca dulu yah Mengejar Cinta Mantan Istri,biar tau sejarahnya Ica dan Yordan.
"oke gue akan terima loe,asal loe mau terima tantangan gue." Senyum Yordan menyeringai
Mata polos Ica terlihat berbinar karena Yordan mau memberikan dirinya kesempatan.
"Siap..!!! Sekarang apa tantangannya?" tanya Ica penuh percaya diri.
Ia tidak tahu tantangan yang akan di berikan Yordan,adalah tantangan yang membuat hatinya hancur lebur.
Dan karena tantangan yang diberikan Yordan,
Ica pun menjauh dari Yordan sang Casanova.
Kira-kira apakah tantangan yang diberikan Yordan?
Dan apakah Yordan sang Casanova bisa mencintai Ica?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_Les, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
eps. 27
"Kurang ajar kamu!!" Papa Fano melayangkan tinjunya pada Yordan,tapi dengan cepat Yordan menangkap tangan papa Fano.
"Kok om marah saya bilang gitu?? Om ngerasa yah kalau akhlak om di bawah rata-rata. Atau om malu kalau saya bandingin om sama Ica??" Yordan menghempaskan tangan papa Fano.
"Cih,ngapain saya harus malu dibandingin sama anak bodoh ini." Tunjuk papa Fano pada Ica.
"Yang ada dia yang selalu buat malu saya, sudah bodoh,malah bergaul sama orang-orang gak jelas kayak kamu. Dasar kumpulan parasit!!!" Papa Fano memandang rendah Ica dan Yordan.
"Papa Stop!!" Mama Nivi yang sedari tadi hanya menguping dibalik dinding,lama-lama tak tahan mendengar kata-kata yang keluar dari mulut tak berfilter papa Fano.
"Sudah cukup kamu membandingkan Ica dengan Nita,sekarang malah kamu bilang anak kamu parasit. Maksud kamu ngomong gitu apa??? Ica juga anak kita,anak kamu!! Tapi kenapa kamu tega bilang anak kamu parasit!!! Sakit hati mama denger papa ngomong gitu!!"
"Kalau bukan parasit sebutan apa yang cocok untuk anak kamu yang gak berguna ini??!!"
"STOOOOOOOPP!!!" Teriak Ica yang tak tahan melihat perdebatan kedua orangtuanya.
Sontak papa Fano dan mama Nivi melihat ke arah Ica.
"Ica kesini mau pamit sama mama dan papa,mulai hari ini Ica akan keluar dari rumah ini. Kebetulan mulai besok Ica udah kerja di kantornya kak Yordan orang yang papa bilang parasit sama kayak aku." Arah mata Ica menatap Yordan.
"Ica cuma mau mau ambil ijasah dan foto-foto Ica yang ada dalam kamar. Ica gak akan bawa satu lembar baju pun yang Ica beli pake uang papa. Ica akan buktiin ke papa walau otak Ica lemah,tapi Ica bisa sukses dengan kemampuan yang Ica punya." Ica mulai melangkahkan kakinya menuju kamarnya.
"Ica jangan gini Ca..jangan tinggalin mama Ca.." mama Nivi menahan tangan Ica,tapi Ica tetap melangkahkan kakinya.
Mama Nivi terus mengikuti Ica sampai kamarnya.
"Ca mama mohon jangan gini. Hidup di luar itu berat Ca.." mohon mama Nivi sambil menangis.
"Ma.." Ica mengusap air mata mamanya,dan mengambil tangan sang mama untuk ia genggam.
"Mama tenang aja,walau Ica udah gak tinggal dirumah lagi,kita masih bisa ketemu kok. Mama gak usah khawatir,,ada kak Yordan dan mommy Sarah yang akan jagain Ica. Sekarang yang Ica butuhin cuma doa mama supaya Ica bisa jadi orang sukses dan membanggakan mama." Kemudian Ica memeluk mamanya.
"Kak..." kini Nita yang masuk ke kamar Ica dengan berlinang air mata.
"Sini.." Ica membuka tangan nya satu agar adiknya itu juga masuk ke dalam pelukannya.
"Bantuin kakak jagain mama yah Nit." Ica mengusap-usap pundak mamanya dan Nita.
"Jangan pergi kak,jangan tinggalin kita kak. Papa ngomong gitu karena lagi emosi aja,nanti kalau papa udah gak emosi lagi pasti papa minta maaf sama kakak.."
Ica melepaskan pelukannya dari mamanya dan Nita.
"Papa akan selalu emosi kalau liat kakak,Nit. Jadi hanya dengan cara ini,semoga papa bisa membuka mata,hati dan pikirannya untuk tidak meremehkan kakak. Kamu juga doain kakak yah supaya jadi orang sukses. Kalau kamu kangen sama kakak,kamu dateng aja ke kantornya kak Yordan di SFF." Ica berusaha tersenyum agar mama dan adiknya bisa ikhlas melepaskannya.
"Kakak pergi dulu yah,kasihan kak Yordan udah nunggu lama."
Ica pun turun dari kamarnya dengan hanya membawa satu tas kecil yang berisi foto-fotonya dari dalam kamar dan selembar ijasah SMU.
Suasana ruang tamu saat Ica pergi ke kamarnya sampai kini Ica kembali lagi dari kamarnya tetap sama. Hening,dingin dan mencekam.
"Pah..Ica pergi dulu." Pamit Ica. Ia ingin mengambil tangan papanya,tapi papa Fano langsung menghempaskan tangan Ica.
"Kamu tau konsekuensinya kalau keluar dari rumah ini kan...?" Tanya papa Fano dengan tatapan tajam.ke Ica.
Ica mengangguk.
"Ica tau pah. Ica udah taro kartu kredit,hp dan kunci mobil di atas nakas kamar Ica. Ica gak akan bawa barang-barang yang Ica beli pake uang papa,kecuali ijasah dan foto-foto ini."
"Berarti kamu juga tau,kalau kamu keluar dari rumah ini dan memilih untuk hidup sendiri,kamu gak akan pernah papa anggap anak lagi." Tanya papa Fano mengintimidasi.
Mata Yordan membelalak mendengar ucapan papa Fano. Sudah Ica dikatain bodoh, parasit, gak memiliki masa depan cerah malah sekarang dibilang tak mau di anggap anak lagi.
Dengan berat hati dan menahan tangis,Ica mengangguk.
Hatinya sangat sakit mendengar papa nya tidak mau menganggap Ica sebagai anak lagi. Tapi keputusan Ica sudah bulat,dari pada terus menerus di remehkan oleh papa nya sendiri.
"Kalau gitu Ica pamit pah. Permisi." Sekuat tenaga Ica masih menahan tangisannya.
Ica dan Yordan pun keluar dari rumah menuju mobil yang Yordan parkirkan di halaman rumah Ica.
Kini mobil Yordan sudah melaju meninggalkan rumah orangtua Ica.
Setelah beberapa meter dari rumah,tangis yang Ica tahan sedari tadi akhirnya tumpah juga.
Yordan hanya melirik Ica,membiarkan Ica menumpahkan segala kepedihannya melalui tangisan.