Bella Cintia?" Gumam Eric. Dia seolah tidak asing dengan nama itu. Bahkan ketika menyebutnya namanya saja membuat hati Eric berdesir menghangat.
"Kenapa harus designer ini?" Tanya Eric.
"Karena hanya dia yang cocok untuk mode produk kita pak."
"Apalagi yang kau ketahui tentang designer ini?" Tanya Eric kembali.
"Dia adalah salah satu designer terkenal di dunia. Dia sering berpindah dari negara satu ke negara lain. Karena dia memiliki cabang butiknya hampir di setiap negara yang dia tinggali. Namanya Bell's Boutique. Tapi untuk rumah mode utama nya, dia hanya memilikinya di negara ini. Nama rumah mode itu adalah Bellaric."
Eric terkesiap kala manager produksi itu menyebutkan kata Bellaric.
"Bellaric?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LidyaMin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gugup
Saat ini Eric dan kakaknya Edo sedang makan siang bersama papa nya di sebuah restauran mewah. Eric sudah berpamitan dengan semua pegawainya dan juga memperkenalkan Edo sebagai pimpinan yang baru tadi pagi.
Banyak pegawainya dan juga para petinggi di perusahaan itu yang menyayangkan kepergian Eric. Karena selama ini mereka mengenal Eric adalah seorang pemimpin yang sangat berdedikasi tinggi dalam pekerjaan. Dia seorang pemimpin yang tegas dan juga ramah. Tapi karena itu sudah keputusan dari Eric sendiri untuk mengundurkan diri, maka mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
Mereka juga berharap dengan kepemimpinan yang baru ini, Edo juga bisa membawa perusahaan lebih maju lagi seperti kepemimpinan Eric.
"Apa semua yang kamu perlukan sudah siap?" Tanya Papa nya.
"Sudah pa. Besok pagi Eric hanya tinggal pergi saja." Jawab Eric.
"Papa yakin kamu pasti bisa membawa perusahaan kita di sana lebih maju dan berkembang lagi." Ucap papa nya.
"Iya pa."
"Papa yakin kamu bisa mempelajarinya dengan cepat. Karena perusahaan yang akan kamu kelola di sana berbeda dari di sini."
"Eric akan berusaha keras agar perusahaan kita disana lebih berkembang dari yang sekarang."
"Papa yakin sama kamu. Dan kamu Edo, semua tanggung jawab papa serahkan sama kamu. Papa selalu percaya bahwa ketiga putera papa adalah orang hebat semua. Lakukan yang terbaik."
"Siap pa. Edo akan lakukan seperti yang papa mau."
"Terima kasih. Papa sudah tua. Papa sudah tidak mampu lagi bekerja. Papa hanya memiliki kalian untuk meneruskannya, dan nanti akan di lanjutkan oleh anak cucu kalian lagi."
"Papa jangan kuatir. Yang penting papa selalu sehat dan tetap bersama kami." Ucap Edo sambil mengelus lembut salah satu tangan papa nya.
"Kalian memang putera papa yang hebat dan membanggakan." Papa nya tersenyum pada Eric dan Edo.
Usai makan siang Eric kembali ke apartemennya. Sedangkan Edo kembali ke kantor setelah mengantar papa nya pulang.
***
Eric menggeliat dalam tidurnya dan membuatnya sedikit malas untuk membuka matanya. Masih dalam posisi telentang, Eric menatap langit-langit kamarnya kemudian menoleh ke kiri dan ke kanan. Setelah puas, Eric bangkit dan kemudian turun dari tempat tidurnya.
"Ini saatnya." Ucap Eric sambil berjalan ke kamar mandi.
Usai mandi, Eric memilih pakaian yang cukup santai untuk dia kenakan hari ini. Kemudian dia ke dapur untuk membuat sarapannya sendiri. Eric melirik jam tangannya dan tersenyum tipis.
"Masih ada waktu."
Usai sarapan Eric membersihkan dapurnya. Dia mencuci semua piring gelas dan mengelap meja dan juga kompor. Dia harus meninggalkan semuanya dalam keadaan bersih. Eric masuk ke kamarnya lalu mengeluarkan koper dan juga barang lainnya, kemudian meletakkan satu persatu di depan pintu apartemennya.
Hari ini adalah hari kepindahan Eric ke Filipina. Ada rasa gugup yang membuat jantungnya berpacu lebih cepat setiap kali dia memikirkan Filipina. Telapak tangannya terasa panas dingin. Eric menyatukan kedua telapak tangannya dan menggosok-gosoknya.
"Kenapa gue rasanya gugup sekali. Ini sangat aneh." Gumam Eric.
Dengan langkah berat Eric melangkahkan kaki untuk meninggalkan kediamannya menuju bandara. Dia hanya di temani supir. Tadi Edo menawarkan diri untuk mengantarnya, di tolak oleh Eric. Dengan alasan dia tidak mau merepotkan kakaknya. Apalagi hari ini adalah hari pertama kakaknya masuk kantor. Jadi dia tidak mau membuat kesan jelek karyawan pada kakaknya karena terlambat masuk.
Tiba di bandara, tidak lama nomor penerbangannya di panggil. Eric segera memasuki pesawat yang akan membawanya pergi meninggalkan Indonesia. Di dalam pesawat Eric memandangi suasana di luar dengan pandangan sedikit berkabut. Sudut matanya berair. Ada kesedihan dan kekecewaan yang dia rasakan saat ini.
Bukan hal yang mudah untuk melupakan seseorang yang pernah bersama 2 tahun lamanya. Tanpa sadar tetes air matanya jatuh di punggung tangannya. Eric menyapu sudut matanya dengan ujung jari jempolnya.
Dia memperbaiki cara duduknya dan mengalihkan pandangannya dari jendela pesawat di sisinya. Dia memandang lurus ke depan.
"Gue harus kuat dan gue harus bisa melupakan semuanya." Ucap Eric dalam hatinya.
***
Kedatangan Eric sudah di tunggu oleh seseorang yang bekerja sebagai asisten
Pribadinya yang juga merangkap sebagai sekretarisnya, Antonio.
"Selamat datang Tuan Eric. Perkenalkan nama saya Antonio." Ujar Antonio menunduk hormat pada Eric atasannya.
"Terima kasih." Ucap Eric kemudian melangkah mendahului Antonio.
Antonio cukup kaget dengan pertemuan awalnya ini dengan Eric. Bos nya ini terkesan dingin dan cuek tapi juga tegas. Apalagi Eric juga terlihat masih muda dan tampan. Antonio yakin, kalau Eric akan menjadi incaran kaum hawa yang gila duit dan kemewahan.
Antonio membantu Eric untuk memasukan kopernya dan barang lainnya ke dalam bagasi. Kemudian melajukan mobilnya untuk mengantar Eric pada sebuah rumah di kawasan elit, Forbes Park Manila.
"Apabila Tuan perlu sesuatu, Tuan bisa menghubungi saya di nomor ini." Antonio memberikan kartu namanya pada Eric.
Eric menganggukkan kepalanya setelah menerima kartu nama itu. "Terima kasih." Lalu Eric melenggang masuk ke dalam rumahnya.
Semua pelayan yang ada disana dengan sigap membawa semua barang milik Eric dan mengantarnya ke kamar. Eric memasuki kamarnya dan menutup pintunya. Dia merebahkan dirinya sambil matanya mengelilingi seluruh kamarnya. Eric mendesah pelan lalu memejamkan matanya. Dia hanya ingin istirahat sejenak. Dia tidak menyangka akan memulai kehidupan baru di negara ini.
***
"Nyonya, anda baik-baik saja?" Reyna khawatir pada bos nya beberapa hari ini sering terlihat tidak nyaman.
"Entahlah. Aku juga tidak tahu. Aku sering merasa gugup, jantungku sering berdetak lebih cepat dari biasanya. Bahkan telapak tangan dan kakiku juga terasa panas dingin. Apa aku harus ke dokter memeriksanya?" Bella menyentuh tengkuknya dengan telapak tangannya dingin. Kulit tubuhnya sedikit meremang karena dingin menyentuh tengkuknya.
"Kalau Nyonya Bella memang ingin melakukannya, saya akan membuat jadwal temu dengan dokter." Ujar Reyna.
"Lakukan saja. Kalau bisa sore ini."
"Baik Nyonya."
Bella kembali fokus pada pekerjaannya membuat sebuah desain gaun malam untuk salah satu model papan atas, yang sudah menjadi langganan tetap di butik nya.
Seperti yang di jadwalkan, Bella dan Reyna sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Reyna sudah mengatur pertemuannya dengan salah satu dokter jantung dan organ dalam. Bella masuk ke dalam ruangan yang sudah di sediakan. Setelah mendengar semua keluhan Bella, dokter kemudian melakukan pemeriksaan pada Bella.
Dokter itu tersenyum ramah dan mempersilahkan Bella untuk duduk.
"Apa ada yang serius dok?" Tanya Bella dengan perasaan gugup.
"Tidak ada yang serius. Semuanya normal tidak ada masalah pada jantung anda. Saya sarankan untuk lebih banyak beristirahat. Anda sepertinya banyak pikiran akhir-akhir ini. Dan itu merupakan salah satu pemicu kegugupan yang anda rasakan." Ujar Dokter tersebut dengan ramah dan tersenyum.
Bella membenarkan yang dikatakan dokter tadi kalau dia memang banyak pikiran akhir-akhir ini.
"Terima kasih." Ucap Bella dan kemudian beranjak pergi dari sana.
🌼🌼🌼🌼🌼
Ada yang bisa menebak kenapa Bella mengalami hal seperti itu? Komen di bawah yah😊
Terus dukung cerita ini ya dengan like, vote dan juga rate 5. Kalau ada yang mau memberikan poin, aku pasti senang sekali😚