Dalam masa Revisi
__________________________________________
Xian Liu Mei. Seorang gadis cantik bergelar putri mahkota dari kerajaan Xian, Zaman kultivator. Dia mendapat gelar "Dewi Perang" oleh para musuhnya. Liu Mei bukan seorang putri manja, tapi tomboy.
Liu Mei berpindah dimensi ke zaman modern dan menggantikan posisi seorang gadis yang di khianati oleh tunangan dan sahabatnya.
Dengan bantuan ingatan pemilik tubuh dan Ruang Dimensi yang ikut berpindah, Liu Mei memanfaatkan beberapa perhiasan dan koin emas yang dia miliki untuk bertahan hidup di era modern.
Bertemu dengan 4 Pria dengan karakter yang berbeda, manakah yang akan di pilih oleh Liu Mei sebagai pasangan hidupnya?
Bagaimana kisahnya? ayo ikuti cerita ini.
~~~~~~~~~~~~~~~~
Sedikit inspirasi dari novel-novel TimeTravel yang lain, selebihnya Drakor dan imajinasi Author sendiri.
Selamat Membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riza melyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali
Sudah dua minggu berlalu, Axila dan yang lainnya sudah mempersiapkan kepulangan mereka bersama para dokter itu.
Selama dua minggu ini pula Axila selalu menjalankan tugasnya dengan baik, sesekali membantu para dokter untuk memeriksa keadaan warga yang terkena efek dari erupsi gunung berapi.
Axila juga membantu beberapa orang peneliti untuk mendekat dan mendaki gunung itu, selebihnya mereka melakukan pemantauan menggunakan drone.
Gempa yang beberapa kali menggoncang membuat siapa saja menjadi waspada, mereka memang harus tetap waspada bukan? hanya doa yang dipanjatkan untuk tanah kelahiran, dan kondisi seperti ni kembali seperti semula.
"Sudah selesai?"tanya Rival yang berdiri tepat disamping Axila.
Axila mengangguk pelan sebagai jawabannya.
"Kau dan dokter itu semakin dekat, yah" ujar Rival sambil menatap Robin yang sedang memberikan pengobatan pada seorang anak kecil yang lecet kakinya saat bermain.
"Tidak juga, aku hanya melakukan tugasku dengan mengawasi pekerjaan mereka" balas Axila yang kini mulai angkat bicara.
"kau tak ingin mengatakan yang sebenarnya, Kapten?"
"Mengatakan apa? aku memang tak mempunyai hubungan apapun dengan dokter itu. Lagi pula kau sudah tahu, dengan siapa aku menjalin hubungan" untuk pertama kalinya Axila merasa bersyukur mempunyai kekasih seperti Mike.
Rival mengangguk paham, "bagaimana hubungan kalian saat ini?"
Axila mengerti maksud dari pertanyaan Rival yang ini. "hubungan kami berjalan dengan baik, tak ada yang mengganggu sejauh ini" balas Axila, segera saja dia melangkah menjauhi Rival.
Sementara itu Robi yang sejak tadi juga melihat dengan siapa Axl bicara jadi sedikit geram, entahlah mengapa yang pasti dia tak suka jika Rival lah yang mendekati Axila, dia tahu jika tatapan yang ditujukan oleh Rival lebih dari tatapan kagum
Robin yang sudah selesai mengobati luka anak kecil itu segera berjalan ke salah satu rumah yang menjadi penginapan para dokter,dengan membawa beberapa alatnya yang sempat dia gunakan tadi. Lalu mulai mengemasi semua barangnya didalam koper yang dia bawa.
Hari sudah menjelang malam, semua orang berkumpul dilapangan luas yang kini sudah ramai dengan banyak orang, termasuk para dokter dan juga beberapa orang tentara yang sudah pasti bawahan Axila. Tidak termasuk Axila yang saat itu sedang mengangkat panggilan vidio dari ibu angkatnya.
"Aku baik-baik saja bunda, termasuk para dokter junior bunda" ujar Axila pada Maria yang nampak selalu menyempatkan waktu untuk menghubungi putrinya itu.
"Syukurlah jika begit, bukankah kalian akan kembali besok?" tanya Maria memastikan.
Axila mengangguk, "Iya bunda, kami akan bergantian dengan regu yang lain" balas Axila.
"Syukurlah, bunda senang jika kalian akan segera kembali ke ibukota" balas Maria.
Hito dan yang lainnya yang tak melihat dimana Axila berada segera mencarinya, mengingat Axila adalah kapten mereka.
Hito tahu dimana keberadaan Axila saat ini, segera dia pergi ke tenda dimana Axila tempati, karena para prajurit itu menempati tenda-tenda yang mereka buat sendiri, dan tak seperti para dokter yang diberikan penginapan sederhana.
"Kapten, semua orang sudah berkumpul untuk makan malam, kau tak ikut?" Ujar Hito yang sudah berada didepan Axila saat itu.
Axila dan Maria yang saat itu sedang mengobrol segera menghentikan obrolan mereka.
"Aku akan menyusul sebentar lagi, kalian duluan saja" balas Axila pada Hito.
Bukannya menurut, Hito malah berjalan mendekati Axila dan duduk disampingnya.
"Selamat malam, Nyonya" sapanya.
Maria yang melihat salah satu rekan kerja putrinya hanya tersenyum, "selamat malam juga, Hito"
Mereka bertiga terlibat canda, yang sudah pasti Hito melaporkan apa yang dilakukan oleh Axila, selalu saja memasang wajah pokernya dan tak pernah tersenyum.
"Sudah mulai larut, kalian tak makan malam?" Tanya Maria yang sempat melirik jam yang menggantung disudut ruang kerjanya.
Axila mengangkat tangan kirinya, memperhatikan arloji yang melekat indah ditangannya.
"Baru pukul 9 malam, bunda"
"Tetap saja kesehatanmu perlu dijaga, kalian makan malam dulu. Kita lanjutkan nanti" ujar Maria.
"Baiklah, sampai bertemu besok, bunda" ucap Axila.
"Selamat malam, sayang." Balas Maria lalu mengakiri panggilan mereka.
"Ayo, aku sudah sangat lapar." Ajak Hito dengan menarik tangan Axila menjauh dari tendanya, memasuki bangunan yang menyediakan makanan.
Ternyata Robin yang memang sejak tadi menunggu Axila segera mendekat, dia mengikuti langkah Axila dan Gito dari belakang.
"Kau juga belum makan, dokter?" Tanya Hito pada Robin yang kini sedang mengantri dibelakang mereka.
"Belum" balasnya singkat, padat dan jelas. Namun matanya menatap Axila yang saat ini sedang mengambil makanan diatas meja.
'Bagaimana aku bisa makan, jika belum melihatnya makan.' batin Robin, setelah mengambil makanannya Robin melangkah dan duduk dibelakang Axila. Dia makan dengan diam, sambil mendengarkan apa yang diobrolkan oleh kedua orang itu.
Malam ini adalah malam terakhir, banyak warga yang duduk bersama dokter-dokter muda yang merawat mereka beberapa hari itu. Mereka mengobrol dan membicarakan apa yang bisa membuat mereka tertawa, tanpa harus menghawatirkan apa yang akan terjadi di esok hari.
Axila berjalan mengelilingi tempat pengungsian, sambil berbicara dengan Louis yang berada didalam ruang dimensinya. Merencanakan apa yang akan dilakukan oleh Axila setelah kembali dari Yogya.
Axila sudah merencanakan kepergiannya ke Seoul, Korea Selatan. Dia memang sudah mulai khawatir pada adik sepupu dari pemilik tubuh, karena akhir-akhir ini dia memimpikan sesuatu yang buruk. Dimana seorang remaja laki-laki disiksa oleh orang lain, entah itu di rumah ataupun di lingkungan sekolah. Dia selalu mendapatkan perlakuan yang tidak adik oleh orang-orang.
Terlebih Axila sendiri yang datang menemuinya dalam mimpi, meminta agar cepat menemui adiknya yang berada di Seoul.
Urusan jet pribadi sudah selesai transaksinya. Axila sudah mendapatkan apa yang dia inginkan, hanya mencari seorang pilot yang dapat dipercaya saja, lalu selesai sudah.
******
Hari sudah menunjukkan pukul 10 pagi, dimana Axila sudah selesai melapor pada atasannya atas selesainya tugas mereka, dan akan berganti dengan regu yang lain, yang akan datang hari ini.
Semua persiapan sudah selesai, mereka hanya tinggal menunggu kendaraan militer yang sedang menjemput regu lain yang datang.
Ada beberapa warga yang ikut menyempatkan diri menghantarkan Axila dan rombongan menggunakan kendaraan pribadi, seperti motor ataupun mobil L-300.
Setelah regu yang lain tiba, Axila dan rombonganlah yang kini menaiki kendaraan itu. Bersama dengan para dokter dan yang lainnya.
"Aku tak menyangka, kita akan kembali bersama kapten Axila dan yang lain." Ujar Luna pada Axila dah 9 prajurit lainnya.
"Itu karena kami juga selesai dengan tugas kami, dan harus berganti dengan regu yang lainnya." Timpal Hito, sedangkan yang lainnya hanya terdiam dan sesekali menanggapi dengan senyuman ataupun kekehan.
Tak berselang lama, mereka dibawa ketempat yang sama saat dua Minggu lalu, dimana sudah ada helikopter yang menunggu mereka disana.
Yang lain tampak mengangkat barang bawaan mereka, dibantu oleh para prajurit. Namun tidak dengan Axila yang hanya mengenakan ransel milik para prajurit, Axila berjalan dan menyimpan sendiri ranselnya sambil menunggu yang lain masuk kedalam heli.
*****
Satu pesawat yang memuat begitu banyak penumpang, dan rombongan Axila sudah tiba di bandara.
Dengan santai, Axila membawa ranselnya turun dari pesawat diikuti oleh yang lainnya.
Mereka berjalan dan mengambil barang yang disimpan dalam bagasi, setelah menunggu beberapa saat. Barang-barang milik para dokter mulai kelihatan, setelah mengambilnya mereka melanjutkan perjalanan.
Dari pada menarik koper, mereka menggunakan troli yang sudah disiapkan pihak bandara, lalu mulai mendorongnya keluar dari sana.
Ada beberapa rekan yang sudah menunggu mereka di depan sana, sambil melambaikan tangan pada orang yang mereka kenal.
Semua orang berpisah disana, begitupun dengan Axila. Didepan sana sudah berdiri seorang pria tampan yang tengah menunggu kepulangannya, bersama dengan seorang wanita berkepala empat.
"Lila.." panggil seorang pria tampan yang sedang berdiri disana, sambil melempar senyum kearah Axila.
"Kakak, bunda"
Thhhorrr.. anda harus tau harga barang beginian dweerhh…
Tapi kartu ATM..
Btw JAN pake kartu KREDIT yaa.
Pake ATM… bukan kartu KREDIT
😂😂😂😂😂
Mursidah tanggo…
Hhuuuhh… author tahu kaan barang antik
Itu maharani juwita….
Trus itu berlian segede gaban.. astonegana thooorrr… jiwa missquen ku meronta2..
KEMURAHAN itu auuuthoorrrr.
Iihhgg gemes dweh !
so pasti next part pasti akan begini juga..
Thor, bisa kan hal ginian ga di ulang di next cp ?
Ceritanya, kalimat2nya, Akhirnya, Tokoh2nya, Karakternya...
Semua keterampilan dng sangat amat bagus..
Satu kata utk Cerita Author ini, KEREN....
Daya imajinasi Authornya dalam membuat sebuah cerita, sangat luar biasa..
Semangat terus dalam berkarya dng cerita hebat lainnya ya Author...