Sebatas Wanita Bayaran

"Luna??" panggil Radika.

Pria itu tersenyum lebar ketika mendapati Luna baru saja tiba, di ruang kerja yang pernah ia gunakan dahulu.

"Kau kembali magang di sini?" tanya Radika.

Tatapannya seperti tak percaya, tetapi ia tak mampu menyembunyikan raut bahagia nya.

Luna hanya tersenyum kecil, merasa bingung dan serba tidak enak. Setelah percakapan mereka kemarin, ia malah kembali lagi ke perusahaan terkutuk tersebut.

Radika menangkap raut wajah sendu pada Luna. Pria itu pun mendekati meja kerja Luna dan menarik kursi untuk duduk di sampingnya.

"Ada apa Luna? Apakah perusahaan Nusa Dua menolakmu?"

Luna menganggukkan kepalanya. Ia tertunduk menahan kesedihan di hatinya.

Radika yang menyadari itu pun semakin mendekat. Dengan perlahan ia menyentuh tangan Luna dan menatapnya lekat.

"Cerita saja kepadaku, Luna. Kau bisa menceritakan semuanya, semua hal yang mengganggu hatimu, hmm?" ucap Radika dengan suara yang lembut.

Pria itu tahu, pasti berat untuk Luna jika sampai kembali ke perusahaan milik om nya itu setelah apa yang Luna ceritakan kemarin.

Mendengar Radika mengatakan hal tersebut, hati Luna justru runtuh. Kesedihan yang berusaha ia tahan pun seolah luruh bersama dengan kelembutan Radika.

Airmata tiba-tiba saja menetes di wajah cantiknya. Radika pun tercekat, ia segera mengusap airmata itu dari wajah Luna.

"Aku di sini, Luna. Jangan bersedih, jika kau menceritakan semuanya kepadaku, aku tidak akan pernah membiarkanmu menderita."

Luna semakin menangis. Andai kata-kata itu keluar dari bibir Arkana, andai pria itu tidak terus menyakitinya.

Kehidupan keluarganya sudah cukup melelahkan, tetapi mengapa Arkana selalu membuat mentalnya jatuh?

Luna menatap Radika sejenak, memperhatikan raut wajah pria itu yang sedikit mirip dengan Arkana. Garis wajahnya, alis dan hidungnya, sekilas terlihat seperti Arkana dalam versi muda.

Darimana aku harus bercerita Dika? Apakah aku harus mengatakan bahwa dulu aku adalah wanita bayaran om mu?

Dan karena itu dia menghancurkan mentalku berkali-kali?

Luna merasa miris. Hatinya sakit meratapi nasib buruknya. Bertemu Arkana adalah awal petaka yang memporak-porandakan hidupnya. Dan Luna menyesal, kenapa malam itu harus terlibat percintaan dengan pria itu.

Bukannya membalas dendam pada keluarga Sucipto, justru kini dirinya lah yang terus ditindas oleh Arkana demi melindungi keluarga Sucipto.

"Luna?" panggil Radika lembut.

Luna tersentak lalu menghapus sisa airmata nya. Kemudian ia menatap Radika dan mencoba tersenyum.

"Aku tidak apa-apa Dika. Aku hanya sedih saja harus kembali kesini. Semoga aku tidak bertemu dengan adik tiriku itu, karena aku merasa energiku habis jika terus berhadapan dengannya bersama om mu."

Radika mengangguk. Ia mengerti bagaimana kegundahan hati Luna.

"Aku akan selalu ada di sampingmu Luna. Aku akan membelamu, jika bahkan Om ku berbuat yang tidak baik kepadamu. Oke?"

Luna pun tersenyum dan menganggukkan kepala.

Tiba-tiba saja staff HRD menghampiri mereka.

"Nona Luna Evelyn.."

Luna dan Radika menoleh dan mendapati staff itu telah berdiri di dekat mereka.

"Kamu yang baru melanjutkan magang setelah terputus dua Minggu lalu bukan?" tanya nya.

"Iya," sahut Luna.

Staff itu memberikan map di tangannya dan juga sebuah pulpen.

"Ini adalah kontrak yang harus kamu tandatangani," ucap Staff itu.

Luna menerima map tersebut lalu mulai membacanya.

Kontrak pekerjaan pemagangan selama enam bulan sebagai sekretaris sementara CEO. Apabila mangkir dari pekerjaan, maka pegawai magang akan berurusan dengan kantor polisi sebagai tahanan.

Luna terpaku dengan kontrak itu. Matanya membulat sempurna, mencoba mencerna kalimat demi kalimat yang tertulis di sana.

"Ada apa Luna?" tanya Radika heran karena melihat perubahan wajah Luna yang menjadi pucat.

Luna menoleh, lalu memberikan map itu kepada Radika. Pria itu mengambil map tersebut dan mulai membacanya.

Beberapa saat kemudian, Radika pun terperangah. Ia merasa heran mengapa isi kontrak Luna berbeda dengan kontraknya?

Tidak apa-apa jika memang Luna dijadikan sekretaris, meskipun itu hal yang cukup aneh. Seorang anak magang menjadi sekretaris pimpinan perusahaan.

Tetapi yang lebih aneh dari itu adalah, mengapa isi kontrak Luna seperti ada penekanan pada setiap poinnya?

Bukan seperti tawaran dan ajakan kerjasama sebagai mahasiswa magang biasanya.

Radika pun menatap Luna sejenak seraya memikirkan sesuatu. Tiba-tiba saja rasa khawatir menyelinap di dalam hatinya. Pertanyaan-pertanyaan pun bermunculan di pikirannya.

Mengapa Om Arkana melakukan ini?

Apa dia juga tidak menyukai Luna karena calon tunangannya yang jahat itu membenci Luna?

Tapi jika Om Arkana tidak menyukai dan membenci Luna seperti adik tirinya, mengapa ia menempatkan Luna di sisinya sebagai sekretaris?

Radika menatap lekat Luna seraya terus berpikir.

Aku merasa ada sesuatu yang aneh di sini, ada apa dengan Om Arkana?