Di tindas dan di hujat dengan tuduhan yang tidak nyata, membuat Errina Devina, sosok istri yang penurut berubah menjadi istri yang pemberontak.
Pernikahan yang mereka bina selama enam tahun harus kandas karena pihak ketiga. Azka Rayanza awalnya sosok suami yang bertanggung jawab, tetapi semua kandas setelah kematian sang papa.
Tidak terima dengan tuduhan keluarga suami yang mengatakan jika dia telah berselingkuh, maka Erinna memutuskan untuk menjadikan tuduhan keluarga suaminya menjadi nyata.
"Ibu tuduh aku selingkuh di balik penghianatan putra ibu. Maka! jangan salahkan aku menjadikan tuduhan itu menjadi nyata."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TKS 28
"Kak! Kakak kenapa?" tanya Aruna melihat Azka datang berkunjung dengan penampilan acak-acakan.
Tanpa memperdulikan pertanyaan sang adik, Azka langsung duduk di sofa sambil membuang napasnya kasar. Wajahnya merah padam, seakan menyimpan amarah yang belum di luapkan. Kedua istrinya membuat kepalanya ingin pecah, Erinna semakin menjadi, dan Bella selalu ingin di utamakan tanpa pernah perduli keadaannya. Ternyata memiliki istri kedua tidak seperti yang dia bayangkan.
Perlahan ingatan Azka kembali ke tuduhan yang pernah di lontarkan sang Ibu kepada Erinna, tuduhan jika istrinya itu selingkuh. Dia mulai curiga jika perkataan sang ibu benar apa adanya, Erinna selingkuh di belakangnya. Walau dia tidak yakin itu benar, tetapi semua bukti telah menunjukkannya. Mulai dari biaya rumah sakit, gaya hidup wanita itu, dan sekarang Erinna bekerja menjadi sekertaris Yoga, tidak mungkin itu terjadi jika tidak ada sesuatu di baliknya.
''Ibu mana?" tanya Azka menatap Aruna yang duduk santai di hadapannya.
''Di kamar, sedang siaran langsung memamerkan barang-barang belanjaannya,'' ucap Aruna ketus.
"Ibu habis belanja lagi? Bukankah baru beberapa hari lalu dia belanja dan menghabiskan uang banyak?" tanya Azka dengan nada sedikit kesal.
"Kenapa kakak kesal? Bukankah kakak sekarang punya banyak uang, jadi ngak ada salahnya jika Ibu belanja. Lagi pula kakak kerja untuk siapa? untuk kami 'kan?" tanya Aruna dengan nada jengkel.
Azka hanya bisa diam mendengar ucapan sang adik, menjelaskan apapun tidak akan ada gunanya. Aruna memang hanya tahu uang dan uang, tanpa mau tahu gimana sulitnya mencari uang itu. Dia selalu menganggap jika kebutuhan mereka adalah tanggung jawab Azka, karena Ayah mereka telah meninggal. Jadi, dia merasa jika semua beban sang Ayah turun kepada Azka untuk membiayai semua kebutuhan mereka. Terlebih lagi dengan gaya hidup mereka yang begitu glamor, sehingga membuat Azka semakin kewalahan untuk memenuhi semua keinginan mereka.
Jika di pikir, hidup Azka juga tidak mudah. Di harus memikul beban yang begitu berat, rumah tangga hancur, keluarga selalu menyetirnya tanpa ingin tahu tentang keadaannya. Namun, dia hanya ingin berbakti kepada Ibunya, karena dia merasa jika kesuksesannya sekarang adalah berkat doa sang Ibu. Dia hanya ingin membahagiakan sang Ibu, sebagai balas budi kepada wanita yang telah melahirkannya itu.
Azka mencoba menghampiri Amrita berharap mendapat solusi dari semua masalahnya. Namun, saat berada di depan pintu, dia mendengar Amrita sedang menelepon dengan seseorang. Terlihat dari nada bicaranya, wanita itu sedang marah dan mencoba menenangkan lawan bicaranya. Tanpa di jelaskan, Azka sudah tahu siapa yang sedang berbicara dengan ibunya itu, siapa lagi jika bukan Bella. Sudah di pastikan wanita itu telah mengadukan semuanya kepada Amrita.
"Sialan! Anak ngak tahu di untung. Sudah di kasih hidup enak dengan mempunyai istri kaya, malah milih istri miskin yang ngak ada gunanya itu."
Azka mendengar omelan Amrita dengan perasaan yang tidak menentu. Dia mencoba melangkahkan kakinya menjauh sebelum kehadirannya di sadari sang Ibu. Namun, baru saja beberapa langkah, dia langsung di kagetkan dengan kehadiran Bella yang sudah berada di depan pintu masuk.
"Kakak! Kakak kenapa?" tanya Aruna menghampiri Bella.
Keadaan wanita itu terlihat begitu memperhatinkan, mata memerah dan juga air mata yang terus mengalir membasahi wajahnya. Ternyata wanita itu tidak kembali ke rumah, tetapi mencoba mengadu kepada ibu mertua untuk mencari perhatian. Azka hanya bisa membuang napasnya kasar melihat kejadian itu, sudah di pastiakn dia akan mendapat ceramah yang begitu panjang dari ibunya.
Namun, bukan hanya itu. Di belakang Bella terlihat Erinna juga berjalan memasuki rumah. Azka menatap Erinna yang berjalan begitu anggun di dampingi oleh Yoga. Suatu kebetulan atau direncanakan, tetapi ini bukan berita bagus untuk Azka.
"Kak Erinna!" ucap Aruna menatap Yoga yang berada di belakang Erinna, tatapan penuh kekaguman akan ketampanan pria itu. Apalagi dengan jas mewah yang menempel di tubuhnya, membuat jiwa penggoda di dalam tubuh gadis itu langsung meronta-ronta.
"Tu_Tuan, Yoga!" Bella menatap Yoga dengan tatapan gugup. Tentu dia merasa takut jika rahasia besarnya akan terbongkar. Namun, bukan itu hal terbesar yang dia takutkan, tetapi harga dirinya. Apabila Yoga benar-benar ingin mendekati Erinna, tentu dia akan merasa sangat malu karena wanita itu lebih unggul darinya.
"Tuan Yoga, kenapa kesini?" tanya Bella mencoba menenangkan diri.
''Saya hanya ingin mengantar Erinna untuk mengambil barang-barang milik Denis, karena besok pagi Denis akan berangkat ke luar negeri."
"Apa!" Tiba-tiba Amrita keluar dari kamar dan menatap Erinna penuh amarah mendengar kata-kata Yoga. "Kenapa harus di bawa ke luar Negeri? Bukannya di sini dia sudah mendapat perawatan yang bagus. Lagi pula biaya pengobatan ke luar negeri itu tidak murah, untuk apa buang-buang duit jika ujung-ujungnya mati juga."
"Stop!" Erinna menatap tajam Amrita, tentu dia tidak terima dengan ucapan wanita itu. Ketika mereka menghina dan merendahkannya dia bisa diam, tetapi tidak jika menyangkut nyawa putranya.
"Aku tidak meminta uang ibu, jadi untuk apa ibu mengatur tentang pengobatan putraku. Jika tidak mampu membantu, setidaknya jaga mulut ibu," ucap Erinna dengan penuh emosi.
Bukannya merasa bersalah, Amrita malah tersenyum merendahkan. "Kamu memang tidak meminta uang Ibu, tapi kamu menjadi benalu untuk menantu ibu. Apa kamu lupa jika semua kebutuhanmu dan juga biaya pengobatan Denis, Bella yang menanggung. Benalu aja belagu."
Erinna terkekeh kecil mendengar ucapan Amrita, wanita itu mengira jika dia masih ketergantungan dengan anak dan juga menantu idamannya itu. Apa Bella dan Azka menyembunyikan semuanya? ya, tentu mereka akan menyembunyikan hal itu kepada ibunya, karena tujuan mereka hanya satu, di anggap paling berjasa pada hidupnya.
"Apa kalian yang membayar pengobatan Denis? Bukannya kamu pernah bertanya siapa yang membayarnya, Mas?" tanya Erinna menatap Azka dengan tatapan penuh selidik. "Oh! Apa mungkin Bella yang diam-diam membayarnya dan mengatakan jika pihak rumah sakit tidak ada menagih apapun?"
Amrita mengerutkan keningnya bingung mendengar ucapan Erinna, apa mungkin putranya itu melanggar janjinya. Namun, dari mana Erinna mempunyai uang untuk membayar tagihan rumah sakit. Dia kemudian beralih menatap Yoga yang berdiri di belakang Erinna, seakan bersiap untuk melindungi wanita itu jika terjadi sesuatu.
"Apa kamu sungguh jual diri? kamu mengkhianati putraku dengan pria ini. dasar wanita j4la4ng kamu. Sudah syukur putraku mau menikahi gadis pembawa sial sepertimu. Tapi kamu! Kamu mengkhianatinya."
"Ups! Bukan aku yang membocorkannya ya."
Bersambung.....
si Azka serakah kamu sakit hati merasa dikhianati terus gimana dengan Erina sendiri saat kamu bilang mau nikah lagi perasaanmu sekarang gak bedanya dengan apa yang Erina rasakan cowok begooooo ... gemes 😬😬
tapi ternyata semua di luar ekspektasi 😜😜