NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Di Era 70-an: Takdir Peran Pendukung Perempuan

Reinkarnasi Di Era 70-an: Takdir Peran Pendukung Perempuan

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Menjadi NPC
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: YukiLuffy

Zhao Liyun, seorang pekerja kantoran modern yang gemar membaca novel, tiba-tiba menyeberang masuk ke dalam buku favoritnya. Alih-alih menjadi tokoh utama yang penuh cahaya dan keberuntungan, ia malah terjebak sebagai karakter pendukung wanita cannon fodder yang hidupnya singkat dan penuh penderitaan.

Di dunia 1970-an yang keras—era kerja kolektif, distribusi kupon pangan, dan tradisi patriarki—Liyun menyadari satu hal: ia tidak ingin mati mengenaskan seperti dalam buku asli. Dengan kecerdikan dan pengetahuan modern, ia bertekad untuk mengubah takdir, membangun hidup yang lebih baik, sekaligus menolong orang-orang di sekitarnya tanpa menyinggung jalannya tokoh utama.

Namun semakin lama, jalan cerita bergeser dari plot asli. Tokoh-tokoh yang tadinya hanya figuran mulai bersinar, dan nasib cinta serta keluarga Liyun menjadi sesuatu yang tak pernah dituliskan oleh penulis aslinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YukiLuffy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 Musim Semi Datang

Musim semi datang dengan sungguh-sungguh ke Desa Qinghe. Salju terakhir telah mencair, meninggalkan tanah yang hitam dan subur. Di ladang-ladang, para petani mulai membajak, membalikkan tanah yang telah membeku selama berbulan-bulan. Udara berbau tanah basah dan harapan.

Di sepetak tanah di belakang gubuknya, Zhao Liyun berlutut, tangannya yang sekarang sudah kasar namun terampil menggali lubang-lubang kecil untuk benih. Tapi ini bukan cara menanam biasa yang diajarkan turun-temurun di desanya. Dengan cermat, dia mengatur jarak antar tanaman, mencampur tanah dengan abu kayu dan kompos sederhana yang telah dia buat dari sisa-sisa dapur.

Wu Shengli datang dengan membawa cangkul, mengamati cara Liyun bekerja dengan mata penuh ketertarikan. "Aku belum pernah melihat siapa pun menanam seperti ini."

Liyun tersenyum, menyeka keringat di dahinya dengan lengan. "Ini disebut rotasi tanaman. Kita menanam jenis yang berbeda di tempat yang sama setiap musim, sehingga tanah tidak kehabisan nutrisi."

Shengli mengangguk pelan, memproses informasi baru ini. "Tapi nenek moyang kita selalu menanam dengan cara yang sama."

"Terkadang perubahan baik diperlukan," jawab Liyun lembut. Dia ingat pengetahuan dari dunia sebelumnya—pengetahuan yang sekarang dia adaptasi dengan kondisi desa.

Mereka bekerja berdampingan sepanjang pagi. Shengli menggali parit kecil untuk irigasi sementara Liyun menanam benih dengan presisi yang membuatnya kagum. Ada harmoni dalam gerakan mereka, seperti dua instrumen dalam orkestra yang sama.

Saat matahari mulai tinggi, Chen Weiguo lewat dengan sekelompok pemuda desa lainnya. Melihat Liyun dan Shengli bekerja sama dengan akrab, raut wajahnya berubah kompleks.

"Lihat, Weiguo, gadis kesayanganmu sudah menemukan teman baru," sindir salah satu pemuda, membuat yang lain tertawa.

Chen Weiguo tidak menjawab. Matanya tertuju pada cara Liyun menanam—sangat berbeda dari cara biasanya, namun terlihat sangat metodis dan terencana. Ada kepintaran dalam caranya yang membuatnya merasa... tertinggal.

"Kau seharusnya tidak menghabiskan waktumu di sini, Weiguo," lanjut pemuda tadi. "Lin Xiaomei mencarimu."

Tapi Chen Weiguo seperti tidak mendengar. Dia memperhatikan bagaimana Liyun menjelaskan sesuatu pada Shengli dengan sabar, bagaimana tangannya yang ramping namun kuat mengatur benih dengan hati-hati. Ini adalah Zhao Liyun yang sama sekali berbeda dari gadis pemalu yang dulu selalu menunduk saat dia lewat.

Sementara itu, di sisi lain desa, Lin Xiaomei memang sedang mencari Chen Weiguo. Ketika dia mendengar dari seorang anak bahwa Weiguo terlihat di dekat gubuk Liyun, wajahnya berubah pucat.

"Dia lagi bersama Zhao Liyun?" bisiknya pada diri sendiri, rasa cemburu yang tidak dia pahami menggerogoti hatinya.

Di kebun Liyun, pekerjaan terus berlanjut. Setelah menanam, Liyun menunjukkan pada Shengli cara membuat mulsa sederhana dengan daun-daun kering dan jerami.

"Ini akan membantu menjaga kelembaban tanah," jelasnya, menyebarkan jerami di sekitar tanaman muda. "Sehingga kita tidak perlu menyiram terlalu sering."

Shengli mengamati dengan serius, kemudian menirunya. "Dari mana kau belajar semua ini, Liyun?"

Liyun berhenti sejenak, mencari kata-kata yang tepat. "Aku... banyak membaca. Dan memperhatikan."

Kebohongan itu terasa pahit di lidahnya, tapi apa lagi yang bisa dia katakan? Bahwa dia berasal dari dunia lain? Bahwa dia tahu semua ini karena dalam dunia sebelumnya, pengetahuan semacam ini mudah diakses?

Sore itu, ketika mereka beristirahat di bawah pohon besar di dekat kebun, Shengli berkata dengan suara rendah, "Apapun yang terjadi, aku percaya padamu, Liyun. Kau membawa perubahan baik bagi desa ini."

Kata-kata itu menghangatkan hatinya. Mungkin, pikir Liyun, dia tidak perlu menjelaskan asal-usul pengetahuannya. Mungkin cukup dengan menggunakan pengetahuan itu untuk hal-hal baik.

Beberapa minggu kemudian, ketika tunas-tunas hijau mulai muncul dengan subur di kebun Liyun—lebih subur dan sehat daripada tanaman di ladang lain—orang-orang desa mulai memperhatikan. Beberapa datang dengan diam-diam di malam hari, mencoba meniru caranya menanam. Yang lain langsung bertanya, awalnya dengan malu-malu, kemudian dengan antusiasme yang semakin besar.

Bahkan Kepala Desa datang sendiri untuk melihat. "Tanamanmu tumbuh dengan baik, Zhao Liyun," ujarnya, mengamati barisan sayuran yang hijau dan sehat. "Mungkin kau bisa berbagi caramu dengan yang lain."

Inilah yang ditunggu-tunggu Liyun—pengakuan resmi bahwa caranya berhasil. Tapi yang lebih penting dari itu, ini adalah bukti bahwa dia bisa membuat perbedaan, bahwa pengetahuan dari dunia sebelumnya tidak sia-sia.

Malam itu, duduk sendirian di depan gubuknya, Liyun memandangi bintang-bintang. Musim semi ini berbeda dari yang lain—tidak hanya karena cuaca yang hangat atau tanaman yang subur, tapi karena untuk pertama kalinya, dia merasa menjadi bagian dari desa ini. Bukan sebagai karakter pendukung dalam cerita orang lain, tapi sebagai seseorang yang bisa membawa perubahan.

Dia ingat ramalan tentang kematiannya di musim dingin—sebuah takdir yang berhasil dia hindari. Sekarang, dengan setiap tanaman yang tumbuh subur, dengan setiap orang desa yang mulai menerima caranya, dia merasa sedang menanam benih kehidupan barunya.

Angin musim semi berhembus lembut, membawa serta aroma bunga dan tanah basah. Di kejauhan, suara seruling Wu Shengli terdengar melayang di udara malam—sebuah melodi sederhana namun penuh kedamaian.

Liyun tersenyum. Mungkin, pikirnya, nasib bukanlah sesuatu yang sudah ditulis dalam batu. Mungkin nasib seperti tanah—bisa dibentuk, dipupuk, dan ditanami dengan benih pilihan kita sendiri.

Dan musim semi ini, benih yang dia tanam bukan hanya sayuran di kebunnya, tapi juga harapan untuk masa depan yang berbeda—masa depan yang dia tentukan sendiri.

1
Fitri R
semangat upnya thor
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut
Juvita Lin
up yg bnyk kak...
Lala Kusumah
hebaaaaaatt Lingyun 💪😍👍👍
Lala Kusumah
good job Liyun 👍👍👍
Lala Kusumah
kuat dan sabar ya Liyuan 💪💪👍👍
Lala Kusumah
semangat Zhao Lingyun 💪💪💪
Lala Kusumah
pengen hajar tuh si madam 😡😡😡👊👊👊
Lina Hibanika
heh 😒 dah numpang belagu lagi 😡
Lina Hibanika
hadir dan menyimak
Fauziah Daud
trusemangattt...
Fauziah Daud
trusemangattt... lanjuttt
Dewiendahsetiowati
Zhao Liyun gak punya jari emas ya thor
YukiLuffy: ngga kak
total 1 replies
Dewiendahsetiowati
hadir thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!