SCRIPT SWEET

Aluna dan Abi mengerutkan dahi saat perempuan muda itu menghampiri mejanya. "Masih ingat saya?" tanya perempuan itu sembari menatap Aluna intens, sembari tersenyum, sedangkan Abi juga menatap Aluna dengan bingung.

"Siapa ya Mbak?" tanya Aluna, menatap perempuan itu lalu menatap Abi. Lelaki itu hanya mengangkat alis, seolah bertanya siapa sih, Lun?

Gadis itu tersenyum, "Bu dokter yang bertemu di RS sama Keenan," Aluna spontan mendelik. Untung saja dia tidak minum, bisa-bisa airnya muncrat di baju Bu Dokter.

"Ouh, iya!" ucap Aluna canggung. Mendadak dia khawatir akan ditanya tentang Keenan.

"Keenan tipe cowok yang gak suka loh, ceweknya jalan sama cowok lain," sindir gadis itu. Namun Aluna diam saja, tak mau menanggapi. Suka-suka dia saja ngomongnya. "Jangan dibiasain selingkuh, Mbak. Keenan tipe setia loh," ujar Bu Dokter lalu menjauhi meja Aluna.

Wajah jutek Aluna muncul seketika, ditambah menatap punggung perempuan itu dengan jengkel, "Boleh gue lempar kursi gak tuh perempuan? Seenaknya bilang kebiasaan selingkuh ke gue. Pacar aja gak punya, selingkuh dari mana coba. Dokter julid tuh orang," omel Aluna masih kesal. Tepukan di tangannya oleh Abi membuat dia sadar bahwa ada sosok laki-laki yang butuh penjelasan Aluna.

"Keenan siapa? Kenapa dia bahas setia segala?" tanya Abi penasaran, namun Aluna tak mau menjelaskan berlebih, karena ia mau case closed saja tentang Keenan.

"Dia ngawur!" jawab Aluna sembari melanjutkan makan siangnya. Tak mau Abi lebih curiga.

Di sisi lain, ternyata Bu Dokter tadi mengirim foto Aluna dan Abi di cafe tersebut. Cewek kamu jalan sama cowok lain. Kamu tahu gak Keenan?

Seorang Keenan yang baru saja istirahat setelah dari perkebunan, mampir di mushola pinggir jalan , lalu membuka ponselnya. Keenan tak berniat membalas, suka-suka Aluna juga mau keluar sama siapa, bukan urusan Keenan kok. Ia pun mengabaikan pesan itu dan masuk mushola menunaikan ibadah di siang hari.

Setelah selesai sholat, ia memakai sepatu lalu membuka ponselnya sebentar. Sebuah pesan dari Aluna masuk.

Mas tolong dong kasih tahu Bu Dokter soal hubungan kita yang sebenarnya. Tadi sikapnya kurang sopan saat di cafe, main ngatain saya jangan kebiasaan selingkuh segala. Padahal saya gak ada hubungan apa-apa dengan Mas. Maaf ya.

Belum juga masalah pura-pura dulu clear, ini lagi datang dari ucapan Syifana. Makin tak enak saja Keenan pada Aluna. Ia tak membalas, dan langsung meluncur ke kos gadis itu. Sepertinya dia akan minta maaf dan meluruskan semua kesalah pahaman yang terjadi. Memang sesuatu hal yang diawali dengan kebohongan, akan menumpuk kebohongan lain, dan akan berefek pada hal lain.

Baru juga Aluna merebahkan diri, sembari scroll IG, suara satpam memberi tahu bahwa ada tamu untuk Aluna. "Duh, siapa lagi sih," kesal Aluna sembari menyambar jilbab instan yang baru saja ia gantung. Apa mungkin Abi, masih penasaran dengan Keena. Awas saja kalau sampai menuntut penjelasan dengan Keenan, bakal ia marahin sekalian.

Aluna berdecak sebal saat tahu siapa yang datang, biang keroknya malah. Ngapain sih datang segala. Batin Aluna kesal, namun mendekati Keenan juga. Pasalnya ruang tamu sedang ramai, karena ada calon mahasiswa baru yang mencari kos, ditambah beberapa adik kos yang sudah datang juga bersama keluarganya.

"Hai!" sapa Keenan mencoba mencairkan ekspresi Aluna yang tampak jengkel.

"Silahkan duduk, ada apa ya?" tanya Aluna jutek.

Keenan menatap kos yang ramai, agak kurang nyaman, karena merasa ada yang melihat gerak-gerik mereka. "Hem bisa keluar sebentar gak, ada yang mau aku jelasin!"

"Di sini aja kayaknya cukup, gak perlu keluar," tolak Aluna dengan jutek. Keenan tersenyum saja, gadis ini begitu keras kepala ternyata.

"Ecie, Mbak Aluna," ledek Mia, gadis tambun itu baru masuk halaman kos, dan melihat pemandangan langka di bangku depan ruang tamu kos.

"Apaan sih, Mi!" balas Aluna sewot. Gadis itu kembali melirik Aluna mana pakai kedip mata lagi. Dih, menyebalkan. Keenan tersenyum saja.

"Buruan mau bilang apa?" desak Aluna agar urusan dengan Keenan cepat selesai.

"Ruang tamunya terlalu ramai, Mbak, bisa gak kita keluar ke cafe depan buat bicara serius. Saya janji akan clear kan masalah ini."

"Janji?" tanya Aluna memastikan dan Keenan mengangguk.

"Jalan kaki saja, motor Mas silahkan ditaruh sini saja, aman kok."

"Kok gitu?"

"Ya karena saya gak mau dibonceng Mas nya!" jawab Aluna jutek, Keenan tersenyum saja. Menghadapi gadis yang tantrum repot juga ternyata, bukan pacar tapi Keenan menurut saja. Aluna memilih jaga jarak saat jalan, tak ada obrolan hingga sampai di cafe. Keenan membuka pintu cafe, ya setidaknya hal receh yang mungkin bisa meluluhkan wajah cemberut Aluna.

"Jadi?" desak Aluna agar cepat selesai urusan dengan Keenan.

"Gak mau pesan minuman dulu?" tawar Keenan, Aluna menggeleng.

"Ya sudah saya saja yang pesan, tak enak kalau gak pesan tapi numpang duduk di sini," ucap Keenan kemudian menuju ke meja kasir. Aluna menghela nafas berat, bakal lama nih.

Tak berselang lama, Keenan pun kembali. Menatap Aluna sebentar dan mulai berbicara. "Maaf saya telah menyeret Mbak Aluna ke dalam hubungan saya dan dokter itu. Sungguh, saya tak bermaksud memanfaatkan Mbak saat itu. Hanya saja semua yang saya lakukan kemarin itu adalah aksi spontan saya, agar dia segera move on dari saya juga."

Nah benar kan dugaan awal Aluna pada hubungan mereka.

"Setelah pertemuan di rumah sakit, dia juga memastikan apakah Mbak Aluna pacar saya, tapi saya tidak balas, karena semakin dijelaskan maka komunikasi antara saya dan dia bisa terjalin lagi, saya tidak mau itu terjadi. Sekali lagi maaf, nanti akan saya bilang kepada dia bahwa kita tidak ada hubungan apa-apa."

"Bagus deh! Karena saya juga gak mau dianggap kebiasan selingkuh, padahal saya sama sekali gak pernah melakukan. Dan tolong jangan sampai ada kebohongan lagi, Mas harus jelas bilang kalau kita memang gak ada hubungan apapun. Kalau bisa Mas juga bilang kalau di rumah sakit dulu itu cuma gimmick."

"Gak usah sedetail itu juga kali, Mbak. Bisa-bisa dia semakin ge-er kalau saya ambil jalan pintas sampai mengangap orang lain sebagai pacar."

"Ya tapi, Mas. Kalau saya bertemu lagi nanti saya dibilang dicampakkan dan haduh, nama saya jelek di mata orang lain, atas tindakan yang gak pernah saya lakukan!"

"Ya sudah gimana kalau kita membenarkan kejadian di rumah sakit kemarin?"

"Maksudnya?"

"Ya kita realisasikan hubungan yang awalnya pura-pura jadi kenyataan," Aluna melongo. Otaknya tiba-tiba nge-lag. Nih cowok nembak dirinya?

Keenan kemudian tertawa sembari menutup bibirnya, wajah Aluna tampak shock dan lucu sekali. "Kayaknya gak usah sampai sejauh itu deh, Mas. Kasus bisa tertutup dengan Mas bilang gak usah ikut campur, atau kita sudah putus, atau gak usah sekalian dibalas duh, kenapa saya jadi pusing sendiri sih!" Keenan makin tertawa melihat Aluna yang tampak kebingungan.

"Kamu Aluna kan?" tiba-tiba seorang perempuan mendekati meja Aluna, gadis itu dan Keenan menatap perempuan itu dengan tatapan heran.

Siapa lagi ini, ya Allah! Keluh Aluna sembari memegang jidatnya. Pusing.