Putri Huang Jiayu putri dari kekaisaran Du Huang yang berjuang untuk membalaskan dendam kepada orang-orang yang telah membunuh keluarganya dengan keji.
Dia harus melindungi adik laki-lakinya Putra Mahkota Huang Jing agar tetap hidup, kehidupan keras yang dia jalani bersama sang adik ketika dalam pelarian membuatnya menjadi wanita kuat yang tidak bisa dianggap remeh.
Bagaimana kelanjutan perjuangan putri Huang Jiayu untuk membalas dendam, yuk ikuti terus kisah lika-liku kehidupan Putri Huang Jiayu.
🌹Hai.. hai.. mami hadir lagi dengan karya baru.
ini bukan cerita sejarah, ini hanya cerita HALU
SEMOGA SUKA ALURNYA..
JIKA TIDAK SUKA SILAHKAN DI SKIP.
JANGAN MENINGGALKAN KOMENTAR HUJATAN, KARENA AUTHOR HANYA MANUSIA BIASA YANG BANYAK SALAH.
HAPPY READING...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Athena_25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RAHASIA DI BAWAH JERAMI KERING.
Di malam sunyi, suara mengiris,
Prajurit muda, tombak goyah, hati teriris.
Dengan kata-kata licin bahaya dielak,
Di balik jerami, harta karun terpendam rapat.
Sebuah permintaan, sebuah sumpah di junjung,
Di tengah hutan takdir seorang putri terungkap.
Di tengah hutan, takdir seorang putri terungkap.
Dan dijalan desa, dengan debu berterbangan,
Sebuah balasan dendam, akhirnya mulai bergulir.
🍓🍓🍓🍓
Di Gerbang Desa Taiwai
Suara itu mengiris kesunyian malam yang pekat, membuat bulu kudu Lu Yan, Du Feng, dan Wong Rui meremang. Dari balik bayang-bayang, seorang prajurit muda melangkah keluar.
Wajahnya masih polos, jauh lebih muda dari yang mereka bayangkan. Tombak di tangannya dipegang dengan kaku dan agak goyah, seperti anak kecil memegang tongkat yang terlalu berat.
Matanya menyipit, menatap gerobak jerami yang terlihat terlalu penuh dan tiga orang yang pakaiannya compang camping, tetapi sorot matanya terlalu tajam untuk seorang petani.
"Kalian mau kemana malam-malam begini? Dan... apa yang kalian angkut?" tanyanya. Ia mencoba membuat suaranya berat dan garang, namun yang keluar justru nada yang patah-patah dan gemetar, seperti anak burung yang baru belajar berkicau.
Mata ketiga orang yang di tanyai itu bertemu. Du Feng, sang juru bicara, segera mengambil alih. Dengan gerakan sangat perlahan, ia mengangkat tangan dan turun dari gerobak, seolah menghadapi seekor kucing liar yang ketakutan—perlahan agar tidak membuatnya kabur atau malah menyerang.
"Ah, Tuan Prajurit! Maafkan kami yang tidak melihat keagunganmu yang bersembunyi di balik kegelapan," ucap Du Feng dengan suara merdu dan ramah, sambil membungkuk sedikit. Senyumnya begitu tulus, hampir saja membuat Wong Rui yang di belakang ikut percaya.
"Kami akan pulang ke desa Fanling, Tuan. Barang-barang ini," katanya sambil menepuk-nepuk tumpukan jerami,
" Adalah bahan pokok dan obat-obatan. Desa Taiwai adalah desa yang paling dekat dari desa Fanling, sedangkan anak-anak di desa kami banyak yang demam dan batuk-batuk karena udara dingin,"
Prajurit muda itu mengangguk-angguk, wajah polosnya menunjukkan empati. Saat mulutnya hendak terbuka, untuk melanjutkan interogasi, Du Feng sudah menyambar.
"Tuan, ada apa gerangan Anda menghentikan kami? Oh, aku tahu!" seru Du Feng dengan cahaya palsu di matanya, seolah mendapat pencerahan.
"Anda ingin menyumbangkan jerami ini untuk kami, kan? Terima kasih Tuan! Jerami ini akan menjadi alas tidur yang jauh lebih hangat daripada tanah yang beku. Jiwa mulia Anda akan diingat oleh anak-anak desa Fanling!"
Ia segera melompat turun dan bergegas mendekati tumpukan jerami di samping prajurit itu, seolah hendak mengambilnya.
"Tunggu dulu! Bukan itu maksudku, aku tadi—" protes prajurit itu, kebingungan.
"Ah, Anda mau menyumbangkan bahan pokok juga?" sela Du Feng lagi, matanya berbinar-binar seperti melihat dewa penolong. "Wah, Tuan memang terlalu dermawan!"
"Bukan! Bukan itu juga!" sang prajurit akhirnya berhasil memotong, wajahnya memerah. Ia tampak begitu frustasi hingga ujung tombaknya bergoyang-goyang tidak karuan.
"Sudahlah! Kalian segera lanjutkan perjalanan! Jerami itu... itu bukan untuk kalian! Cepat pergi! Sebelum aku berubah pikiran!" Usirnya tidak ingin memperpanjang masalah pikirnya.
Du Feng membuat wajah sedih yang sangat meyakinkan, bahunya turun seolah ditimpa kekecewaan terbesar dalam hidupnya.
"Yah, sayang sekali. Padahal tadi aku sudah membayangkan tidur dengan nyenyak di atas jerami harum pemberian Tuan."
Dia mendaki kembali ke tempat duduk kusirnya. Saat gerobak perlahan melintas, Wong Rui yang mengendarai kereta di belakang kemudian menganggukkan kepalanya dengan penuh hormat kepada prajurit muda yang masih berdiri kebingungan di samping tumpukan jerami 'miliknya'.
"Dasar bodoh!" Lu Yan di depan mencibir dengan pelan, senyumnya yang menyeringai hampir membelah wajahnya yang berisi.
🍉🍉🍉🍉
Di Hutan Desa Taiwai
Ketika mereka sampai di tempat persembunyian di hutan, ketegangan pun meledak menjadi energi. Semua orang bergegas memindahkan harta karun dari dalam jerami.
"Paman," seru Jiayu, matanya memindai setiap peti dengan cermat.
"Lebih baik hartanya ditaruh di bawah bahan obat-obatan. Tidak perlu memakai peti kayu mewah ini, itu bisa menimbulkan kecurigaan. Kita harus menyamarkannya sebagai barang biasa."
Gong Lu Yan, yang tadinya hendak memindahkan peti itu, langsung berhenti. "Kau benar, Yu Jia. Pikiranmu memang setajam pedang."
Di bawah komandonya, mereka bekerja bak semut. Peti-peti berisi emas dan perak serta koin-koin itu dikeluarkan dan dibungkus kain kasar, lalu dengan hati-hati diletakkan di dasar gerobak.
Atasnya mereka alasi dengan daun-daun kering yang beraroma tanah, sebelum akhirnya ditimbun dengan ratusan ikat herbal dan akar-akaran yang mereka beli dari pasar Taiwai. Aroma menyengat obat-obatan segera menutupi segala bau lain.
"Dan saat nanti sampai di rumah," lanjut Jiayu, berdiri di atas sebuah batu sehingga semua bisa melihatnya,
" Jangan simpan harta ini di lemari atau di bawah ranjang. Itu tempat pertama yang akan digeledah. Carilah tempat yang aman, yang tidak terpikirkan oleh mereka. Lubang di bawah tungku, ruang sempit di balik dinding, atau kubur dalam-dalam di kebun."
“Itu ide yang sangat bagus Yu Jia,” ucap Gong Lu Yan yang sedang mengusap jenggotnya sambil membayangkan setiap sudut gubuknya. “Akan kuperhatikan.”
"Paman Gong," bisik Jiayu, tiba-tiba suaranya menjadi rendah dan serius. "Bisa kita bicara sebentar?" Ia melangkah menjauh dari keriuhan, masuk lebih dalam ke hutan. Gong Lu Yan mengangguk dan mengikutinya.
Di bawah naungan pohon-pohon besar yang daunnya berdesir diterpa angin malam, Jiayu berbalik. "Ada apa? Bicaralah!" pinta Lu Yan.
"Paman," mulut Jiayu terkatup rapat sejenak, mencari kata-kata. "Aku ingin meminta tolong. Aku belum bisa mempercayai siapa pun sepenuhnya, tapi... aku tidak punya pilihan lain."
Dia menarik napas dalam-dalam, uap napasnya membentuk kabut putih di udara dingin. "Tolong jaga Jiang'er. Jaga dia selama aku pergi. Lindungi dia. Jangan sampai dia celaka, apapun yang terjadi. Terutama, jangan sampai wajahnya dikenali oleh orang luar desa Shenzhen"
Dia menatap lurus ke mata Lu Yan. "Sebagai gantinya, aku akan menuruti apapun keinginan paman. Apapun."
Gong Lu Yan mengernyit. "Siapa kau sebenarnya? Dan siapa sebenarnya adikmu? Jika kau tidak jujur, bagaimana aku bisa mempercayai sumpahmu?"
Jiayu menghela napas panjang, seolah melepas beban yang telah dipikulnya terlalu lama. "Baiklah mungkin ini saatnya aku mengungkapkan siapa diriku sebenarnya"
"Aku adalah Huang Jiayu, Putri Kekaisaran, putri sulung Kaisar Huang Jinglong dan Permaisuri Xu Sian. Dan adikku," suaranya bergetar halus,
" Adalah Putra Mahkota, Huang Jiang. Kau pasti telah mendengar kabar tentang kudeta yang dilakukan paman keduaku," ucap Jiayu dengan lugas dan sorot mata tajam.
Dia menjeda, membiarkan kebenaran yang menghantam itu diserap oleh pria di depannya.
"Maka dari itu, aku meminta tolong. Jagalah Putra Mahkota. Jangan biarkan keberadaannya diketahui!" Jiayu berbicara dengan mengamati raut Gong Lu Yan yang masih belum menunjukkan reaksinya.
Jiayu pun meneruskan ucapannya,
"Aku tahu kenapa paman ada di sini, terasingkan di desa terpencil. Itu bukan kebetulan, Itu adalah siasat seseorang sebagai bentuk pembersihan terhadap semua orang yang setia kepada ayahanda."
Wajah Gong Lu Yan berubah total. Dia kemudian mendekat kearah Jiayu,
Jiayu yang melihat hal itu reflek memundurkan badannya dan bersiap dengan kuda-kudanya....
Saat Jiayu akan menyerang tiba-tiba—
.
.
.
🌹Hai .. hai... Sayangnya mami,
Hayoo kira-kira spa yang akan dilakukan Gong Lu Yan terhadap Jiayu?
Ikuti terus kisah mereka ya...
JANGAN LUPA KASIH LIKE & KOMEN DISETIAP BAB, VOTE SERTA HADIAH JUGA YAAA
TERIMA KASIH🥰
tapi si perut buncit pemilik kuda curiga ....OMG !!