Andreios

Mereka semua berlari dengan cepat, motor-motor anggota geng Andreios sudah siap untuk berangkat mencari Zefanya. Langit dan teman-temannya langsung menuju apartemen Zefanya, berharap bisa menemukan gadis itu. Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di apartemen.

"Nomor berapa apartemen Viola?" tanya Langit kepada Erza.

"Gue rasa apartemen Viola di nomor 15B," jawab Erza.

"Gimana Lo tau?" tanya Haider menyipitkan matanya.

"Gak usah banyak tanya, ayok cepatan!" ujar Erza.

Mereka semua bergegas menuju apartemen nomor 15B. Langit menekan tombol bel, tapi tidak ada jawaban.

"Zefanya, buka pintunya!" teriak Langit.Tidak ada jawaban, tapi Langit yakin Zefanya ada di dalam.

Tiba-tiba pintu apartemen itu dibuka, dan ya gadis yang di cari Langit membuka pintu. Langit bernapas lega,Dengan cepat Langit memeluk Zefanya erat.

"Ze,.. gue gak bisa hidup tanpa Lo," ucap Langit dengan suara lembut

Kayla dan teman-teman lainnya menghampiri Zefanya dan melihat Langit yang memeluk Zefanya erat. Zefanya gadis itu tidak memberontak, sebenarnya ia senang, tetapi memasang wajah datar.

"Langit, lepasin?" tanya Zefanya dengan suara yang datar, tapi mata-nya sedikit tersenyum. Langit tidak menjawab, dia hanya memeluk Zefanya lebih erat.

"Gue gak akan pernah melepaskan Lo lagi," ucap Langit dengan suara yang penuh penyesalan. "Gue janji bakal buka hati gue buat Lo, tapi Lo jangan kabur-kabur lagi, ya?" Langit meminta dengan mata yang memohon.

Zefanya tersenyum sedikit, tapi tidak menjawab. Dia membiarkan Langit memeluknya, merasa lega bahwa Langit sudah menemukannya. Namun, senyum itu hanya berlangsung sejenak, karena Zefanya kemudian menarik diri dari pelukan Langit.

"Minggir, gue gak percaya sedikit pun sama Lo, mungkin untuk kemarin kemarin gue masih maafin Lo tapi untuk kali ini gak, gue gak bisa maafin Lo"kata Zefanya dengan nada kasar, sambil menatap Langit dengan mata yang penuh kemarahan.

"Gue minta maaf, gue mohon sama Lo," pinta Langit, sambil menundukkan kepala dan memohon maaf dengan tulus.

"Gak, mending Lo pulang, jangan datang lagi ke sini, gue muak lihat wajah Lo," ujar Zefanya dengan nada yang lebih keras, sambil menunjuk ke arah Langit untuk pergi.

Langit tersentak dengan reaksi Zefanya yang begitu keras, tapi dia tidak menyerah. Dia terus memohon maaf dan mencoba menjelaskan berharap Zefanya bisa memaafkannya.

"Zef, tolong dengar penjelasan gue," kata Langit, sambil mencoba mendekati Zefanya lagi. Tapi Zefanya tidak mau mendengarkan.

"Fa, udah Lo dengerin dulu penjelasan Langit," ujar Kayla, mencoba menengahi situasi.

"Penjelasan apa yang gue mau dengarin dari Dia? Penjelasan bilang dia mabuk dan gak sengaja lakuin itu? Gue bukan bahan pelampiasan nafsu ngit!!" Mata Zefanya memerah, menahan tangis sakit dan marah.

"Ini salah kita, kalo kita gak...

Kairo mencoba menjelaskan, tapi Zefanya memotongnya.

"Diam Lo!! Lo pikir gue apaan? Ingat ngit, kita nikah cuman karena pesan terakhir ayah gue. Awalnya gue suka sama Lo, tapi apa yang Lo balas ke gue? Bukannya suka balik, tapi Lo malah ambil yang seharusnya gak Lo ambil!!" Zefanya berteriak, sambil menatap Langit dengan mata yang penuh kemarahan dan sakit hati.

Langit terdiam, tidak bisa membantah apa yang dikatakan Zefanya. Dia tahu bahwa dia telah salah, dan dia tidak bisa meminta maaf dengan kata-kata saja. Zefanya terus menatap Langit dengan mata yang tajam.

"Pergi, gue minta Lo pergi, pergi!!" Teriak Zefanya, air matanya mulai mengalir deras menuruni pipinya. Dia tidak bisa menahan lagi emosi yang telah lama dipendam.

Langit merasa terenyuh melihat Zefanya menangis, tapi dia tahu bahwa dia tidak bisa memaksa Zefanya untuk memaafkannya. Dia membungkukkan kepala, merasa bersalah.

"Baik, gue pergi,tapi Lo jangan nangis" kata Langit dengan suara lirih, sambil berbalik untuk meninggalkan Zefanya,di ikuti oleh empat orang temanya Kairo merangkul pundak langit.

Dia tidak ingin membuat Zefanya semakin terluka, jadi dia memutuskan untuk pergi dan memberikan Zefanya ruang untuk menyendiri.

"Udah, udah, yok kita tenangin diri Lo dulu di dalam, besok ujian loh," ujar Kayla dan Viola, sambil merangkul pundak Zefanya dengan lembut.

Zefanya masih menangis, tapi dia perlahan-lahan mulai tenang dengan sentuhan hangat dari Kayla dan Viola. Mereka membimbing Zefanya ke dalam, sambil terus berbicara dengan nada yang lembut untuk menenangkannya.

"udah yah, jangan mikirin hal yang nggak penting," kata Viola, sambil mengelap air mata Zefanya dengan lembut.

"makasih, udah selalu ada buat gue"ujar zefanya memeluk kedua temannya erat

Kayla dan Viola terus menenangkan Zefanya, sambil membantunya untuk mengalihkan pikirannya dari kejadian yang baru saja terjadi. Mereka berharap Zefanya bisa tenang dan fokus untuk menghadapi ujian besok.