seorang pemuda yang di paksa masuk ke dalam dunia lain. Di paksa untuk bertahan hidup berkultivasi dengan cara yang aneh.
cerita ini akan di isi dengan kekonyolan dan hal-hal yang tidak masuk akal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yellow street elite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Suasana pagi yang masih tenang di halaman Sekte Lembah Angin seketika berubah ketika sosok kedua muncul di balik jalan setapak yang menurun dari sisi barat lembah. Langkahnya mantap, jubah panjang berwarna biru tua berkibar ringan dihembus angin lembah. Di pinggangnya tergantung sebuah kotak kayu panjang berukir naga, tanda bahwa dia bukan orang biasa.
Ia membawa dua pengawal berpakaian gelap, namun berbeda dengan para pelindung Yue, mereka tidak tampak seperti penjaga kerajaan—mereka seperti pemburu… atau pedagang senjata.
Saat Yue menoleh ke arah suara langkah itu, matanya langsung membelalak sedikit. “Long Zhen…” gumamnya pelan.
Pria itu pun tampak sedikit terkejut ketika melihat gadis berbaju putih berdiri di hadapan gerbang.
“Yue? Kau juga di sini?” ucapnya dengan nada heran namun tetap penuh formalitas.
Putri Huang Yue menegakkan bahu, nada bicaranya kini lebih resmi. “Apa urusanmu dengan sekte ini, pewaris Klan Long?”
Long Zhen tersenyum kecil, lalu mengalihkan pandangan ke arah bangunan bengkel yang samar terlihat di balik pohon dan kabut. “Aku datang untuk menjemput pesanan senjataku. Seorang pemuda dari sekte ini membuat senjata dengan bahan yang sangat langka. Katanya… senjata itu bisa ‘bernapas’.”
Lu Ban masih berdiri di antara mereka, memperhatikan dengan mata yang tenang namun tajam.
Yue menyempitkan matanya. “Jadi benar. Angin Hitam… berasal dari tempat ini.”
Long Zhen mengangguk pelan. “Kalau benar, maka dia bukan hanya seorang pembuat senjata. Tapi seseorang yang bisa mengubah posisi sekte kecil seperti ini.”
Lu Ban akhirnya berbicara. “Kau datang sebagai pembeli atau penyelidik?”
Long Zhen menundukkan kepala hormat. “Aku datang sebagai pembeli. Tapi aku juga membawa mata klanku.”
Yue menoleh ke Lu Ban. “Bolehkan aku ikut melihat senjata itu, Senior?”
Lu Ban tersenyum tipis, lalu berbalik menuju bengkel.
“Jika kalian ingin tahu siapa dia… maka lihatlah karyanya.”
Di halaman kecil di depan bengkel, suara pintu kayu bergeser pelan terdengar. Chen Mo dan Zhou Lan muncul dengan wajah serius, namun sorot mata mereka tak bisa menyembunyikan rasa puas. Zhou Lan membawa kotak kayu yang terbuat dari kayu ungu tua, sementara Chen Mo menggenggamnya dari bawah dengan hati-hati.
Mereka berjalan menuju Long Zhen yang kini berdiri tenang bersama Putri Yue dan para pengawalnya.
“Apakah kau Long Zhen dari Klan Long?” tanya Zhou Lan dengan suara sopan, namun langsung ke inti.
Long Zhen mengangguk. “Benar. Kalian yang membawa pesananku?”
Chen Mo menatap tajam. “Kami bukan hanya membawanya… kami ingin kau melihatnya sendiri.”
Dengan hati-hati, Zhou Lan membuka kotak kayu itu. Di dalamnya, terselip belati Nafas Naga—kilau hitamnya tidak seperti logam biasa. Sisi bilahnya tampak menyimpan pantulan bara, seolah ada bara naga yang tertanam di dalamnya. Bahkan sebelum disentuh, hawa panasnya samar-samar terasa.
Mata Long Zhen sedikit menyipit. Ia melangkah maju, membungkuk perlahan dan meraih belati itu dengan dua tangan, penuh kehati-hatian.
Begitu jari-jarinya menyentuh gagang tanduk naga itu, muncul seberkas api tipis dari bilahnya—flick—api keemasan yang berdansa seperti nyala hidup, lalu padam dengan sendirinya.
“Ini…” ucap Long Zhen perlahan, “bukan hanya senjata.”
Ia mencabut belati itu seutuhnya, mengangkatnya ke arah cahaya pagi. Gagangnya tampak menyatu dengan bilah, tak ada cela antara sambungan, dan pola sisik naga itu seperti tertanam alami—bukan tempa biasa.
“Apakah... ini hasil dari api spiritual?” tanya Long Zhen, kini lebih serius.
Chen Mo mengangguk. “Tidak sembarang api. Api hitam.”
Putri Yue menatap tajam ke arah belati itu. “Senjata seperti ini… tidak dibuat oleh tukang besi biasa.”
Zhou Lan tersenyum samar. “Kami tidak punya pandai besi. Hanya seorang murid yang kadang bicara sendiri di bengkel.”
Long Zhen menurunkan belati itu. Matanya menatap ke arah bengkel, lalu ke Lu Ban yang kini berdiri di kejauhan, mengawasi semuanya.
“Kalau boleh aku tahu,” ujar Long Zhen perlahan, “apa nama senjata ini?”
Zhou Lan menjawab tanpa ragu, “Belati Nafas Naga.”
Long Zhen menghela napas pendek. “Senjata sekelas ini... bisa menembus pertahanan spiritual biasa. Dan panasnya… cukup untuk membakar akar spiritual tingkat rendah.”
Chen Mo menambahkan, “Dan itu baru efek dasarnya. Kami belum tahu kalau digunakan oleh pengguna dengan roh naga… mungkin hasilnya berbeda.”
Long Zhen menatap mereka satu per satu, lalu mengangguk.
“Aku akan menepati janjiku. Sepuluh kali harga pasar… dan satu kontrak jangka panjang.”
Zhou Lan dan Chen Mo saling pandang, lalu tersenyum lebar.
Putri Yue menatap tajam ke arah mereka. Namun dalam hatinya, ia menyadari sesuatu.
Begitu Long Zhen mengajukan kontrak jangka panjang dengan imbalan sepuluh kali harga pasar, suasana sempat hening beberapa detik. Chen Mo dan Zhou Lan tampak hampir melompat kegirangan, bahkan Zhou Lan sempat menoleh ke Chen Mo dengan tatapan seperti berkata, “Ini gila!”
Namun sebelum mereka bisa menjawab, Putri Yue melangkah maju.
“Maaf, Long Zhen.” Ucapannya tenang, tapi tegas. “Klan Huang juga tertarik.”
Long Zhen menoleh, alisnya terangkat. “Tertarik? Maksudmu... pada senjatanya?”
Yue mengangguk, matanya tidak lepas dari belati di tangan Long Zhen. “Senjata seperti itu tak boleh jatuh begitu saja ke tangan satu klan. Jika pembuatnya mau, aku siap memberikan dua kali lipat dari tawaranmu.”
Chen Mo hampir tersedak napasnya. “Du... dua puluh kali harga pasar?”
Zhou Lan membuka mulutnya sedikit, lalu menutupnya kembali. Matanya melotot, seakan tak percaya pada apa yang dia dengar.
Long Zhen menyipitkan mata, nada suaranya berubah dingin. “Yue… ini bukan tempat untuk main politik antar klan. Kau ingin melelang senjata itu?”
Yue menjawab dengan senyum lembut. “Aku hanya menawarkan opsi yang lebih baik. Sekte kecil ini membutuhkan dukungan, bukan hanya uang.”
Zhou Lan menelan ludah. Ia mulai menghitung di kepalanya—berapa banyak bahan yang bisa dibeli dengan uang sebesar itu… berapa cincin ruang… berapa pil tingkat menengah…
Suasana yang sebelumnya tegang dan penuh ketegangan antar klan, mendadak retak oleh suara polos dari Chen Mo.
“Ma—maaf…” ucapnya sambil mengangkat satu tangan ragu. “Bolehkah aku bertanya satu hal?”
Semua kepala menoleh ke arahnya. Long Zhen menatap datar. Yue sedikit menaikkan alis, penasaran. Zhou Lan, yang berdiri di sebelah Chen Mo, tampak seperti ingin menampar dahinya sendiri.
Chen Mo melanjutkan dengan wajah sungguh-sungguh.
“Berapa banyak... maksudku... secara jumlah… dua puluh kali lipat itu… kira-kira berapa koin emas?”
Hening.
Zhou Lan langsung menundukkan kepala, menutup wajahnya dengan tangan. “Astaga….” desisnya pelan.
Long Zhen terdiam beberapa detik, lalu berkata dengan nada datar, “Kalau senjata seperti ini biasa dijual seharga dua ribu koin emas di pasar lelang…”
Putri Yue melanjutkan dengan anggun, “Maka dua puluh kali lipat artinya… empat puluh ribu.”
Chen Mo membuka mulut, lalu menutupnya lagi. Matanya membelalak. “E...e... empat puluh ribu?!”
Zhou Lan mencolek pinggangnya. “Bisa diam tidak… jangan bikin kita kelihatan seperti orang dusun.”
Chen Mo menunduk, pipinya memerah. “Aku hanya... bertanya.”
Sementara itu, Long Zhen dan Yue kembali saling pandang. Tapi kali ini ada sedikit senyum tipis di sudut bibir mereka—mungkin geli, atau mungkin menghargai kepolosan Chen Mo yang justru mendinginkan suasana.
Lu Ban, yang entah sejak kapan berdiri di balik tiang kayu, hanya mengangguk pelan. “Uang memang membuat manusia kehilangan arah… atau justru menemukan jalannya.”
Pintu bengkel kayu itu terbuka perlahan, suara engselnya menggesek hening pagi.
Rynz melangkah keluar dengan pakaian hitam sederhana, lengannya masih dililit perban pada sisi kiri, sementara tangan kanannya memegang sarung tangan kerja yang sedikit hangus. Wajahnya tampak tenang, tapi sorot matanya tajam—seperti seseorang yang tahu betul apa yang sedang dia hadapi.
Semua mata tertuju padanya.
Chen Mo dan Zhou Lan langsung berdiri tegak. Putri Yue menatapnya penuh ketertarikan. Long Zhen, meski ekspresinya tetap tenang, sedikit mengangguk saat mata mereka bertemu.
Rynz berhenti beberapa langkah dari mereka. Lalu ia berkata dengan suara datar, namun jelas:
“Karena menurut kedua saudara ku,” ia melirik singkat ke Chen Mo dan Zhou Lan, “bahan yang aku tempa itu berasal dari Tuan Long, maka aku hanya menjualnya... kepadanya.”
Long Zhen menautkan kedua tangan di depan dada, memberi penghormatan kecil. “Keputusan yang adil.”
Yue menyipitkan mata, tapi tetap diam. Namun Rynz belum selesai bicara.
“Tapi,” lanjutnya, “sayangnya… bahan itu belum cukup kuat. Jika aku memiliki bahan dengan kualitas yang lebih tinggi, mungkin saja aku bisa membuat pedang atau senjata… yang jauh lebih kuat.”
Ucapan itu menghantam seperti palu ke kepala para pedagang senjata.
Putri Yue tersenyum tipis. “Jadi kau ingin... bahan yang lebih langka?”
Rynz mengangguk. “Bukan hanya langka, tapi juga layak. Aku tidak akan membakar bahan bagus hanya untuk membuat senjata biasa. Aku ingin membuat sesuatu... yang hidup.”
Long Zhen melangkah maju. “Kalau begitu, bagaimana jika kami dari Klan Long menyediakan bahan langka untukmu secara berkala, dan sebagai gantinya… kau membuat senjata eksklusif untuk kami?”
Yue langsung memotong, “Klan Huang juga bisa. Kami bahkan memiliki tambang logam langit dan hutan binatang spiritual. Aku bisa mengirim bahan yang kau butuhkan.”
Keduanya kini menatap Rynz, seolah dunia hanya berputar pada keputusan anak muda di hadapan mereka itu.
Chen Mo menelan ludah. Zhou Lan pelan-pelan menepuk pundaknya. “Hei… kau sadar tidak? Itu dua klan besar. Mereka memohon… kepada Rynz.”
Rynz sendiri hanya menyipitkan mata, lalu menunduk sedikit. “Aku tidak tertarik menjadi alat siapa pun. Tapi... jika bahan yang kalian kirim sesuai, dan waktu ku memungkinkan, aku akan pertimbangkan pesanan kalian.”
Yue mengangguk, masih dengan senyum anggunnya. “Itu sudah lebih dari cukup.”
Long Zhen pun tersenyum samar. “Satu langkah kecil untuk pembuat senjata… satu perubahan besar untuk peta kekuatan.”
Dan pagi itu, tanpa teriakan atau denting senjata, sebuah perang senyap dimulai—perang untuk merebut tangan seorang pandai besi.