NovelToon NovelToon
Satu Cinta, Dua Jalan

Satu Cinta, Dua Jalan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Cinta Terlarang / Cinta Paksa / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:870
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Ketika mobil Karan mogok di tengah jalan, pertemuannya dengan Puri menjadi awal dari kisah yang tak terduga.
Mereka berasal dari latar belakang keyakinan yang berbeda, namun benih cinta tumbuh seiring waktu. Di awal, perbedaan agama hanya dianggap warna dalam perjalanan mereka—mereka saling belajar, berbagi makna ibadah, dan menghargai kepercayaan masing-masing.
Namun, cinta tak selalu cukup. Ketika hubungan mereka semakin dalam, mereka mulai dihadapkan pada kenyataan yang jauh lebih rumit: restu keluarga yang tak kunjung datang, tekanan sosial, dan bayangan masa depan yang dipenuhi pertanyaan—terutama soal anak-anak dan prinsip hidup.
Di sisi lain, Yudha, sahabat lama Puri, diam-diam menyimpan perasaan. Ia adalah pelindung setia yang selalu hadir di saat Puri terpuruk, terutama saat sang ibu menentang hubungannya dengan Karan
Diam-diam, Yudha berharap bisa menjadi tempat pulang Puri.
Kini, Puri berdiri di persimpangan: antara cinta yang Karan Atau Yudha

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

Hari sudah pagi Puri duduk di samping ranjang ibunya, menatap wajah Mama yang masih terbaring lemah.

Setiap kali matanya menatap ibunya, pikirannya kembali teringat pada Karan yang belum juga menghubunginya sejak keberangkatannya ke Yogyakarta.

Puri menatap layar ponselnya dengan harapan, berharap ada pesan atau telepon dari Karan.

Namun yang ada hanyalah keheningan. Ia merasa semakin cemas.

Tiba-tiba pintu kamar rumah sakit terbuka, dan Yudha masuk.

"Puri," Yudha berkata sambil melangkah mendekat.

"Ayo kita keluar sebentar. Ada yang harus kita bicarakan."

Puri menoleh dan mengangguk pelan.

"Ada apa, Yud?"

Yudha tersenyum tipis, meski ada sedikit kekhawatiran di matanya.

"Apa kamu sudah putus dengan Karan?"

Puri langsung terkejut, "Apa maksud kamu? Kami nggak putus, Yudha. Hubungannya baik-baik saja."

Ia menggenggam erat ponselnya, menunggu kabar dari Karan.

Yudha menghela napas dan kemudian dengan cepat meraih ponsel Puri.

"Puri, lihat ini."

Puri mengerutkan kening saat Yudha membukam aplikasi pesan dan menampilkan sebuah gambar di layar ponselnya.

Itu adalah gambar Karan dan Amora, sedang berada dalam sebuah ruangan rumah sakit, mengenakan pakaian pernikahan.

Di samping mereka, tampak Bu Rini dengan wajah bahagia, seperti merayakan pernikahan itu.

Puri membeku, pandangannya kabur, dan jantungnya berdetak sangat keras.

"Ini... ini tidak mungkin..."

Yudha menatap Puri dengan ekspresi penuh belas kasihan.

"Karan sudah menikah dengan Amora semalam di rumah sakit, Puri. Itu terjadi tanpa sepengetahuanmu."

Puri merasa dunia seakan runtuh. Gambar itu menghancurkan harapannya dalam sekejap.

Air mata mulai mengalir tanpa bisa dihentikan. Ia merasakan dada sesak, seperti ada sesuatu yang sangat berat menekan hatinya.

"Tapi... kenapa... kenapa dia nggak bilang apa-apa?" Puri terisak, suaranya serak.

Yudha menepuk pelan bahu Puri, berusaha menenangkan, meski ia tahu, tak ada yang bisa menenangkan perasaan Puri saat itu.

Puri duduk terdiam, matanya menatap layar ponselnya yang masih menampilkan gambar pernikahan Karan dengan Amora.

Hatinya terasa hancur. Semua impian dan harapan yang ia bangun bersama Karan seakan runtuh begitu saja. Air mata tak bisa lagi ditahan, mengalir deras di pipinya.

Yudha duduk di sampingnya, mencoba menenangkan dengan suara lembut.

"Puri, aku tahu ini berat. Tapi kamu harus kuat. Karan tidak pantas untukmu jika dia bisa melakukan ini tanpa memberitahumu terlebih dahulu."

Puri hanya bisa mengangguk pelan, air matanya semakin deras.

"Kenapa, Yudha? Kenapa dia melakukannya? Kenapa dia nggak bilang apa-apa padaku?"

Yudha memandangnya dengan prihatin, "Mungkin dia merasa tertekan, Pur. Tapi itu bukan alasan untuk meninggalkanmu begitu saja. Kamu berhak tahu yang sebenarnya."

Namun, di saat itulah pintu kamar rumah sakit terbuka, dan Mama yang sebelumnya terbaring lemah di ranjang, mendengar percakapan mereka.

Wajah Mama berubah pucat, dan mata yang semula kosong kini tampak penuh kekhawatiran.

"Mama...!" Puri terkejut melihat ibunya sudah bangkit dan mendekat dengan langkah goyah.

"Mama... Mama!" Puri panik, berusaha menggapai tangan Mama yang terkulai.

Suara Mama terdengar terengah-engah, dan tubuhnya mulai kehilangan keseimbangan.

Sebelum Puri bisa meraih ibunya, Mama terjatuh ke lantai dengan keras, pingsan seketika.

"MA!" teriak Puri dengan ketakutan, berlari ke sisi ibunya.

Yudha langsung berlari keluar untuk memanggil perawat.

Dalam hitungan detik, beberapa perawat datang dan membawa Mama ke ruang perawatan.

Puri hanya bisa berdiri terdiam, tubuhnya lemas. Suasana di sekitar menjadi kacau, dan hatinya semakin terhimpit.

Tidak lama setelah itu, dokter keluar dengan wajah serius.

Puri yang sudah berdiri dengan cemas segera mendekati dokter.

"Dokter, bagaimana keadaan Mama saya? Dia baik-baik saja, kan?"

Dokter menghela napas berat, matanya terlihat penuh belas kasihan.

"Saya minta maaf, Nona. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi... kondisi jantungnya yang lemah dan tekanan emosional yang begitu berat... Mama anda telah meninggal dunia."

Seperti disambar petir, tubuh Puri terasa runtuh. Air matanya kembali mengalir deras, namun kali ini lebih dari sekadar kesedihan hati. Itu adalah kehancuran yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata.

"Mama..." Puri terisak, tubuhnya hampir terjatuh saat ia berusaha berpegangan pada Yudha.

Yudha merangkulnya erat, mencoba menahan Puri yang terhuyung.

"Puri... kamu harus kuat. Kamu nggak sendiri."

Namun, di dalam hatinya, Puri merasa seolah seluruh dunia telah runtuh. Ia kehilangan Cinta, kehilangan Mama, dan semuanya hancur begitu cepat.

***

Pemakaman Mama dilakukan dalam suasana yang sunyi dan penuh keheningan.

Keluarga dan beberapa kerabat hadir, namun suasana terasa jauh berbeda dari biasanya.

Puri berdiri di samping liang kubur, matanya kosong, wajahnya pucat, dan tubuhnya terasa lelah, baik fisik maupun emosional.

Mama yang dulu begitu penuh kasih dan perhatian kini telah tiada, meninggalkan dunia dengan sejuta pertanyaan yang belum terjawab.

Puri menggenggam tangan Yudha yang ada di sampingnya, namun hatinya tetap terasa kosong.

Setiap detik di kuburan itu terasa seperti siksaan. Begitu banyak kenangan yang datang silih berganti kenangan manis bersama Mama, kenangan bersama Karan yang dulu penuh harapan. Semua itu hancur dalam sekejap.

"Mama... kenapa semua harus terjadi seperti ini?" Puri berbisik pelan, suaranya serak.

Setelah prosesi pemakaman selesai, Puri tidak bisa lagi menahan air matanya.

Ia berjalan kembali ke rumah, namun langkahnya terasa berat. Ketika tiba di rumah, segala hal di sekitarnya terasa seperti bayangan kosong, dingin, dan sunyi.

Puri terpuruk dalam kesedihan yang mendalam. Setiap langkahnya terasa berat.

Kehilangan Mama adalah pukulan yang sangat besar baginya, dan ketidakpastian tentang masa depannya dengan Karan hanya menambah kepedihan yang ia rasakan.

Ia berusaha menenangkan diri, tetapi bayangan pernikahan Karan dengan Amora dan wajah Mamanya yang terjatuh di rumah sakit terus menghantuinya.

Yudha menjadi satu-satunya orang yang ada di sisinya, memberikan dukungan dalam diam, meski Puri tahu ia juga merasakan kepedihan atas apa yang terjadi.

"Yudha , aku nggak tahu harus bagaimana lagi. Aku merasa kosong, seperti nggak ada lagi tujuan dalam hidup ini," kata Puri pada Yudha, suaranya hampir tak terdengar, penuh penyesalan dan kebingungan.

Yudha menatapnya dengan penuh kasih. "Puri, kamu harus kuat. Mama sudah pergi, tapi kamu masih punya kehidupan yang harus dijalani. Jangan biarkan dirimu hancur begitu saja. Kamu masih punya banyak hal yang bisa kamu lakukan, meski itu berat."

Puri mengangguk pelan. "Tapi aku... aku nggak tahu apakah aku bisa melanjutkan semuanya tanpa Mama."

Di Yogyakarta, Karan merasakan kekosongan yang sama.

Pernikahannya dengan Amora, yang ia lakukan demi menjaga hubungan dengan ibunya, ternyata malah semakin menghancurkan dirinya.

Karan tahu apa yang dia lakukan bukanlah untuk dirinya sendiri, melainkan karena rasa takut terhadap ibunya. Dan kini, meski dia sudah menikah, perasaan bersalah dan kehilangan tetap membelenggunya.

Di malam yang sunyi, Karan duduk termenung di ruang tamu rumahnya.

Pikirannya terus kembali kepada Puri wanita yang ia cintai dan hancurkan hatinya.

"Apa aku sudah benar?" ia bertanya pada dirinya sendiri, meski ia tahu jawabannya tak pernah sederhana.

1
kalea rizuky
hamil deh
kalea rizuky
bagus awalnya tp karena MC nya berhijab tp berzina maaf Q skip karena gk bermoral kecuali dia di perkosa
kalea rizuky
tuh dnger emak nya karan g stuju ma loe
kalea rizuky
berjilbab tp berzina pur pur didikan ibumu jos
kalea rizuky
pasti ortu karan gk setuju pur. pur bodoh qm blom nikah uda ilang perawan
kalea rizuky
puri kenal karan jd murahan
kalea rizuky
harusnya di pesenin lah taksi online Yuda gk tanggung jawab bgt
kalea rizuky
masih menyimak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!