NovelToon NovelToon
DARAH SOKA

DARAH SOKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Penyelamat
Popularitas:531
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Shinkai. Sosok lelaki berusia 25 tahun. Ia tinggal di sebuah rumah sewa yang terletak tepat di sebelah toko bunga tempat ia berada saat ini. Toko bunga itu sendiri merupakan milik dari seorang wanita single parent yang biasa dipanggil bu Dyn dan memiliki seorang anak laki-laki berusia 12 tahun. Adapun keponakannya, tinggal bersamanya yang seringkali diganggu oleh Shinkai itu bernama Aimee. Ia setahun lebih tua dibanding Shinkai. Karena bertetangga dan sering membantu bu Dyn. Shinkai sangat dekat dengan keluarga itu. Bahkan sudah seperti keluarga sendiri.

Novel ini memiliki genre action komedi yang memadukan adegan lucu yang bikin tertawa lepas, serta adegan seru yang menegangkan dari aksi para tokoh. Adapun part tertentu yang membuat air mata mengalir deras. Novel ini akan mengaduk perasaan pembaca karena ceritanya yang menarik.

Yuk, baca kisah lengkap Shinkai dengan aksi kerennya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 28

“Pak Wen Arushi. Usia 55 tahun. Pemilik salah satu penambangan berlian terbesar di desa ini. Telah menandatangani surat dengan investor luar negeri untuk menjadikan desa ini rata dengan tanah. Karena di dalamnya, ada sumber daya berlian langka dengan harga fantastis. Orang-orang bilang bahwa berlian jenis itu sangat dicari-cari para kolektor mancanegara. Bukankah begitu, tuan penjahat?” ketus Luisa sambil menjelaskannya kepada teman-temannya.

Wajah pria itu babak belur. Sampai beberapa giginya copot.

“Dia bagian dari atasan sang peneror bunga Soka,” tambah Taza.

Shinkai berdiri setelah belasan menit berbaring. Bayangan buruk menggeluti. Ia menyimpan firasat kebencian bagi pria itu.

“Apa lagi yang ia lakukan?” tanya Shinkai.

“Ia mulai menunjukkan ancaman perlahan. Ada banyak tujuan dari teror itu. Ada karena dendam pribadi denganmu, Shin. Ada juga karena harta dan kekuasaan sang penguasa,” jelas Luisa.

“Lalu, apa lagi?” Langkah Shinkai semakin mendekat ke arah pemilik pertambangan.

Luisa menarik napas panjang, “Sudah kuduga aku tidak bisa menyembunyikan apapun darimu. Dia merencakan pembunuh kakek Haru karena ia paling tua dan paling dekat denganmu.”

Secepat kilat, Shinkai menarik lengan Taza dan menarik pedang yang ada di belakang tubuhnya. Tanpa basa-basi, tanpa keraguan sedikit pun. Shinkai menebas pemilik tambang itu tanpa ampun. Seketika, pria itu bersimbah darah dan tidak bergerak lagi.

Aimee menjerit keras hingga mual. May membantu untuk menenangkan dan memeluk Aimee. Seluruh tubuh gadis itu gemetar.

Tepuk tangan meriah dari Hoshi. Ia mendekat sambil menggelengkan kepala dengan senyuman lebar, “Dengan begini, kau telah resmi menjadi seorang buronan.”

“Aku memang sudah lama menantikan itu,” jawab Shinkai.

Selain membawa pelaku. Luisa, Egan dan Taza juga membawa hasil tangkapan ikan di sungai. May menambah kayu bakar untuk mempertahankan kobaran api. Hoshi berada di atas pohon untuk menyendiri dan berpikir. Aimee masih dihantui ketakutan dan trauma. Shinkai yang masih terluka membantu menenangkan. Setidaknya, ia punya hal yang bisa dikerjakan.

“Aimee, maaf.”

Gadis itu tidak menjawab. Hanya fokus pada sekujur tubuhnya yang bergetar dan menggigil.

“Aimee, kau tahu. Aku sangat senang bisa mengenal Tevy. Dia adalah orang terbaik yang pernah aku kenal seumur hidupku. Aku menemukan sosok ayah padanya. Sekalipun ia tak pernah memelukku layaknya seorang ayah kandung. Ya, karena ayah kandungku memang tidak pernah memelukku. Dia yang melatihku hingga aku menjadi lebih kuat dan mampu bertarung dengan orang-orang yang jauh lebih tua dan berpengalaman dariku. Usia 13 tahun, pertama kalinya aku terlibat pertarungan berbahaya. Aku hampir mati saat itu. Untungnya, Tevy yang menyelamatkanku. Selama bersamanya, sudah puluhan kali aku terlibat pertarungan. Ya, walaupun tidak separah Tragedi Darah Soka. Tapi itu cukup membuatku terluka dan berkembang lagi. Dia juga yang memperkenalkanku pada Taza di si bodoh Hoshi,” tutur Shinkai.

Aimee dalam posisi membelakangi.

“Walaupun hari-hariku kala itu penuh dengan pertarungan dan pelatihan bertahan hidup yang tak mudah, namun sesekali kami juga menikmati malam yang tenang seperti ini. Menghangatkan badan di dekat kobaran api unggun. Sambil melihat keindahan langi berbintang. Pada saat itulah, Tevy akan menceritakan tentang keluarganya. Termasuk tentangmu. Si gadis cerewet yang sudah seperti anak kandungnya. Jauh sebelum Neptune lahir dan sebelum kau tinggal bersama pasutri itu. Bu Dyn akan berdebat dengan Tevy. Satu ingin anak laki-laki, satu lagi ingin anak perempuan. Maka mereka beradu doa terbanyak tentang kemauan masing-masing. Ternyata, yang lahir adalah anak laki-laki. Bu Dyn berbangga diri karena menganggap doanya yang terkuat. Namun, seiring berjalannya tahun, takdir membawamu untuk tinggal bersama pasutri itu dan menjadi kakak sulung bagi Neptune. Dengan begitu, Tevy dapat berbangga diri di depan bu Dyn karena cara doanya terkabul lebih ajaib. Kau sama sekali tidak dibedakan olehnya. Sekalipun kau tidak terlahir dari rahim yang sama dengan Neptune,” lanjut Shinkai dengan suara serak.

Embusan napas lembut Aimee terdengar ketika Shinkai menjeda kata-katanya.

“Tapi, aku tidak akan pernah melihatnya lagi sampai kapanpun,” jawab Aimee yang akhirnya bersuara.

“Karena semua orang mempunyai batas. Tak ada yang abadi. Setiap orang datang dan pergi silih berganti.”

“Artinya, Tevy pergi agar kau datang untuk menggantikannya?”

Shinkai terdiam. Embusan angin malam bercampur aroma asap merasuki hidungnya.

“Entahlah. Mungkin kemarin iya. Sekarang, aku adalah buronan yang akan dicari sampai celah-celah kecil dunia.”

“Tapi aku juga sudah telanjur di sini bersama kalian.”

“Bukan masalah. Kau adalah korban di sini. Saat keadaan membaik dalam beberapa hari, atau beberapa minggu bahkan bulan ke depan. kau akan kembali kehidupan normalmu. Hiduplah yang panjang dan bahagia.”

“Lalu, kau akan ke mana?” Aimee bertanya.

“Sudah jelas, bukan? Berkelana.” Shinkai menjawab.

“Kalau begitu, aku akan menunggumu kembali.”

“Mungkin kau sudah pikun saat itu.”

“Setidaknya masih ada benih-benih ingatan yang tersisa. Aku akan terus menyimpannya mulai dari sekarang.”

“Terserah saja. Tapi mungkin aku tidak akan mengenalmu setelah berubah menjadi nenek peyot.”

“Hah? Kau juga sudah menjadi kakek-kakek bungkuk pada saat itu!”

“Tapi kau lebih tua, nenek peyot!”

“Selisih satu tahun tidak akan berarti apa-apa, kakek bungkuk!”

“Tetap saja tulangmu yang akan pertama kali keropos.”

“Kau yang lebih dulu ompong!”

Taza muncul dan menengahi dua orang yang kesehariannya memang saling melempar ejekan itu.

“Aku sudah hampir menangis dengan keindahan ceritamu, Shin. Tega sekali kau menghancurkan ekspektasiku. Juga kelembutan hatiku,” keluh Taza.

“Siapa yang menyuruhmu menguping, sialan!” tegas Shinkai pada Taza.

Di belakangnya, muncul May dengan mata sembab, “Tuan Shinkai, di mana sosok bernama tevy itu sekarang?”

“Cari saja ke ujung dunia.” Shinkai menjawab.

“Hei, aku juga mau punya ayah seperti itu,” timpal Luisa yang muncul dari arah yang sama dengan Taza dan May.

“Mungkin aku anak Tevy yang hilang dulu.” Egan ikut-ikutan.

“Jadi, sejak awal kalian menguping di balik pohon ini, hah?” geram Shinkai.

Sesaat, saat Shinkai memasang aba-aba untuk mengamuk, semua langsung kembali ke tempat masing-masing. Hoshi masih memantau dari atas sana. Tanpa didengar pun, ia tentu sudah tahu kisah Tevy. Taza juga tentu sudah mengetahui kisah itu, namun ia hanya ingin mendengarnya lagi.

“Hei, ikan-ikannya gosong semua,” keluh May.

“Rasakan itu, akibat dari menguping pembicaraan orang,” jawab Shinkai.

“Tapi, ikanmu juga gosong, tuan Shinkai,” tambah May. “Bahkan tak ada lagi ikan yang selamat.

Semuanya sudah dibakar dan semuanya sudah gosong.”

Suara perut Egan terdengar, “Aku benci lapar.”

“Shinkai, semua ini karena kisah panjang darimu sehingga ikan-ikan kita gosong. Sekarang pergilah untuk menangkap ikan di sungai,” pinta Luisa.

“Panah? Anak panahmu? Mana senjatamu itu, biar aku tusuk hidungmu!” seru Shinkai.

“Tenanglah, di sekitar sini masih ada sayuran yang bisa dimakan,” ucap May.

“Aku benci benda hijau,” timpal Egan, ia ternyata agak rewel untuk urusan makanan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!