NovelToon NovelToon
Pengobat Luka Hati Sang Letnan

Pengobat Luka Hati Sang Letnan

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Tentara / Menikahi tentara
Popularitas:161.1k
Nilai: 5
Nama Author: Deyulia

Sekuel dari "Anak Tersembunyi Sang Kapten"
Ikuti saya di WA 089520229628
FB Nasir Tupar


Setelah beberapa kali mendapat tugas di luar negara, Sakala akhirnya kembali pulang ke pangkuan ibu pertiwi.

Kemudian Sakala menjalin kasih dengan seorang perempuan yang berprofesi sebagai Bidan.

Hubungan keduanya telah direstui. Namun, saat acara pernikahan itu akan digelar, pihak perempuan tidak datang. Sakala kecewa, kenapa sang kekasih tidak datang, sementara ijab kabul yang seharusnya digelar, sudah lewat beberapa jam. Penghulu terpaksa harus segera pamit, karena akan menikahkan di tempat lain.

Apa sebenarnya yang menyebabkan kekasih Sakala tidak datang saat ijab kabul akan digelar? Dan kenapa kekasih Sakala sama sekali tidak memberi kabar? Apa sebenarnya yang terjadi?

Setelah kecewa, apakah Sakala akan kembali pada sang kekasih, atau menemukan tambatan hati lain?


Nantikan kisahnya di "Pengobat Luka Hati Sang Letnan".

Jangan lupa like, komen dan Vote juga

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27 Bunga Yang Unik

     Langkah Lavanya terhenti, sesaat setelah namanya disebut Sakala. Jantung Lavanya seakan tidak karuan berdetak, gerakannya seakan lebih cepat dari biasanya, aliran darahnya juga tiba-tiba seakan naik ke ubun-ubun. Rasanya ingin pingsan saja. Tahu begini, lebih baik tadi dia memilih datang pas-pasan atau telat saja sekalian.

     Perlahan Lavanya menoleh, dengan muka dibuat terkejut dan pura-pura kebelet akan ke kamar mandi, Pengajar les itu mulai berakting.

     "Aa. Sudah sampai rupanya. Maaf, saya mau ke toilet dulu, kebelet," alasannya gelagapan seraya melanjutkan langkah yang tadi tertahan.

     Sakala mengangguk, lalu mengambil tempat duduk di meja yang tadi ditempati Lavanya.

     "Manis juga guru les itu. Dia lebih dulu datang ke kafe ini, sepertinya hanya untuk mengamati dulu." Sakala menyimpulkan. Buket bunga yang entah untuk siapa itu, ikut dia letakan di atas meja.

     Kini giliran Lavanya yang justru berdiam diri di depan cermin toilet, kenapa mesti ada perasaan gugup, padahal Sakala hanya mengajaknya minum di kafe ini sesuai ajakannya kemarin.

     "Aduh, kenapa jadi terbawa perasaan seperti ini? Santai Lava, Aa nya si kembar hanya mengajak minum bukan ngajak kencan. Tapi, kenapa bawa bunga segala? Sok sok romantis begitu," pikirnya sudah melanglang buana ke mana-mana. Padahal belum tentu buket bunga itu untuk dirinya atau siapa.

     Kurang lebih sepuluh menit, Lavanya baru keluar dari toilet. Dia sudah memikirkan alasan yang tepat kenapa dia lama di toilet.

     Lavanya melangkah memaksa kakinya keluar dari toilet, lalu berjalan menuju meja yang sudah ditempati Sakala. Sakala terlihat masih menggunakan kaca matanya, pasti dia bisa leluasa menatap dirinya yang mendadak kikuk dan tidak karuan.

     "Ya Tuhan, hilangkan rasa gugup dan kikuk ini, lagian kenapa mesti gugup, bukan ketemu pacar ini," gerutunya dalam hati.

     "Aduh, maaf, A. Tadi saya ...."

     "Kebelet, pasti itu jawabannya, kan?" potong Sakala seraya membuka kaca mata hitamnya.

     "Eh, iya. Kok, bisa tepat, ya tebakannya?" balas Lavanya cengengesan.

     "Tadi sudah kamu bilang kebelet, kan? Paling ditambahi merapikan hijab, bedakan sama pakai lipstik," tukas Sakala yakin.

     "Tidak, semua itu tidak benar. Saya hanya kebelet saja," sergah Lavanya, karena ia memang tidak bedakan atau pakai lipstik seperti yang Sakala bilang.

     "Ok. Sekarang, lebih baik kita pesan minum. Kamu mau pesan apa?" Sakala mengalihkan tatap ke arah Lavanya yang kebetulan sedang menatapnya.

     Keduanya untuk beberapa saat bersitatap, bersamaan dengan itu jantung Lavanya kembali berdegup tidak beraturan, seakan mau copot dari tempatnya.

     Lavanya segera mengalihkan tatap ke arah lain, dia benar-benar malu.

     "Coklat panas."

     "Sama apa?"

     Lavanya menggeleng, sebab dia tidak akan makan apa-apa. "Aku ada rekomen roti kering ini atau bagelen, ini sepertinya enak kalau dicelup ke dalam coklat panas atau kopi panas," ujarnya tanpa persetujuan Lavanya.

     Lavanya tidak menyahut, dia bingung mau menyahut apa.

     "Makasih, ya, A, sudah mau traktir saya di sini."

    "Bukan traktiran melainkan membayar hutang minuman yang kemarin," sela Sakala.

     "Tapi saya tidak menghutangkan, bahkan saya menghalalkan sejak saya membayar sampai keluar dari kafe ini," balas Lavanya tidak terima kalau dia dianggap menghutangkan minuman yang dibayarnya kemarin.

     "Iya, berarti sekarang impas."

     Lavanya tidak menjawab lagi, terserah apa mau dikatakan lawan bicaranya ini.

     Tiba-tiba seorang pelayan kafe datang membawa pesanan mereka. "Silahkan hot chocolat dan cappucino late caramelo nya, selamat menikmati," ujar pelayan itu sembari meletakkan satu per satu pesanan Sakala dan Lavanya.

     "Terimakasih," ucap mereka koor. Lavanya sontak melirik Sakala sekilas, ia tersenyum, karena merasa kompak.

     "Silahkan dinikmati," ucapnya mempersilahkan.

     "Terimakasih, A." Dengan malu-malu Lavanya meraih coklat panasnya, lalu mulai diletakkan di dekat bibir. Namun coklat panas itu masih terlalu panas untuk diseruputnya, sehingga ia kembalikan lagi di meja.

     "Kenapa, masih panas, ya?" Sakala menebak seraya menatap wajah Lavanya yang mulai memerah.

     Lavanya tidak karuan, kenapa kali ini Sakala begitu sering menatapnya membuat dia dilanda malu, biasanya Lavanya santai dan cuek, tapi kali ini benar-benar grogi.

     "Hemmm." Sakala berdehem. "Dia malu. Tumben?" batin Sakala senang.

     "Ini hari apa, ya?" tanya Sakala tiba-tiba.

     "Hari Sabtu." Lavanya menjawab dengan cepat.

     "Aku tahu. Tapi, kenapa tadi adik-adikku membawa buket dan memberikan selamat untuk kamu?"

     "Oh itu. Mereka hanya memberi ucapan selamat untuk saya, padahal saya tidak pernah minta apa-apa sama mereka," balas Lavanya.

     "Selamat hari ulang tahun, yang ke?"

     "21 tahun." Lavanya membalas dengan cepat.

     "Ini, buat kamu. Sebagai ucapan selamat ulang tahun dan sebagai ucapan terimakasih aku karena sudah menjadi Guru les kesayangan adik-adikku," ucap Sakala seraya memberikan buket bunga yang ternyata dalamnya bunga dahlia beserta ucapan ulang tahun dari Sakala.

     Sejenak Lavanya menerbitkan senyum. Ia merasa tumben karena mendapati buket bunga isinya bunga dahlia yang jarang dipakai kebanyakan orang. Paling banter bunga hebras, tapi kali ini unik beda dari yang lain.

     "Kenapa, kamu tidak menyukainya?"

     "Oh, eu, bukan. Saya sangat menyukainya, sebab buket bunga dahlia ini jarang dipakai kebanyakan orang. Ini buket yang unik yang pernah saya temui, dan saya memang paling suka dengan bunga dahlia setelah bunga Wijaya Kusuma," tuturnya.

     "Tepat sekali, sesuai orangnya, unik," celoteh Sakala. Lavanya terdiam, dia berpikir apakah ucapan Sakala barusan termasuk ejekan atau pujian.

     "Unik, kenapa?" herannya pada akhirnya memilih bertanya karena penasaran.

     "Unik, karena kamu tidak biasanya menyukai bunga yang jarang disukai kebanyakan perempuan. Biasanya mereka menyukai bunga mawar atau melati karena harumnya, tapi kamu malah menyukai bunga Wijaya Kusuma yang mekarnya hanya di malam hari," jelas Sakala.

     "Saya suka, karena wanginya semerbak. Tiap malam, saya suka menunggu bunga itu mekar, karena di depan rumah kebetulan almarhumah ibu menanam bunga Wijaya Kusuma," tutur Lavanya mendadak sedih karena tiba-tiba teringat almarhumah ibunya yang sudah meninggal dua tahun lalu.

     "Ohhh, kamu sudah tidak memiliki ibu?" tanya Sakala datar, seakan merasa bersalah karena membuat Lavanya terlihat sedih.

     "Iya."

     "Sudah berapa lama? Maaf, aku tidak bermaksud mengingatnya."

     "Ibu sudah meninggalkan kami dua tahun lalu," jawan Lavanya semakin terlihat sedih.

     "Aduhhh, kenapa jadi melow begini. Ya, sudah, aku minta maaf. Kamu jangan sedih lagi. Pantasnya kamu mendoakan ibu kamu biar dia tenang. Tapi, ngomong-ngomong, menurut kamu lebih sedih mana ditinggal ibu atau kekasih." Alih-alih minta maaf, Sakala justru bertanya tentang hal lain.

     "Lebih sedih ditinggalkan ibu, kalau kekasih, kita bisa cari penggantinya," jawab Lavanya sebelum dering Hp nya bersuara.

     "Dringgg."

     "Assalamualaikum. Iya, Yah. Sebentar lagi Lava pulang."

     "Yang barusan ayah kamu?" tanya Sakala, dalam hati merasa salut sebab sudah dua kali ayah Lavanya menghubunginya, sepertinya merasa khawatir.

     "Iya. Sepertinya, saya tidak bisa lama. Saya harus segera pulang sebelum waktu Maghrib tiba." Lavanya buru-buru meneguk coklat yang mulai dingin sekali teguk.

     "Ck." Sakala berdecak, dia seakan tidak puas, karena merasa baru sebentar duduk sudah mau pulang lagi.

     "Baiklah. Ayo," Sakala setuju, ia segera bangkit dan keluar dari meja, diikuti Lavanya.

     Baru saja satu langkah, ada sebuah suara yang menegur Sakala.

     "Sakala."

Happy Reading n selamat libur panjang.

1
Julia Juliawati
smpe searching di mbh car bunga dahlia ky mana🤣🤣
Lina Zascia Amandia: Wkwkkw.... udah ketemu Kak... bagus ya indah? Saya suka bunga Dahlia.
total 1 replies
Esther Lestari
Gk nyangka ya Lavanya kalau mau dikasih buket bunga sama Aa Saka, sampai deg2an gitu.
Siapa itu panggil2 Sakala.
Rubiyanti
sapa maneh kui
Arin
Semoga yang panggil Sakala..... itu teman dari Sakala. Bukan si biang kisruh "Siera". Gak rela aku kalau Sakala ketemu dia lagi.
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
abaikan yang panggil. antar lavanya pulang, sakala.
Aghitsna Agis
nah siapa lg yg manggil sakala
dyah EkaPratiwi
Pepet terus pak tara
🏠⃟🌻͜͡ 🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Wah siapa yang manggil Saka barusan ya🤔🤔
🏠⃟🌻͜͡ 🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Wah Saka jadi orang spesial ini yang ngasih bunga ke Lava, apalagi bunga itu kesukaan Lava sendiri 😁😁
Tiara Bella
siapa ya yg manggil sakala.....
Ninik Prasetyawati
semoga Sakala bisa jadian sama Lavanya
Yulia Dhanty
sapa kh itu? jgn lgi sepupunya saka bisa2 lavanya pikir itu pcr saka jdi salah paham ntiny...
Rina
Siapa sih itu yang manggil ganggu aja deh 🫢🫢🫢
ngatun Lestari
ayo... kejar Lavanya kalo kamu suka, biar segera lupa kamu pernah disakiti wanita ya sakala
Jana
sukkaaaaaa alurnya ga belibet deh.. selalu tungguin, pantengin lanjutan ceritanya.. ikut deg2an 😁
Lina Zascia Amandia: Makasih Kak.... lanjut ya.
total 1 replies
Rabiatul Addawiyah
cie...Lava pura2 malu.. pd hal senemg dpt buket bunga 😁
Herman Lim
ahhhh saka jgn kasih kendor donk
Atip Suryana
dihhh Bu lavaaa jangan kaburr donk🤣🤣
M⏤͟͟͞R
kenapa harus kabor sih? kalau kencan kenapa rupanya?
Intan Nurwulan
Up ka othor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!