Anila mencoba meraba disekitarnya hingga dia merasakan ada dinding di sebelah kirinya. Dia berjalan melangkah ke depan.
Tapi dia tersandung oleh sesuatu membuat dia jatuh ke tanah.”Ini dimana sih kenapa semua gelap. Seharusnya ini masih siang. Kenapa gelap sekali,”ucap Anila dengan wajah binggung. Tapi dimana saat itu Anila berada akan dia bisa keluar dari kegelapan itu dan kembali ke tempat asalnya. Anila akan bisa menemukan teka-teki yang dia dapatkan?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Baki melihat ke arah Hanan.”Ada apa kenapa kamu melihat aku seperti itu?,”ucap Hanan yang merasa malu sendiri.
“Apa benar kamu tidak sadar kenapa kita memilih jalan ini?,”ucap Baki yang memberikan gluk dari pertanyaan Hanan. Hanan terdiam dan berpikir tapi dia sama sekali tidak menemukan apa-apa sehingga dia melihat balik Baki.
Baki hanya bisa menghela nafas sambil perasaan tidak bisa berkata. Bani mendekat dan berbisik,”Itu untuk menyembunyikan Anila dari Belisama, Hanan. Kalau dia tertangkap bukan ini akan menjadi masalah bukan.”
Hanan yang sadar dengan kebegoannya hanya bisa tersenyum dengan perasaan tidak bersalah. Harits melihat hanya bisa menggelengkan kepala saja.”Tapi bukan dia nanti juga dalam masalah kalau bertemu musuh yang lain. Kalian juga tahu tempat ini berbeda dengan diluar loh,”kata Hanan.
Harits sempat terdiam dengan perkataan Hanan.”Kamu benar juga ya Hanan,”ucap Bani yang juga ada benarnya.
“Tapi aku rasa dia akan baik saja,”ucap Baki.
“Kenapa kamu bisa yakin dengan itu Baki. Apa kamu mengenal dia baik?,”ucap Hanan dengan wajah serius.
“Tidak kenal baik. Tapi aku percaya dengan dia. Kalau dia akan baik saja pergi sendiri,”kata Baki dengan santai. Tapi saat mereka sedang mengobrol ada salah satu dari anak buah Belisama mendengar pembicaraan itu dan menyampaikan kepada Belisama.
Belisama datang mendekat dan berbicara dengan mereka berempat.”Kalian tidak memilih jalan yang salahkan. Kalau ini jalan yang salah kalian bisa mati disini loh,”ucap Belisama.
“Mana mungkin ini jalan yang tepat kok,”ucap Baki dengan santai.
“Apa benar, tapi aku merasa kalau kalian menyembunyikan sesuatu dariku juga. Apa aku salah dengan itu,”kata Belisama.
“Tidak mungkin kami menyembunyikan sesuatu dari kamu. Kami masih ingin hidup,”ucap Bani. Tapi tatapan Belisama sama sekali tidak percaya dengan wajah mereka.
“Lihat disana,”ucap Harits. Semua melihat kedepan tampak ada yang aneh dengan gua yang mereka lewati. Belisama menyuruh anak buah mereka untuk memeriksa.
“Bos ini memang jalan menuju ke dalam,”kata tentara yang sudah selesai memeriksa.
“Bagaimana kita tidak berbohong bukan?,”ucap Hanan yang memberanikan membuka mulutnya.
Belisama berjalan untuk melihat kedepan.”Kalian berjalan dulu untuk melihat apa yang ada di dalam sana,”ucap Belisama untuk memeriksa lebih dulu. Sambil menuggu Harits dan Baki istirahat.
“kenapa juga kita pergi ke sini sih,”ucap Hanan sedikit mengeluh.
“Kamu baru menyesal sekarang. Kemarin kemana saja kamu,”kata Bani.
“Tutup mulut kamu Bani,”ucap Hanan memalingkan wajahnya.
“Apa dia baik saja disana?,”hati Harits yang memikirkan Anila. Sementara itu Anila dan Babon yang sudah masuk lebih jauh tidak mendengar langkah kelompok Baki.
“Ada apa Anila?,”ucap Babon melihat Anila berhenti berjalan.
“Aku tidak mendengar langkah mereka,”kata Anila.
“Mungkin saja mereka pergi ke sisi lain,”ucap Babon menebak.
“Itu juga bisa sih. Tapi kenapa ya?,”kata Anila yang tidak tahu jawabannya.
“Bisa jadi jalan yang kamu lewati adalah jalan butung sehingga tidak mau lewat sini,”kata Babon.
“Itu terserah mereka sih. Ayo jalan lagi,”kata Anila. Kembali mereka melangkah masuk ke dalam guanya hingga mereka terhenti karena melihat jalan butung.
“Benar bukan jalan butung,”ucap Babon yang senang dengan tebakan dia benar.
“Apa kamu yakin Babon,”ucap Anila menyentuh tombok kunci mekanis untuk membuka jalan. Tepat dia menakan batu yang menjadi mekanisme pintu. Babon terkejut dengan lorong yang berbeda dengan jalan yang mereka lihat sebelumnya.
“Bagaimana bisa disini ada jalan lain?,”kata Babon.
“Tentu saja ada,”ucap Anila masuk ke dalam lorong disusul oleh Babon. Saat mereka berdua sudah masuk ke dalam pintu kembali tertutup. Babon sedikit terkejut dengan pintu kembali tertutup.
“Sekarang kita pergi ke arah mana?,”ucap Babon.
“Untuk sementara kita istirahat dulu bagaimana?,”kata Anila yang duduk lantai berubin.Karena merasa lelah dia mengambil air minum dan makanan yang dia bawa.
“Apa ini akan baik saja kita bersantai di sini?,”ucap Babon sedikit merinding dengan lorong yang sudah mereka masuki.
“Kalau kita terus berjalan. Kita akan kecapean sebelum mengisi tenaga kita,”kata Anila yang santai.
“Apa kamu tidak takut Anila dengan suasana ini?,”ucap Babon yang duduk disamping Anila karena memiliki perasaan tidak enak disekitar mereka.
“Takut sih. Tapi mau bagaimana lagi. Suasana ini yang harus bisa aku atasi untuk bisa ke tempat tujuan bukan,”kata Anila.
“Ayolah cepat kamu makan, setelah ini kita akan berjalan lagi,”kata Anila lagi sambil menyerahkan makanan kering. Babon mengambilnya dan segera mekan dengan lahap.
“Tapi kita lewat mana nanti?,”kata Babon karena melihat ada dua lorong. Anila mengelurkan dena yang dia buat sebelumnya.
“Kita akan jalan lurus saja nanti kesana,”kata Anila menuju arah lorongnya.
“Apa kamu yakin dengan itu?,”ucap Babon untuk memastikan. Anila mengangguk dengan percaya diri. Babon hanya bisa terdiam.
Di sisi lain gua tentara bayaran yang sedang menyusuri gua. Melihat ada yang salah didepan sana.”Bagaimana situasi didepan sana ada jalan masuk tidak?,”ucap Belisama saat bawahannya datang.
“Ada pintu besar di sana Tapi masalahnya ada sarang semut berwarna yang menghalangi jalan kita,”kata tentara.
“Sekarang apa perlu kita tetap melanjutkan jalannya,”ucap Bani mendengar pembicaraan mereka berdua.
“Tentu saja tetap jalan terus,”ucap Belisama.
“Tapi bagaimana kita bisa melewati sarang semut berwarna itu,”ucap Baki.
“Kamu tenang saja ada obat untuk melumpuhkan semut berwarna yang kami bawa,”ucap Belisama dengan wajah datar.
“Apa ini akan baik saja,”ucap Hanan.
“Kalau mereka yang sudah percaya diri seperti itu. Kita hanya bisa menuggu dan melihat saja Hanan,”ucap Bani.
“Kamu yakin kalau obat itu akan berhasil oleh mereka,”ucap Hanan. Belisama mendengar kata Hanan hanya tersenyum licik. Mereka kembali berjalan setelah beristirahat.
Perjalanan kembali dilanjutkan setelah beberapa jam mereka melihat sarang semut berwarna dengan ukuran yang sangat banyak dan besar. Hanan melihat itu merasa merinding.
“Kalian cepat berikan obat itu ke sarang semut,”ucap Belisama memerintah anak buahnya. Segera tentara itu melembarkan asap ke arah sarang semut berwarna. Setelah dilemparkan mereka bergegas pergi ke arah pintu besar itu.
“Cepat buka,”ucap Belisama kepada Baki. Baki segera berpikir untuk mencari tombol mekanis pintunya. Tapi saat Baki mencari Harits merasakan para semut ada yang tidak terpengaruh dengan asap yang dilemparkan oleh tentara milik Belisama.
“Baki Cepat mereka mulai bergerak kembali,”kata Hanan.
“Tunggu sebentar,”ucap Baki. Di kondisi hidup dan mati Baki melakukan dengan sangat cepat untuk menemukan mekanisnya. Tapi Semut berwarna yang sedikit bergerak hendak menuju ke arah pintu dimana mereka berada. Tepat di waktu yang sempit itu Baki menemukan mekanisme dan segera menekannya membuat pintu besar itu mulau bergerak.
“Ayo cepat masuk,”ucap Baki. Segera mereka masuk ke dalam di akhiri Harits yang sempat berhadapan dengan semut berwarna dengan ukuran besar.
“Harits cepat masuk sebelum pintu tertutup kembali,”kata Baki. Harits melihat kebelakang dan mulai masuk ke dalam. Semut yang hendak menyerang terbentur pintu yang sudah kembali tertutup. Tapi akan mereka menemukan masalah yang lain setelah memasuki pintu besar itu?.