Sequel Uncle Bram
Wanita cantik yang bernama Zalila Aksen Hendrayan hidup bak seorang putri. Dia hidup bahagia bersama keluarga angkat yang kaya raya.
Hidupnya amat sempurna. Namun, karena kesalah pahaman antara dirinya dan om angkatnya membuat Lila harus menelan pil pahit.
Om angkatnya tega memperkosanya dan berniat membunuhnya.
Semua mimpi Lila sirna, dia pergi dengan sejuta luka. Tak ada lagi kehidupan bak seorang putri yang ada hanya Lila yang hidup berjuang untuk putranya.
Dan Om angkatnya akhirnya tau apa yang di rahasiakan Lila selama ini. Dia menyesal telah melukai Lila. Namun, penyesalan itu sia-sia, karena Lila sudah pergi jauh dan entah ada dimana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 25
Flashback saat Lila keluar dari bandara ....
Setelah melihat papihnya keluar dari bandara. Lila langsung membuang tiket dan paspornya. Dia memanggil taxi dan menyuruh taxi untuk mengantarkannya ke terminal.
Dan Lila pergi ke jawa timur. Saat kuliah, Lila dan teman-temannya selalu mengadakan acara amal yang akan di berikan pada panti asuhan di seluruh Indonesia.
Sumbangan itu selalu diberikan oleh teman-teman Lila, tapi ketika temannya mengantar sumbangan untuk panti asuhan di jawa timur, Lila ikut bersama temannya karna dia sudah berhasil meyakinkan Keinya agar memberinya ijin pergi.
Dan saat Lila hamil, Lila sempat bingung harus pergi kemana. Dia tak mungkin pergi keluar negri. Gajihnya sebagai Dokter tak akan cukup untuk hidupnya jika dia tinggal diluar negri.
Dan akhirnya dia terpikir untuk menelpon panti asuhan yang pernah dia datangi. Dia menceritakan pada ibu panti tentang apa yang dia alami. Karna memang ibu panti sudah tau Lila, maka ibu panti asuhan menyuruh Lila datang ke Jawa timur.
Dan memperbolehkan Lila tinggal disana.
Saat Lila tinggal datang ke panti asuhan. Ibu panti yang bernama Resna ikut menangis mendengar kisah Lila. Ibu Resna berkata pada Lila bahwa jika ibu Resna akan mengakui Lila sebagai keponakan pada warga sekitar jika ada yang bertanya tentang Lila mengingat jika kondisi Lila juga sedang hamil tanpa ayah.
Lila memberikan semua uang gajihnya pada ibu panti untuk membeli kebutuhan makanan dan lain-lain. Di panti itu Lila hidup bersama tujuh anak yatim piatu dan bu Resna.
Saat hamil, Lila sudah ikut bekerja bersama bu Resna dirumah warga. Lila ikut bekerja untuk mengupas bawang merah dan menyetorkannya pada pengepul. Dan saat sore hari dia ikut bersama bu Resna untuk berkeliling mengambil baju kotor dari warga setempat. Bu erna yang mencuci dan Lila yang menyetrika.
Walaupun dia hidup harus bekerja keras, tapi semenjak dia tinggal di panti asuhan, Lila merasa tenang, Dia tak pernah lagi bermimpi jika keluarganya membuangnya. Dan yang paling penting dia tak perlu takut lagi tentanh ancaman Raffael yang akan membunuhnya dan kandungannya.
hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan. Dan tibalah saat Lila melahirkan.
Dia melahirkan seorang anak lelaki yang sangat tampan. Lila memberi nama anaknya.
"Lyodra" terbesit keinginan Lila untuk memberi nama lengkap Aksen Hendarayan dibelakang nama anaknya. Namun dia sadar bawha dia tak boleh memakai nama itu lagi untuknya maupun putranya.
Bohong jika Lila, tak merindukan keluarganya. Setiap malam atau saat memandang wajah Lyodra, Lila selalu menangis karna meningat keluarganya.
Terkadang dia ingin pulang, dan mengatakan bahwa ini semua bukan salahnya, bahwa ini semua adalah salah Raffael. Tapi lagi-lagi dia selalu teringat ancaman Raffael. Dan akhirnya dia selalu berkata,
"Tempatmu disini Lila ... Seharusnya kau memang disini sejak awal. Kau tidak pantas lagi untuk berharap." Itulah yang selalu Lila katakan pada dirinya sendiri setiap dia rindu pada keluarganya.
Dan setelah melahirkan, Lila pernah melamar ke beberapa rumah sakit, dan saat salah satu rumah sakit ingin mewawancarai Lila, Lila yang baru saja akan masuk kerumah sakit tersebut melihat beberapa orang berjas hitam keluar dari rumah sakit dia lansung berlari dan bersembunyi. Dan Lila mengetahui siapa salah satu orang tersebut.
Orang tersebut adalah salah satu tangan kanan Bram, yang sering datang kerumahnya. Saat Lila bersembunyi Lila langsung menangis karna Lila tau bahwa keluarganya mencari dia ke seluruh rumah sakit di Indonesia. Karna saat Lila pergi Lila membawa semua surat-surat agar dia bisa melamar menjadi Dokter kembali dan itu menjadi fokus Bram untuk memfokuskan diri mencari Lila keseluruh Rumah sakit di Indonesia.
Sejak mengatahui bahwa kelurganya mencarinya, Lila megurungkan niatnya untuk kembali menjadi Dokter, dia lebih memilih untuk melakukan pekerjaan yang selama ini dia lakukan bersama bu Resna.
Dan hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun. Hari ini adalah tahun ke tiga Lila tinggal dipanti asuhan. Setahun yang Lalu bu Resna sudah sakit-sakitan. Dan kini Lila yang harus bekerja keras sendiri untuk menyambung hidupnya dan keluarganya dipanti dan Bu Resna akan mengasuh Lyodra ketika Lila bekerja.
Flashback off.
"Lila!" panggil bu Resna saat masuk kekamar Lila, dia melihat Lila sedang mengobati tangannya.
"Ia, bu?" Lila menoleh ke arah bu Risna.
"Kau belum makan, biar ibu yang melanjutkan menyetrika."
Lila menggeleng, "Aku sedang puasa bu, Ibu saja yang makan, nanti aku akan membeli mie ke warung untuk berbuka."
Ibu Resna duduk disebelah Lila. Dia mengambil salep yang sedang dipegang Lila, dan dia mengambil alih untuk mengobati tangan Lila. "Lila, jika niatmu berpuasa untuk menghemat, kau tidak perlu melakukannya nak, walau kau tak berpuasa makanan pasti akan tetap cukup," ucap ibu Resna sambil mengoleskan salep ketangan Lila.
Lila menunduk, selain karna ibadah tujuannya berpuasa juga karna ingin menghemat, dia selalu takut jika anak-anak panti dan Lyodra kekurangan. Terkadang jika dia sudah sangat lapar namun dia melihat sayur sedikit lagi, dia hanya makan dengan kerupuk.
"Tidak ibu, aku memang sedang berpuasa dan aku akan membeli mi rebus sepulang aku mengantar cucian."
Ibu Resna meletakan salepnya dan memandang Lila. "Lila, dengar ibu, nak."
"Ada apa, bu?"
"Kepala deaasudah merekomendasikan mu untuk bekerja di Rumah sakit yang baru dibangun, kau pergilah bekerja disana, setidaknya jika kau menjadi Dokter kau tidak perlu lelah karna bekerja."
Lila menggeleng. "Tapi buk ... Jika aku bekerja jadi Dokter kita takan mendapat uang harian, dan pasti gajihku akan bulanan. Kita takan bisa membeli makanan untuk anak-anak."
"Lila, kau ingatkan, kau pernah memberikan kalung pada ibu untuk menjualnya."
Lila pun mengangguk. "Ibu belum menjualnya, karna ibu tau kalung itu berarti untukmu, dan jika kau menjadi Dokter ibu akan meminjam uang pada Pak lurah dan menggadaikan kalungmu. Kau bisa menebusnya saat kau sudah menerima gajih."
"Tapi, bu ..."
"Lila, dengarkan ibu nak, rumah sakit yang akan menjadi tempatmu bekerja tidak terlalu besar, keluargamu tak akan menemukanmu. Dan jika kau sudah menjadi Dokter kau tak akan kelelah Dan yang terpenting kita bisa membelikan makanan bergizi untuk Lyodra."
Hati Lila tersentuh saat mendengar nama Lyodra, ya dia sadar jika dia hanya bekerja serabutan dia takan bisa memberi putranya dan anak-anak panti makan makanan yang bergizi.
tetep nyesekk