Rahim Bayaran Tuan Alex

Mobil Alex terparkir sempurna di basemen rumah sakit. Dia segera turun dan menuju ruangan Ridwan.

Sebelumnya dia sudah membuat janji, dan kebetulan Ridwan tidak ada pasien. Dia hanya mengecek keadaan pasien di ruangan mereka satu persatu. Itu bagus, Alex bisa leluasa bercerita nantinya.

Di lorong rumah sakit, semua mata menatap kagum pada sosok pria tampan bertubuh atletis tersebut. Bahkan banyak yang sengaja menggoda atau sekedar menyapa dengan nada sensual. Tapi Alex hanya melirik sekilas tanpa mau meladeni mereka.

"Dasar gila." batin Alex. Dia langsung masuk keruangan Ridwan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Sehingga membuat si empunya tersentak kaget.

"Apa kau tidak bisa mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk keruangan seseorang?" gerutu Ridwan.

Alex melirik sinis dan menjatuhkan pantatnya di sofa. Dia menghela nafas panjang dan memejamkan matanya. Dan hal itu membuat Ridwan penasaran. Dia mendekat dan duduk di depan Alex.

"Ada apa?" tanya Ridwan

"Nyonya Wiratama." jawab Alex singkat

"Ada apa dengan Tante Diana?"

"Dia meminta ku untuk segera menikah.

"Oh." jawab Ridwan singkat

"Oh?" Alex mengerutkan keningnya menatap sahabatnya yang seolah tidak terkejut dengan apa yang dia katakan.

"Itu bukan pertama kalinya Tante Diana meminta mu untuk menikah, bukan?"

Alex berdecak kesal dan kembali memejamkan matanya. "Masalahnya mommy ingin aku menikah dengan Selena."

"Benarkah?" tanya Ridwan yang dijawab anggukan oleh Alex.

"Wah.. Bukankah itu bagus? Kalian akan menjadi keluarga besar. Apalagi Selena adalah model terkenal dan kau, pengusaha sukses. Pasti pernikahan kalian akan menjadi trending topik di mana-mana."

"Kau tahu pasti apa jawaban ku, Wan." seru Ridwan

"Al, apa kau tidak akan menikah seumur hidupmu? Tidak kah kau merasa ada sesuatu yang hampa dalam hidupmu? Kita di ciptakan untuk berdampingan dan saling melengkapi. Tapi kau justru memilih untuk sendiri."

Alex menghela nafas panjang. Dia sendiri juga tidak tahu kenapa sangat sulit untuk membuka hatinya. Jujur, dia juga ingin menikah, tapi dia terlalu takut. Bayang-bayang masa lalunya benar-benar berhasil menguasai dirinya.

Mungkin orang lain melihat dirinya orang yang sempurna, tapi yang sebenarnya, dia adalah sosok yang rapuh akan cinta. Dia lebih memilih di tembak ratusan peluru daripada dikhianati kepercayaannya.

"Apa tidak ada seseorang yang bisa membuatmu nyaman?" tanya Ridwan. Dia tahu jika sahabatnya itu sedang bingung dan takut. Tapi dia tidak mungkin membiarkan sahabatnya terpuruk terlalu lama dalam bayang-bayang masa lalunya. Dan dia berharap, jika Icha lah yang berhasil membuat Alex nyaman.

"Kenapa kau diam, Al?" tanya Ridwan lagi

"Aku tidak tahu, Wan. Aku bingung. Sepertinya, aku mempunyai penyakit jantung." seru Alex

"A_apa? Penyakit jantung?" pekik Ridwan yang dijawab anggukan oleh Alex.

"Kalau begitu, berbaringlah!! Aku akan memeriksa mu." perintah Ridwan.

Alex melakukan apa yang di katakan Ridwan. Dia berbaring di brankar dan Ridwan mulai memeriksanya.

Ridwan menempelkan stetoskop di dada Alex dan meminta pria itu untuk mengambil nafas dan menghembuskan nya perlahan.

"Apa ada keluhan yang kau rasakan?" Ridwan kembali memeriksa lewat denyut nadi Alex. Dia mengerutkan keningnya karena tidak ada masalah dengan kesehatan Alex.

"Aku sering merasa, jantungku berdetak kencang dan tidak beraturan. Dan itu bukan sekali. Tapi berkali-kali." terang Alex.

"Hanya itu?"

"Aku rasa iya. Bagaimana? Apa aku benar-benar mempunyai penyakit jantung?" tanya Alex

"Sejauh ini semua bagus, Al. Tidak ada gejala jika kau mempunyai penyakit jantung. Semua normal." Ridwan kembali duduk di sofa dan bertanya, " Dalam sehari bisa terjadi berapa kali? Dan kapan tepatnya itu terjadi?"

Alex beranjak dari brankar dan duduk di depan Ridwan. "Aku tidak yakin, tapi jantung ku akan seperti itu jika aku berada di dekat Icha."

Ridwan melebarkan kedua matanya dan menggebrak meja sehingga membuat Alex terkejut, "Apa kau bilang?" teriak Ridwan

"Astaga, Kenapa kau mengagetkan ku, hah? Aku datang untuk melakukan pemeriksaan pada jantungku. Tapi bukannya sembuh, justru aku bisa langsung mati karena ulahmu." gerutu Alex

"Ma_maaf Al. Aku benar-benar terkejut. Maksudku, itu bukan gejala penyakit jantung. Tapi gejala cinta." terang Ridwan

"Apa maksudmu?" tanya Alex

"Astaga, Alex!! Masak seperti itu saja kau tidak tahu. Kau ini pria dewasa dengan usia kepala tiga. Bukan remaja yang baru masuk masa puber. Masak aku juga harus menjelaskannya padamu." gerutu Ridwan

"Jangan berbelit-belit, Wan. Aku benar-benar tidak tahu maksudmu." seru Alex

Ridwan menghela nafas dan berkata, "Baiklah. Jadi begini, gejala cinta, perasaan yang belum pernah kau rasakan yang tiba-tiba muncul saat kau berada di dekat seorang wanita. Perasaan nyaman saat bersamanya, rindu saat jauh darinya, cemburu saat dia dekat dengan yang lain. Dan tidak rela jika dia meninggalkan kita. Itu bisa di sebut gejala cinta. Kau sedang jatuh Cinta, Al."

Deg

"A_apa kau bilang? Aku jatuh cinta? Heh.. Jangan bicara sembarangan, Wan. Aku tidak mungkin jatuh cinta pada Icha. Bagiku, dia tidak lebih dari sekedar penampung benih ku untuk melahirkan keturunan untuk ku."

Ridwan mendengus kesal. Alex benar-benar menguji kesabarannya. Dia keras kepala dan terlalu gengsi. Apa susahnya mengakui jika dia memang benar mencintai Icha? Padahal yang dia rasakan itu sudah jelas jika dia jatuh cinta pada Icha. Tapi sikap keras kepalanya terlalu mendominasi, sehingga dia tidak mau mengakuinya.

"Terserah kau mau bicara apa. Tapi pesanku, coba kau pikirkan baik-baik!! Cari tahu jawabannya. Jika kau benar-benar tidak mencintai Icha, maka setelah kontrak kalian selesai, kau harus menepati janji untuk melepaskannya." seru Ridwan

Deg