Sinopsis
Warning!!!
Adegan dalam cerita ini mengandung unsur dewasa 21+, harap bijaklah dalam membaca.
Grael Arabella, seorang gadis belia yang hanya tinggal bersama sang Kaka dan ibunya, semenjak sang ayah meninggal dunia, dia membantu kakaknya untuk mencari nafkah. Grael juga memiliki cinta pertama di bangku sekolah menengah pertama yang bernama Rangga Louis, sosok pria yang sudah membuatnya merasakan jatuh cinta untuk pertama kali.
Takdir berkata lain. Grael justru bertemu dengan Erlangga Louis, seorang artis terkenal yang menjadi salah satu idola Grael. Pertemuan mereka justru membuat Grael menjadi benci dengan Erlangga. Namun, berbeda dengan artis tersebut, dia justru semakin ingin memiliki gadis belia itu.
Apalagi saat Erlangga tahu, bahwa Grael akan dijodohkan dengan Rangga, adik tirinya. Sekaligus ahli waris kedua dari keluarga Grup Jaya. Erlangga semakin menjadi ingin merebut kembali apa yang semestinya dia miliki. Baik itu, tahta, hart
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anggi (@ngie_an), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Menantu Group Jaya
Suasana di pagi hari yang begitu cerah membangkitkan mood booster seorang pengusaha besar yang bernama Josua Louis, dia sangat bersemangat untuk memulai pekerjaannya yang begitu padat. Semua itu berkat Grael.
Pagi ini, Josua berencana ingin mengantar Grael dan Rangga ke sekolah, dia ingin memastikan sesuatu yang mengganjal di hatinya setelah melihat luka lebam pada lutut Gadis itu.
"Pagi, Om, Tante." Grael tersenyum ke arah orang tua Rangga.
"Enaknya yang baru bangun, baru juga satu malam menginap, udah kaya ratu," celetuk Kylie.
"Mih!" Josua menatap tajam ke arah Kylie.
"Pagi Mih, pagi, Pih!" Rangga mencium pipi kedua orang tuanya dan duduk disamping Grael.
"Loh, kamu sekolah? Kan masih sakit," ucap Kylie.
"Rangga sudah sembuh kok, Mih." Rangga menggigit sandwich-nya lalu tersenyum ke arah Grael.
Semangat pagi Rangga juga berkat Grael yang menginap semalam, dia juga tidak pernah melihat sang ayah yang begitu bahagianya semalam. Mengikat rambut Grael dan mengecat kuku bersama sembari menikmati perawatan wajah. Bahkan sang ayah juga meng-upload kebahagian kebersamaan mereka ke akun media sosialnya tanpa malu. Seakan telah bertemu dengan anak perempuannya yang sudah lama terpisah.
Berbeda dengan perasaan Grael pagi ini, sesuatu telah mengusik pikiran dan hatinya, dia merasakan bahwa sikap Kylie sangat berbeda dengan sikap saat mereka pertama kali bertemu. Apakah sekarang sifat aslinya keluar?
***
Pagi ini pihak kepala sekolah tengah getar-getir ketika pemilik usaha terbesar di berbagai kota datang ke sekolahan tanpa memberi kabar terlebih dahulu.
Perasaan Grael yang begitu gugup ketika seluruh siswa melihat ke arah dirinya yang keluar dari mobil bersama dengan Rangga, hanya menundukkan kepalanya. Berbagai bisikan terus mengusik di telinga Grael sampai dia masuk kedalam kelas.
"Bew, kok loh bisa bareng sama ketua Group Jaya?" tanya Veby yang merasa cemburu.
"Gue cuma ketemu di jalan," elak Grael yang asal bicara.
"Ohh ... Oh iya, nih ... gue udah minta tanda tangan buat lo." Veby memberikan switer yang sudah ditandatangani oleh Erlangga dan memberikan Paper bag kepada Grael.
"Thanks," ucap Grael yang begitu malas menerima pemberian dari temannya.
Tidak lama kemudian, bel masuk sekolah berbunyi. Seluruh siswa mulai masuk ke dalam kelas mereka masing-masing, dan guru pun masuk ke dalam kelas sesuai jadwal masing-masing, hingga satu jam berlalu Grael di panggil oleh kepala sekolah.
Perasaan yang begitu gugup ketika dirinya dipanggil ke ruang kepala sekolah, membuat dia takut akan beasiswa yang akan dicabut bila dia melakukan satu kesalahan, karena itulah Grael selalu diam disaat dirinya mendapat cibiran dari teman-temannya yang tidak menyukai dia.
"Permisi, Pak!" Grael mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum dia masuk ke dalam ruangan kepala sekolah.
"Ah, silahkan duduk, El," sambut kepala sekolah dengan wajah yang sudah panas dingin.
Grael pun duduk di samping Josua dan tidak lama kemudian, Lucy dan Sylvia meminta maaf kepada Grael dengan menyentuh lutut Gadis itu, sontak membuat Grael terkejut dengan apa yang dia lihat. Seorang Lucy meminta maaf kepada dirinya yang hanya seorang anak sederhana.
Lucy yang ketakutan terus menangis dan meminta maaf kepada Grael, dia berjanji tidak akan mengganggu atau menghina calon mantu dari Group Jaya, usai permintaan maaf dari Grael pun diminta memberi hukuman pada Lucy dan Sylvia seberat-beratnya agar mereka berdua jerah akan tingkahnya selama ini.
Namun, alih-alih memberi hukuman kepada Lucy dan Sylvia, Grael justru memaafkan segala kesalahan yang telah mereka perbuat. Josua tidak menyangka bila calon mantunya memiliki hati nurani yang begitu tinggi. Gadis itu memaafkan semua kesalahan kedua temannya tanpa berpikir panjang terlebih dahulu.
"Pak Roger! Saya tidak mau kejadian hal sepele ini terulang lagi pada calon menantu saya, bila saya mendengar hal buruk tentang calon menantu saya, saya tidak akan segan-segan menutup sekolahan ini untuk selama-lamanya!" tegas Josua yang membuat semua orang yang berada di ruangan itu menjadi takut oleh ancaman seorang Josua. Begitu juga dengan Grael.
"Baik, Pak Josua ... saya pastikan kejadian hal seperti ini tidak akan terulang untuk kedua kalinya." Kepala sekolah ikut berdiri dan mengantar Josua sampai keluar ruangannya.
***
Hotel bintang sepuluh, menjadi hotel yang sangat terkenal oleh fasilitas, pelayanan dan juga harganya. Tidak diragukan lagi oleh para pengunjung untuk memberikan penilaian yang sangat puas ketika mereka sudah merasakan menginap di hotel tersebut.
Namun, sungguh mengejutkan bagi seorang Marvin Alvino ketika usahanya yang dia bangun selama ini, di usik oleh seorang artis yang bernama Erlangga Loius, hatinya begitu kesal dan marah ketika artis itu memberi sebuah peringatan untuk menjauhi anak dari seorang Karina sebelum dia menghancurkan apa yang sudah dia bangun.
Marvin mengepal kuat kertas yang dia dapatkan dari asisten pribadinya, bila kertas tersebut berasal dari Erlangga Loius. Dia pun memanggil Garcia untuk menanyakan kebenarannya.
"Astaga! Kamu gak percaya sama aku? Aku sama dia aja gak pernah ketemu untuk sekedar meminta tanda tangan, apa lagi menjalani hubungan diam-diam!" Gracia mencoba untuk menjelaskan kepada Marvin calon suaminya.
"Mana ada asap kalau tidak ada api, Grac!" Marvin begitu emosi, dia segera menghubungi asistennya dan membuat pertemuan pribadi kepada Erlangga untuk membicarakan perihal yang artis itu maksud.
***
Siang hari di kantin sekolah, semua orang terus menyapa Grael dengan ramah, bahkan Lucy sempat menyediakan tempat duduk untuk bisa makan siang di saat semua bangku telah penuh.
"Tumben tuh si Lucy, kesambet apaan sampe nawarin bangku untuk kita?" Ernata meletakan piringnya ke atas meja dan duduk di depan Grael.
"Good morning, ladies ... Abang Irfan come back." Irfan langsung duduk dekat Grael sebelum Rangga yang mau duduk di samping kekasihnya.
"Siang ... panci bolong! Ah ... rabun mata Lo!" umpat Veby kesal pada Irfan.
"Fan, stok obat lu abis dirumah?" tanya Ernata tertawa.
"Oh, ini siang? Gue kira pagi! Benar kata orang ya, kalau orang jatuh cinta itu ... buat kita tidak bisa membedakan sesuatu." Irfan mengeluarkan hadiah untuk Grael. Namun, gadis itu terdiam dan membuka hadiah dari Irfan.
"Ala ... bisa ae kang kredit gombalnya!" Anjas ikut tertawa mendengar rayuan dari sahabatnya.
"Dia kan kemarin abis berguru sama Erlangga!" timpal Ernata.
"Kamu mau aku gombalin?" tanya Anjas yang sudah mulai berani bicara pada Ernata, sontak membuat gadis yang duduk disampingnya terdiam merasakan canggung setelah Anjas bertanya seperti itu.
"Jiiahh ... foto lo, kecoret sama Erlangga! Mukanya item kena spidol." Veby langsung mengambil foto dari tangan Grael mencoba mencairkan suasana dan menunjukan pada Ernata yang dilihat juga oleh Anjas dan Rangga.
Mereka tertawa melihat foto Irfan dan Grael, di sana nampak raut wajah Irfan yang tidak kelihatan karena kecoret oleh spidol permanen. Veby begitu senang menertawai wajah Irfan, bahkan dia juga ikut merasa sedih sembari tertawa.
"Anjrit, bacot lu! Nih, makan nih!" Irfan berdiri dan menyumpal mulut Veby yang sedang tertawa dengan buah pisang.
Sontak mereka semua yang ada dimeja makan ikut tertawa melihat tingkah Veby dan Irfan, canda tawa mereka membuat suasana pertemanan mereka yang akan menjadi moment berharga dan akan menjadi moment yang merindukan setelah mereka lulus dari sekolah dan sibuk mengejar cita-cita mereka masing-masing.
To be continued...