Cinta karena harta akan musnah, karena rupa akan termakan usia.Tapi cinta karena Allah, akan kekal abadi sampai Jannah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurusysyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28.Ingin Mengundurkan Diri
...◦•●◉✿Happy Reading✿◉●•◦...
..._______...
Semua karyawan mulai berjalan keluar meninggalkan kantor, jam istirahat mereka gunakan untuk makan siang di restoran yang ada di depan perusahaan itu, bukan berarti di perusahaan besar itu tak ada kantin, ada sih tapi menunya hanya terbatas juga tidak pas di lidah mereka.
Sebenarnya makanan di kantin juga tidaklah buruk bahkan harganya juga sedikit miring karena itu juga sebagian kebijakan dari perusahaan khusus karyawan.
Isi kantong yang tidak banyak menjadikan Arini lebih memilih makan di kantin, entah makanan seperti apapun tidak masalah untuknya yang penting halal dan bisa mengenyangkan perutnya yang sudah dari tadi keroncongan.
"Mbak Raisa di sini juga, toh! Kirain Mbak makan di depan sana dengan yang lain," Arini langsung duduk di sebelah Raisa, dia belum sempat izin juga padanya.
"Siapa yang mengizinkanmu duduk di sini! tuh masih banyak kursi kosong! jangan dekat-dekat apalagi sok kenal! " ucap Raisa dengan jengkel.
Arini mengernyit, kenapa Raisa menjadi seperti ini? apakah kebaikannya tadi hanya bohongan saja, atau mungkin dia malu kalau sampai ada orang lain melihat dia berteman dengan Arini.
"Mbak kenapa? Mbak nggak sakit kan? Mbak nggak kesambet kan?" cerca Arini begitu banyak.
"Udah deh, jangan banyak tanya! pergi sana jauh-jauh! " usir Raisa.
Dengan sedikit kecewa Arini kembali beranjak mencari tempat duduk yang agak jauh dari Raisa, "Mungkin memang aku tak pernah pantas memiliki teman," gumam Arini sembari sesekali menoleh ke arah Raisa yang kembali asyik dengan makanannya.
Raisa yang akrab padanya tadi Arini pikir karena Raisa mau berteman dengannya, meskipun sedikit ketus juga galak Arini tidak mempermasalahkan hal itu tapi ternyata dia salah, di desa saja tak mudah mendapatkan teman yang tulus apalagi di kota sebesar itu? sungguh mustahil kan?.
Dari kejauhan ada sepasang mata menatap tak percaya dengan keberadaan Arini di sana. Bagaimana bisa Arini bisa berkeliaran bebas di tempat itu? "Arini? benarkah itu Arini?" Melisa memandangi dengan tajam memastikan bahwa yang di lihat itu salah namun ternyata dia benar, yang dia lihat adalah Arini.
"Ini tidak bisa di biarkan, aku harus menyuruhnya pergi dari sini kalau ada yang mengetahui aku punya adik seperti dia semua orang pasti akan mengejekku, " gumam Melisa.
Dengan langkah cepat Melisa menghampiri di mana Arini berada dia harus bisa pelan untuk mengusir Arini kalau tidak semua pasti akan curiga dan akan terbongkar.
"Hay.., bisa bicara sebentar?" Begitu lembut kata-kata yang terucap dari Melisa membuat Arini langsung menoleh.
"Kak Me..."
"Sstttt... " Desisan dari Melisa langsung memutus kata Arini yang ingin memanggilnya. Apalagi tatapan tajam dari Melisa yang seakan ingin mengulitinya sungguh mengerikan, dan langsung membuat Arini terdiam.
"Bisa ikut saya sebentar?" Ucapan Melisa kembali halus mungkin karena dia tidak mau di cap buruk dari orang-orang yang ada di sana dan memandanginya. Melihat mereka Melisa hanya tersenyum manis supaya tidak di curigai.
Meskipun tak mau namun Melisa tetap menarik Arini dan menuntunnya ke tempat lain yang sangat sepi, bahkan tak ada orang yang berkeliaran di sana.
"Kenapa kamu di sini?! " tanya Melisa mulai mengintimidasi Arini.
"Apa belum puas kamu mencoreng muka keluargamu dan sekarang kamu mau membuatku di permalukan juga di tempat ku kerja! apa kamu belum puas, hah!! " bentak Melisa.
"Bukan seperti itu, Kak. Tapi...," Arini mulai menjelaskan namun lagi-lagi kata-katanya di potong oleh Melisa.
"Jangan pernah panggil aku Kak! aku bukan kakakmu lagi! Kamu hanya orang asing setelah kamu keluar dari rumah! " kecam Melisa.
"Lebih baik sekarang kamu pergi dan jauh-jauh dari perusahaan ini! jangan sampai kamu membuatku di permalukan."
"Tidak, Kak. "
"Jangan panggil aku Kak! Aku bukan kakakmu!" Bentakan keras dari Melisa langsung membuat Arini menangis, dia ingin sekali tegar dan kuat tapi kenapa dia masih saja tak bisa jika berhadapan dengan keluarganya sendiri.
"Pokoknya saya tidak mau melihat kamu di sini lagi, sampai kamu tetap di sini aku akan bikin kamu menyesal! camkan itu baik-baik! " Bukan hanya kata-kata yang kasar dan juga mata melotot tapi Melisa juga mengacungkan jarinya ke wajah Arini. Sepertinya ancaman darinya benar-benar tidak main-main.
Arini sesenggukan di sana, air matanya terus mengalir seiring kepergian Melisa yang semakin jauh.
"Ya Allah, besarkan lah kesabaran dan ketabahan ku." gumamnya.
Baru saja Arini merasa senang karena akhirnya dia mendapatkan pekerjaan tapi ada-ada saja masalah dan cobaannya. Bukan hanya dari bos kurang se-on's nya tapi sekarang di tambah lagi dengan Melisa yang menyuruhnya harus segera pergi dari sana.
"Apa yang harus Arini lakukan? Arini masih butuh pekerjaan ini, tapi Arini juga tidak mau membuat Kak Melisa malu kalau sampai ada yang tau kalau Kak Melisa mempunyai adik sepertiku," tangisnya belum juga berhenti.
Melupakan makan siangnya Arini pergi ke lantai 50 , mungkin tempat ini memang tidak cocok untuknya dan dia harus mengundurkan diri sebelum semuanya kacau karenanya, pikir Arini.
Dengan mata yang sembab Arini memberanikan diri masuk ke ruangan Arya, namun orang yang dia cari tidak ada mungkin beliau masih istirahat dan makan siang di suatu tempat.
Tak berani duduk di sofa Arini memilih duduk di lantai, dia tidak peduli meski lantai itu sangat dingin apalagi di tambah dengan AC yang menyala.
"Sebentar lagi Pak Tuan datang, aku akan menunggunya di sini," ucapnya.
*****
Selesai makan siang Arya yang di temani Toni langsung menuju ke ruanganya di lantai 50 sementara Toni berhenti di lantai 49.
Langkah Arya begitu pasti mendekati ruangannya sendiri yang tidak jauh dari lift. Memang jam istirahat belum usai namun Arya ingin istirahat sebentar di kamar yang berada di dalam ruangannya.
Pintu perlahan terbuka, Arya langsung mengernyit karena melihat Arini yang duduk di lantai dalam posisi memunggungi pintu.
"Arini? ngapain tuh anak, apa dia berniat menggodaku?" gumam Arya yang selalu saja berfikir buruk tentang Arini.
"Apa yang kamu lakukan di sini! apa kamu mau mencuri? atau kamu memang berniat menggodaku?! "
Pertanyaan Arya langsung membuat Arini tersentak, dia langsung berdiri dan berbalik ke arah Arya, "Ti- tidak, Pak Tuan. Arini hanya...? " Arini menunduk berfikir sementara dan meyakinkan diri bahwa tempat itu memang tidak pantas untuknya.
"𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘮𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘣𝘢𝘣? 𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘪𝘴? 𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘯𝘪 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘪𝘴 𝘥𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘴𝘢𝘭, 𝘥𝘪 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘪𝘴 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪. " Batin Arya.
Arya berjalan menuju kursi kebesarannya, dan lagi-lagi Arya menaikan kakinya di atas meja.
"Kenapa kamu ke sini?" tanya Arya yang sudah duduk mapan di kursi juga sudah menyandarkan punggungnya.
"A- Arini..., Arini mau mengundurkan diri, Pak Tuan. Arini harus keluar," jawab Arini yang sangat ragu. Tapi dia harus tetap mengatakannya.
"Kamu tidak akan bisa keluar dari sini selama aku tidak memecat mu," ucap Arya.
"Ka-kalau begitu pecat saja Arini, Pak Tuan! Arini tidak mau bekerja lagi di sini. Di sini tidak enak! " Seru Arini.
"Kenapa, apa ada yang menindas mu si sini?"
"Ada," Jawab Arini dengan tegas, membuat Arya menurunkan kakinya dan mencondongkan tubuhnya ke meja.
Arya tau memang ada yang menindas Arini tapi yang jelas bukan dia karena saat Arya yang melakukannya Arini tidak sampai menangis seperti saat ini, "Siapa? "
"Pak Tuan,"
Jawaban Arini membuat Arya terkekeh.
"Katakan, siapa yang melakukan itu padamu! "
"Arini kan sudah bilang, pak Tuan yang menindas Arini! " Arini terus menutupi kebenaran karena tak mungkin juga dia akan mengatakan semuanya dengan jujur kalau Melisa yang memintanya untuk keluar, "Jadi Arini mau mengundurkan diri."
"Apa kamu melupakan sesuatu Arini? Hemm.. biar aku ingatkan. Kamu telah menandatangani kontrak kesepakatan dariku kemarin, dan isinya kamu tidak bisa keluar atau di pecat sebelum lima tahun. Jika kamu melanggar itu kamu harus membayar denda sebesar lima puluh juta, dan langsung cash dan tidak boleh nyicil. Apa kamu ingat sekarang?" Arya nyengir kuda penuh kemenangan sekarang.
"Lima puluh juta!? Pak Tuan mau memeras ku?!" Pekik Arini tak percaya bagaimana mungkin, sepertinya kemarin tidak ada tulisan itu tapi kenapa sekarang ada?.
"Apa yang bisa aku peras darimu, bahkan kedua bukit kembar mu saja masih rata dan tak akan ada isinya," jawab Arya santai.
"Maksud Pak Tuan?! " Arini bingung dia masih sangat polos dan tak akan tahu menahu hal yang seperti itu.
"Halah..., jangan sok polos aku tau sebenarnya kamu itu mau menggodaku. Tapi maaf saya tidak bisa tergoda dengan gadis berdada rata. Yang tidak bisa di nikmati manisnya."
Arini melotot, dia tau sekarang apa yang Arya maksud, dua bukit kembar itu adalah kedua benda yang menjadi bagian dari hartanya yang berharga.
"Tua-tua tak tau malu! " sungut Arini dan langsung meninggalkan ruangan Arya, Arini tak mau berurusan lebih lama lagi dengan orang yang semakin tak waras itu.
Bagaimana bisa dia mengatakan hal yang vulgar seperti itu pada gadis kecil sepertinya, gadis polos yang tidak tau apa-apa tentang hal mesum.
"Hemmm..., gadis aneh, sok jual mahal padahal aslinya kamu juga tengah mengincar ku," gumam Arya yang selalu saja menyama ratakan semua perempuan.
****
Langkah Arini sangat cepat, dia sangat ingin berada jauh dari ruangan bosnya itu, bukan hanya ubun-ubunnya yang ngebul tapi lama-lama dia bisa darah tinggi jika terus berhadapan dengan Arya.
"Dasar pria kurang genap, bisa-bisanya dia mengatakan ingin memeras bukit kembar ku! emang aku sapi apa harus di peras! " Kesal Arini.
Mata Arini menangkap jam yang bertengger manis di dinding, mulutnya langsung menganga tangannya juga langsung menepuk jidatnya.
"Astaghfirullah hal 'azim, aku belum sholat dzuhur! " Arini langsung lari tunggang langgang karena masalah-masalahnya dia tetap tidak boleh melupakan kewajibannya.
___
Bersambung...
________
ini memang pasangan unik lah ya arini dan Arya
wuah Arya junior sudah mau otw ini semoga lancar ya lahiran nya jangan membuat kerecokan di rumah sakit nanti agar para dokter dan perawat tidak bingung 😅😅😅
nah lho Arya salah jawab kan makanya kalau istri sedang mengagumimu jangan kamu komplain dia keluar kan kata" yg bisa bikin kamu bingung