NovelToon NovelToon
Sad Wedding

Sad Wedding

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Romansa
Popularitas:941
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

Hal yang paling menyakitkan dalam kehidupan kita adalah bertemu dengan orang yang selama ini kita benci akan menjadi seseorang yang menemani hidup kita.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Anna terbangun dari tidurnya dengan nafas yang terengah-engah. Dia bermimpi jika dia dan Aldi berbaikan, bahkan sikapnya Aldi sudah kembali hangat seperti awal mereka bertemu. "Aku lagi lagi memimpikan hal itu." ujar Anna sambil kembali memejamkan matanya. Seulas senyuman sinis dia berikan kepada dirinya sendiri. "Apa sebesar itu aku merindukannya? Hingga aku membawanya kedalam mimpiku?" yah, Anna sudah Tiga hari pergi dari Penthouse Aldi, dia tinggal bersama sahabatnya.

"An, kamu sudah bangun?"

"Iya, Fran." jawab Anna sambil menyunggingkan senyumnya. Kini Anna berada di rumah Franda, sahabat yang selalu membantu Anna di saat kesusahan.

"Kemarin aku bertemu dengan Aldi, Ann.." ujar Franda sambil duduk di matras kamarnya. Anna terdiam, dia merindukan Aldi, Sangat, tapi dia tak mau Aldi mengacuhkannya selama beberapa bulan ini. "Dia terlihat kacau An, biasanya dia terlihat tampan dia kini terlihat seperti mayat hidup. Dia punya mata panda yang cukup terlihat jelas kalau dia kurang tidur." mendengar ucapan Franda, Anna semakin merindukan dengan sosok Aldi.

"Apa dia sekacau itu?" tanya Anna sambil mengikat rambutnya asal.

Franda mengangguk, "Dia terlihat jika dia sangat merindukanmu." Franda menjeda ucapannya. "Apa kau tak berniat untuk pulang? Dia sepertinya sudah menyesal Ann.. Aku kasihan melihatnya." lirih Franda tak berani memandang Anna. Karena takut Anna marah lagi kepadanya, seperti Dua hari yang lalu saat Franda bercerita tentang Aldi, Anna marah dan tak mau berbicara dengannya semalaman.

"Aku akan pulang, tapi setelah aku cukup puas melihat Aldi seperti itu. Aku hanya bisa berharap agar tak ada yang tahu jika aku berada di rumahmu." ujar Anna dengan mantap. "Aku ingin dia menemukanku sendiri." imbuhnya lagi sambil meraih Ponselnya yang di atas nakas. Dia melihat begitu banyak pesan dan juga panggilan tak terjawab dari Aldi.

"30 Pesan Masuk 56 Panggilan Tak Terjawab."

Tulisan yang selalu muncul ketika Anna menyalakan Ponselnya. "Jika kau memang benar merindukan ku sebanyak aku merindukanmu, kenapa sampai sekarang kau masih belum bisa menemukanku, Al? Apa sesusah itu kau mencari ku di Kota Surabaya ini?" gumam Anna dalam hati. Dia tak menyangkal jika dia ingin tertidur dengan mimpi yang indah itu, mimpi yang selalu hadir dalam mimpinya, mimpi yang selalu menghandirkan sisi romantis di setiap detik dan menit yang dia lalui di mimpi itu terlihat sangat nyata dan itu semakin membuat Anna sesak.

Jika Anna sedang berusaha membuat mimpi yang dia impikan tadi kembali muncul, berbeda dengan Aldi yang merenung di dalam kamarnya. Kamar yang sudah seminggu lebih tak dia tinggali. "Kamu di mana Ann?" lirih Aldi sambil menatap foto pernikahannya dengan Anna. Senyuman Anna yang tulus dan tanpa beban. Berbeda sekali dengan senyumannya yang terlihat dengan jelas di buat sedemikian rupa.

"Aldi." ujar Mila ketika dia sudah masuk kedalam kamar Aldi. Selama Anna meninggalkan Penthouse Aldi, Mila memang selalu datang ke Aldi. Mila tahu jika kini perasaan Aldi sudah sedikit berpaling ke Anna, tapi dia tak perduli. Selama Aldi masih mampu bersikap manis dan baik dengannya dia akan selalu berada di samping Aldi.

"Kamu sedang apa?" tanya Mila yang kini sudah mengalungkan tangannya ke leher Aldi.

"Lepaskan Mila." ujar Aldi sambil mencoba melepaskan tangan Mila yang sudah berada di pinggangnya.

"Lo kenapa sih Al!?" ujar Mila yang merasa kesal dengan perlakuan Aldi. "Lo kenapa? Apa sekarang lo lebih mencintai Anna daripada gue?" tanya Mila lagi, tapi Aldi masih diam tak mau perduli dengan ucapan Mila. Mila yang kesal karena dia abaikan oleh Aldi kini sudah keluar dari kamar Aldi dan menuju Kitchen island, dan duduk di salah satu kursi. "Aldi benar benar jatuh cinta pada Anna." gumam Mila sambil mengetukkan jarinya pada meja yang ada di hadapannya. "Tidak, ini tak boleh. Aku sudah mendampingi Aldi selama 6 dan hampir 7 Tahun. Aku tak mau di hempaskan begitu saja." ujar Mila lagi sambil mengambil Ponsel yang ada di tasnya dan menghubungi seseorang.

Aldi kini sedang berada di Apartemen Vio, tadi dia di hubungi oleh Vio kalau ada yang mau dia bicarakan dengannya. "Ada apa?" tanya Aldi saat dia tahu bahwa Vio menghubunginya lebih dari 10 kali.

"Lo kemana aja sialan?" gerutu Vio saat Aldi sudah duduk manis di sofa empuk miliknya.

Aldi hanya mendengus malas menjawabi ucapan Vio. "Sudahlah Vio, ada apa kau menghubungiku?" tanya Aldi tanpa mau menjawab ucapan Vio.

Vio menghela nafas lelah melihat kelakuan Aldi. "Kemarin aku bertemu dengan Anna." ucap Vio pelan.

"Benarkah? Dimana?" tanya Aldi dengan antusias ketika mendengar nama Anna. Matanya berbinar senang mirip mata anak anjing.

"Ntah itu benar dia atau tidak, tapi saat aku berada di kawasan Surabaya Utara dia terlihat memasuki salah satu Mall di sana. Mungkin dia berada di sekitar situ." ujar Vio panjang lebar. Aldi hanya menganggukkan kepalanya.

Dddrrtt.. Dddrrtt...

Saat Aldi ingin bertanya lebih lanjut, ponsel yang berada di sakunya berdering. "Bentar, gue angkat telfon dulu." ujar Aldi dan Vio hanya mengganggukkan kepalanya mengerti.

"Ada apa?" tanya Aldi kepada salah satu orang yang dia utus untuk mencari tahu di mana keberadaan Anna.

"Saya menemukannya Tuan, dia sedang berada di rumah sahabatnya. Namanya Franda." ujar si Alif dengan pasti.

"Baiklah, aku akan kesana." ucap Aldi lalu menutup telfonnya. "Alif menemukan Anna, dia berada di rumah Franda. Kenapa aku tidak tahu sama sekali ya kalau Anna dan Franda bersahabat hingga sekarang?" ujar Aldi heran.

Aldi hanya mengira jika persahabatan Anna dan Franda hanya sampai di kelas Tiga SMP saja, tapi dia sungguh tak menyangka jika Franda dan Anna sampai sekarang masih bersahabat baik.

"Baiklah, ayo kesana." ujar Vio sambil meraih jaket kulit yang ada di samping kanannya.

Aldi mengganggukkan kepalanya tanda setuju. "Kau cukup Ann, memperlakukan ku seperti ini. Kau kira aku bisa melepasmu begitu saja? Tidak Anna. Aku akan memperbaikinya, dan kau harus berada di sampingku." Aldi bergumam sendiri dalam hatinya.

Tak butuh waktu lama bagi Aldi untuk mencari tahu di mana rumah Franda. Hanya butuh waktu kurang dari 45menit, dia kini sudah berada di depan perumahan yang ada di Kota Surabaya Utara. "Ternyata dia selama ini berada di rumah Franda?" gumam Vio sambil bermain dengan ponselnya. "Kenapa aku tak berfikiran ke Franda ya?" imbuh Vio yang masih bingung.

"Karena Franda setelah kita lulus dia pindah ke Bandung Vio. Dan kini dia sudah kembali." ujar Aldi sambil melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, sedangkan Vio hanya bisa mengganggukkan kepalanya.

Kini dia sudah berada di depan rumah Franda. Rumah sederhana terdiri dari Dua lantai dan ber cat putih. "Ayo kita bawa istrimu pulang." ujar Vio semangat sambil melepaskan sabuk pengaman yang sedang menempel di tubuhnya. Aldi yang mendengar itu hanya bisa terdiam dan mengganggukkan kepalanya.

Aldi memasang wajah dinginnya dan mengamati Anna, istri yang selama ini dia rindukan. Dia tak memeluknya seperti apa yang dia inginkan, dia hanya memperhatikannya. "Ada apa kau kesini?" tanya Anna dengan menundukkan kepalanya. Dia masih belum bisa menatap mata tajam milik Aldi.

"Aku mau kau pulang." ujar Aldi dingin.

"Aku tak mau." ucap Anna dengan tenang. "Aku bahagia disini. Franda memperlakukanku dengan baik. Aku betah disini." tutur Anna panjang lebar. Ini pertama kalinya Anna berkata sebanyak itu kepada Aldi.

"Anna, pulanglah An, kau tak tahu bagaimana Aldi itu--" ucapan Vio terputus saat Aldi membungkam mulutnya.

"Baiklah, jika kau tak mau pulang. Aku cukup lega melihatmu baik baik saja dan sehat seperti ini." ujar Aldi sinis tanpa menatap mata Anna.

"Apa kau tak mengerti Al? Jika aku ingin kau bujuk lagi? Bukan hanya dengan kata kata seperti itu." lirih Anna dalam hatinya. Dia meringis, saat Aldi tak berusaha membujuknya. Dia ingin di bujuk oleh Aldi dengan kata kata yang manis. Tapi itu hanya khayalan Anna saja. "Lalu? Kenapa kau disini? Dan dari mana kau tahu tempat ini? Pulanglah Al! Aku tak mau pulang denganmu." ujar Anna sambil berdiri dan meninggalkan ruang tamu menuju ke teras rumah Franda.

"Aku pulang Ann." ujar Aldi yang kini sudah di belakang Anna.

Anna menangis dalam diam. Dia tak menjawab perkataan Aldi. "Anna, aku pulang." Aldi berkata lagi dan dia sudah memeluk Anna dari belakang. "Ayo kita pulang Ann, aku kangen masakan kamu, kangen celoteh kamu, kangen saat kau membuatku marah dan juga kangen melihatmu menuruti semua perintahku. Kita pulang ya?" Aldi berucap sungguh sungguh, dia tak menyangkal jika dia sudah mulai jatuh cinta dengan Anna, tapi dia lebih memilih menguburnya dalam dalam. Dia tak mau Anna tahu akan perasaannya. "Aku mau kita memperbaiki lagi Anna. Aku tahu, aku banyak salah kepadamu. Aku tak akan mengelak jika kau berkata aku jahat, dan tak tahu akan perasaanmu selama ini. Tapi, aku sekarang benar benar merindukanmu Anna." ujar Aldi tanpa kebohongan lagi.

Anna yang mendengar itu semua hanya bisa menggigit bibir bawahnya dalam dalam agar isakannya tak terdengar oleh Aldi. Tapi bukan Aldi namanya jika dia tak tahu bahwa gadisnya kini sedang menangis. "Jangan menangis lagi Ann. Aku akan berubah, aku janji." ujar Aldi sambil menyeka setiap tetes air mata yang menetes di pipi mulusnya Anna.

Aldi memasukkan Anna dalam pelukannya, pelukan hangat yang pernah Anna rasakan saat dia melakukan hubungan malam itu. "Aku tak mau ke Penthouse mu lagi, aku mau tinggal di apartemen yang kau tempati selama seminggu terakhir." lirih Anna di dalam pelukan Aldi. Aldi terdiam dia selama ini tak pernah membawa perempuan lain masuk kedalam Apartemen miliknya. Bahkan saudara perempuannya saja tak pernah dia beri alamat apartemen pribadinya. "Kenapa? Tak mau?" tanya Anna sambil mendongakkan kepalanya.

"Baiklah, jika itu memang keinginanmu. Kita akan kesana malam ini juga." ujar Aldi sambil menyisir anak rambut Anna yang panjang.

Vio dan Franda yang berada di ruang tamu hanya bisa tersenyum lega setelah memdengar ucapan Aldi. "Mereka Akhirnya jujur atas apa yang mereka rasakan." ujar Franda yang berada di samping kiri Vio.

Aldi dan Anna telah berada di depan apartemen Aldi, tangan Anna tak pernah dia lepaskan. Satu yang dia takutkan, takut akan kehilangan Anna seperti tiga hari yang lalu. "Lepas Al, aku tak akan kabur lagi." ujar Anna saat Aldi mengajaknya masuk tanpa melepaskan tautan jemarinya.

"Tidak! Aku tak mau kehilangan kamu lagi." ujar Aldi dengan senyuman yang kini menghias di bibirnya. "Apa kau tahu? Kau adalah wanita pertama yang berhasil masuk di apartemenku." ujar Aldi saat dia sudah berada di dalam apartemen pribadinya.

Anna tak percaya, dia menoleh ke arah Aldi untuk sekedar mencari kebohongan di sana. "Tidak Mungkin." ujar Anna spontan. Yah, maklum jika Anna tak percaya jika dia adalah wanita pertama yang masuk kedalam apartemen Aldi. "Lalu Mila?" tanya Anna sambil menatap manik mata Aldi.

"Mila tak pernah aku ajak kesini." ujar Aldi jujur, "Dia hanya menjadi status palsu saja." ujar Aldi jujur. Anna tak percaya dengan ucapan Aldi, dia lagi-lagi mencari kebohongan di mata Aldi. Tapi tetap saja tak menemukannya. "Dulu, saat masa masa SMP aku telah jatuh hati kepada seorang gadis, dia ceria, hangat, lucu, dan juga cantik." Aldi menjeda ucapannya dan melihat reaksi Anna. Dan benar saja, kini senyuman yang ada di bibir Anna menghilang, berubah menjadi wajah masam.

"Lalu, kenapa kau tak menyatakan perasaanmu kepadanya?" tanya Anna sambil meremas dress selutut yang dia kenakan. Anna sebenarnya tak suka dengan pakaian seperti itu, tapi karena di rumah Franda hanya ada pakaian itu, jadi dia memutuskan untuk memakainya.

Aldi tersenyum mendapati Anna yang sedang cemburu. "Sebenarnya aku ingin mengungkapkannya. Tapi, waktu itu di kantin sekolah dia bicara dengan sahabatnya jika dia tak mencintaiku. Padahal aku sangat yakin jika dia menyimpan perasaan cinta kepadaku sejak lama." ujar Aldi dengan ekor mata yang melihat reaksi Anna. "Jadi, terpaksa aku menyatakan perasaanku kepada Adik kelasku. Dan itu Mila. Aku pernah berkata kepada Vio, jika Mila itu juga tak lumayan buruk. Tapi jika di bandingkan dengan gadis yang aku cintai, Mila tak ada apa apanya." perkataan yang Aldi ucapkan memang dengan sengaja untuk membuat Anna menangis.

"Lalu, bagaimana dengan perasaanmu kepada gadis itu?" tanya Anna dengan nada serak. Aldi yakin jika Anna sedang menggigiti bibir bawahnya agar suara isakannya tak terdengar olehnya.

"Aku hanya memperhatikannya dari belakang, melihat saat doa tertawa, saat dia tersenyum, saat dia bahagia, dan juga saat dia..." Aldi menggantung perkataannya dan menghampiri Anna yang tertunduk sambil beruraian air mata. "Menangis." ucap Aldi sambil menangkup wajah Anna lalu menghapus butiran bening yang mengalir deras di pipinya. "Kamu kenapa menangis? Apa aku berbuat salah?" goda Aldi kepada Anna.

Anna masih meneteskan air matanya. Dan menggeleng kuat. "Tidak, kau tak berbuat salah." ucap Anna sambil menghapus air mata yang masih menggantung di kelopak matanya. "Aku saja yang terlalu terbawa perasaan mendengar ceritamu." ujar Anna sambil menurunkan tangan Aldi dari wajahnya.

"Anna. Apa kau tak ingin tahu siapa gadis itu?" tanya Aldi yang kini sudah duduk di sebelahnya sambil menatapnya dengan tatapan tajam.

Anna tak habis fikir dengan ucapan Aldi. Untuk apa dia ingin tahu gadis mana yang Aldi sukai? Bahkan gadis itu mampu menembus hati Aldi yang dingin. Seakan otak dan tubuhnya tak ingin bekerja sama. Otaknya ingin sekali marah dan memukul Aldi, tapi tubuhnya mengangguk pertanda jika dia ingin tahu siapa gadis itu.

Aldi tersenyum puas dan penuh dengan kemenangan. "Dia adalah teman satu kelas kita." ujar Aldi dan itu sukses membuat Anna kembali merasakan hatinya seperti ada yang meremasnya. "Namanya.." Aldi menatap Anna dengan menahan tawanya. Ingin sekali dia tertawa terbahak atas apa yang dia lakukan kepada Anna hari ini. Tapi dia harus menahannya.

"Dia itu kamu Anna." ujar Vio yang sudah sedari tadi di ambang pintu masuk apartemen Aldi. Aldi yang merasa terganggu atas kehadiran Vio hanya bisa mendengus kesal kearah Vio. "Aldi sudah mencintaimu saat pertama kali kau masuk ke dalam kelas kita Anna. Dia terus memandangmu, bahkan dia ikut berjalan denganmu. Melewati setiap jalanan setapak yang kau lalui. Dia selalu bercerita kepada teman temannya jika wanita yang dia sukai itu sangat sederhana, jadi dia---" ucapan Vio terpotong karena Aldi menutup mulut ember Vio dengan tangannya.

"Sudah sana bawakan pakaian Anna. Aku malas mendengar celotehanmu." ujar Aldi di luar Apartemennya.

Aldi tak habis fikir, bagaimana bisa dia mempunyai sahabat seperti Vio. Aldi melirik Anna dan Anna sudah kembali mengulas senyuman di bibirnya. Anna puas dengan ucapan Vio. Aldi mencintaiku, sejak lama. Ujar Anna dalam hati.

"Yang di katakan Vio itu sama sekali tida---" ucapan Aldi terputus karena Anna telah mencium bibir Aldi. Awalnya hanya sebuah ciuman kilat yang Anna berikan tapi saat Anna hendak melepas ciuman itu Aldi menahan tengkuk Anna dan membawa Anna kedalam kamarnya. Dia tak perduli jika Vio datang kembali untuk memaruh barang yang Anna bawa kerumah Franda, yang pasti dia kini merindukan istrinya. Istri yang selalu sukses menyitah fikirannya dan juga sukses memancing emosinya.

BERSAMBUNG

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!