Verga Marchetti menyetujui pilihan ayahnya untuk menikahi putri salah satu relasi mereka. Belinda Antolini yang cantik, pendiam dan penurut. Namun di malam pernikahan, Verga menyadari istri barunya tidaklah sediam yang ia kira. Gadis itu penuh rasa ingin tahu, punya gairah yang besar, juga menikmati aktifitas pengantin baru sepenuh hati.
Kegembiraan dan kebahagiaan Verga tidak bertahan lama, karena keesokan hari ketika ia membuka mata, istrinya sudah pergi. Meninggalkan dirinya, juga pernikahan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DIANAZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Belinda Friend
Belinda berjalan keluar perlahan dari dalam gedung teater. Ketika ponselnya berdering, ia memilih keluar sebentar untuk menghirup udara malam sambil menerima telepon.
Angin yang sedikit kencang menerbangkan ujung mantel Belinda, Bel berdiri di pinggir trotoar, memindahkan posisi ponselnya dari telinga kanan ke telinga kiri. Telepon itu berasal dari Nyonya Helena, seorang wanita tua yang tinggal di sebelah rumah sewa Bel di kota Bucket Of Lavender. Mereka sudah lumayan akrab sebagai tetangga baru.
"Benar, Nyonya. Saya akan menginap di BYork."
Bel mendengar balasan wanita tua itu. Mengatakan sudah menghidupkan lampu di beranda depan rumah Belinda, lalu beberapa kalimat lain yang tidak lagi terdengar oleh Bel karena kedua matanya terpaku pada pemandangan di seberang jalan.
Di seberang jalan besar dua jalur tersebut, Bel menatap terpana. Seorang pria tampak berdiri di samping sebuah mobil hitam, terlihat sedang berbicara dengan seseorang yang berada di tempat duduk di bagian belakang mobil. Salah satu lengan pria itu berada di atas atap mobil, Kemudian pria itu mundur sedikit, menutup pintu mobil dan melambai seiring mobil hitam yang mulai melaju pergi.
Pria yang mengenakan kaos putih lengan panjang tersebut berjalan mendekat ke sebuah mobil lain. Rambut hitamnya yang sedikit panjang tertiup angin menutupi pipi dan bagian wajahnya. Namun, gerakan pria itu membuat Belinda teringat pada suaminya. Cara kedua kaki yang dibalut celana jeans berwarna biru itu melangkah, lalu gerakan tangan dan tubuhnya secara keseluruhan.
"Dia begitu mirip," bisik Belinda.
"Apa? Stella, kau bilang apa?" tanya Nyonya Helena.
"Oh, tidak, tidak. Aku bukan bicara padamu, Nyonya," ucap Bel sambil tertawa. "Maaf aku merepotkanmu, Nyonya." tambahnya lagi.
"Tak apa. Itu gunanya bertetangga. Kau hanya lupa. Selamat bersenang-senang di BYork, Stella."
"Terima kasih, Nyonya. Aku pulang besok."
"Ya. Hati-hati, Sayang. Daah."
"Dahhh. Terima kasih, Nyonya."
Mata Belinda menatap hingga mobil hitam yang dikendarai pria berkaos putih tadi menghilang. Hatinya merasa sedih, Bel menyadari di dalam hati, ia ingin melihat lagi suaminya yang tampan.
Apa ini arti merindu? Kenapa seolah-olah aku terus melihatmu ... semua jadi mirip dirimu ....
Belinda memasukkan ponselnya ke dalam kantong mantel. "Semakin jauh darinya, mantra pria itu bukannya memudar. Malah semakin kuat melilitku ... sepertinya aku mulai berhalusinasi ... semua pria dengan tinggi dan sosok yang gagah mulai terlihat seperti Verga Marchetti ...." Belinda mengembuskan napas panjang," sebaiknya aku masuk saja ...," ucapnya sambil berbalik dan kembali melangkah masuk ke gedung teater.
**********
Benjamin menggenggam ponsel sambil berkacak pinggang di depan dinding kaca kamar hotel, hanya mengenakan lilitan handuk di pinggang. Ia baru saja selesai mandi, setelah pulang dari pertemuan dengan Verga Marchetti, lalu ponselnya berdering dan ia mendapatkan kabar baik dari anak buahnya, sekaligus sebuah email yang membuka jalan untuk mencari Belinda.
Ben menatap kilau cahaya lampu-lampu jalan di kejauhan. "Aku akan menemukanmu, Bel ...," desis Benjamin.
Setelah diam dan berpikir beberapa saat, Benjamin kembali melihat ponselnya. Ia menekan sebuah nomor, telepon Mansion Belinda di pulau ladang jagung. Tidak menunggu lama, suara Siena langsung terdengar.
"Kediaman Antolini, selamat malam," ucap Siena.
"Siena. Ini aku."
Siena langsung tahu itu suara tuannya.
"Staf Tuan sudah menemui saya," ujarnya langsung.
"Aku akan terbang ke sana besok pagi-pagi."
"Apakah saya perlu membawa Vito Linardy ke Mansion, Tuan? "
"Tidak, Siena. Tidak. Jangan melakukan apapun. Aku tidak mau pria itu tahu, lalu pergi melarikan diri."
"Dia tidak akan berani, Tuan. Ibu dan adik-adiknya semuanya ada di sini. Mereka semua bekerja pada Tuan. Vito akan melakukan apapun yang Tuan suruh."
"Aku tidak akan menyuruhnya melakukan apapun, Siena. Aku hanya butuh beberapa informasi darinya."
"Saya sudah memberitahu semua yang saya ketahui pada staf Tuan."
"Aku tahu ... kau yakin hanya Vito orang yang sering Belinda temui sebelum ia menikah?"
"Sangat yakin, Tuan. Saya berteman dengan ibu Vito. Kadang saya membuntuti Nona Bel ketika pergi ke rumah Linardy, lalu ketika Nona pulang, saya akan menemui ibu Vito. Ia menceritakan semuanya, kegiatan Nona Bel di rumah itu."
"Benar dia hanya belajar memasak?"
"Ya, Tuan."
"Ia berteman dengan Vito?"
"Ya."
"Baiklah. Aku ke sana besok, Siena."
"Ya, Tuan."
Benjamin mengakhiri panggilan, ia membuka kembali sebuah email yang dikirim anak buahnya. Semua hal tentang Vito Linardy. Tentang kepergiannya beberapa hari yang lalu. Pria itu sekarang memang sudah ada di pulau, membantu ibunya memanen jagung. Namun, ada sedikit fakta tentang kepergian Vito dari pulau satu hari sebelum pernikahan Belinda dan kembali beberapa hari setelah pernikahan Bel.
Benjamin sengaja mengatakan pada Verga bahwa ia baru mau memulai penyelidikan dari Siena, yang sebenarnya adalah ia sudah melakukannya. Namun, ia menyimpan semua informasi yang ini dari Verga.
"Aku lupa ... kau hanya diajari bagaimana jadi anak dan adik yang penurut. Belum diajari bagaimana jadi istri yang penurut! Kau akan menyesal telah berniat membuat dua keluarga ini malu, Bel ...."
Benjamin melangkah ke sebuah meja dimana ada sebuah gelas berisi air putih. Ia meneguk minuman itu sampai habis sebelum bicara lagi pada dirinya sendiri. "Kau akan belajar dan berurusan denganku sebelum kau kukembalikan pada Marchetti!"
**********
From Author,
Jangan lupa dukungannya dengan tekan like, love, bintang lima, dan Vote serta komentar ya. Sebelumnya author mengucapkan terima kasih.
Salam. DIANAZ.
suka sekali gaya tulisan kak Di, enak dibaca, detail seolah kita melihat bukan membayangkan ❤️❤️❤️❤️❤️
terima kasih ya kak , ditunggu karya2 selanjutnya 😍😍😍😍