Demi balas dendam pada orang-orang yang sudah menjualnya, Aradella terpaksa setuju untuk menikah dengan Devandra, seorang CEO yang dingin dan arogan. Sebuah kisah pernikahan pilu tanpa adanya cinta.
Ketika cinta mulai menyatukan mereka, tiba-tiba saja seorang wanita lain datang mengaku sebagai tunangan Devandra.
~Follow Instagram @asti.amanda24
~Facebook : Asti Amanda
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asti Amanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27: Benar Jatuh Cinta?
...🌷•|| Beri like dan komen ||•🌷...
Bu Panti mengajak Ella masuk sebentar untuk diajak mengobrol. Seperti biasa, anak-anak di dalam panti antusias mengerumuni Ella. Ada juga yang seumuran dengan Maysha. Ada pula yang sudah lebih dari 10 tahun. Ella begitu senang disambut oleh anak-anak panti asuhan.
Tapi tidak untuk Devan, yang tidak masuk dan malah mengintip di dekat pintu. Takut jika dirinya juga dikerumunin dan membuat pakaian kantornya kotor dengan tangan-tangan mungil anak-anak panti.
"Dejhiiiiiii!!"
Teriakan Maysha yang memanggilnya barusan malah membuat anak-anak panti yang di dekat Ella langsung menoleh ke arah pintu. Alhasil, Devan tersentak menerima tatapan-tatapan dari anak-anak panti.
Seketika itupun, anak-anak tersenyum lebar segera berlarian ke arah Devan. Begitu senangnya ada orang lain yang berkunjung selain Ella, apalagi orang itu tampan membuat anak-anak menyukainya. Kedua mata Devan membola segera melangkah mundur. Tau jika dirinya pasti akan digebukin sama anak-anak panti.
"Ya ampun, ini gara-gara Maysha!" pekik Devan lari terbirit-birit ke arah Maysha yang lagi bermain dengan Hansel. Anak-anak yang seusia Maysha juga ikut berlari mengejar Devan. Sungguh lucu aksi kejar-kejaran dari Presdir ini yang mencoba menghindari anak-anak panti.
"Pffft ... ahahahaha, Dejhi cakuh!" tawa Maysha pecah menunjuk Devan. Hansel yang ikut melihatnya hanya bisa senyum-senyum sendiri.
"Ella! Tolongin aku! Suruh mereka berhenti mengejarku!" teriak Devan pada Ella. Ella berdiri lalu melihat ke arah jendela. Ella menutup mulutnya melihat Devan dikejar-kejar anak panti.
"Pffft ... dia lucu juga." Ella menahan tawanya. Kali ini pandangan Ella terhadap Devan semakin dalam. Ella berpikir Devan akan membentak anak-anak tapi malah lari bagaikan anak ayam yang dikejar-kejar komodo. Ella yang asik menonton Devan, kembali terkejut melihat Devan berhenti dan malah berbalik menatap anak-anak. Devan tersenyum menyeringai ingin mengejar balik.
"Aaaaaa ... Om-nya marah! Kaburrr!" seru anak-anak panti berhamburan takut ditangkap.
"Sekarang giliranku! Sini kalian!" Devan langsung menerjang anak-anak mencoba menangkapnya. Tawa Maysha semakin pecah melihat aksi kejar-kejaran yang begitu menyenangkan. Maysha dan anak-anak yang bersamanya ikut bermain dengan Devan. Ella dan Ibu panti yang melihatnya hanya tertawa kecil.
"Dejhiii! Maysha dacang!" teriak Masya lompat bagaikan ingin menerkam Devan. Hansel dan Ella membola melihat aksinya, apalagi Devan yang belum siap langsung jatuh ke tanah.
Gedubrak!
Pantat Presdir jutek ini akhirnya berhasil mencium tanah. Semua anak-anak menertawai Devan yang kesal sedang mengelus pantatnya. Maysha yang lagi menindih Devan hanya cekikikan saja. Hansel dan Ella serta Ibu panti cuma bisa geleng-geleng kepala melihat kejahilan Maysha.
"Ahahaha, Om orangnya lucu." tawa anak-anak puas melihat Devan.
Tatapan Devan langsung tajam menatap anak-anak panti begitupula kepada Maysha. Devan berdiri dan mulai mengamuk.
"Aaaa, aku tidak akan biarkan kalian lari dariku!" murka Devan kembali mengejar. Nampaknya Devan mulai menyukai mereka. Anak-anak tertawa sambil berlari kabur diikuti Maysha juga.
"Pfft ... aku sudah salah mendungganya. Ternyata sejutek apa-pun dia, dia ternyata masih bisa tertawa lepas begini." gumam Ella duduk kembali bersama Ibu Panti.
"Nak, Ella. Ibu benar-benar bahagia mendengar kamu sudah menikah. Apalagi Suamimu sepertinya orang yang baik. Ibu cuma berharap kau tidak melupakan adik-adikmu di sini." kata Ibu panti tersenyum. Ella menunduk, ia sebenarnya ragu juga dengan pernikahan ini.
"Bu, sebenarnya ...." Ella ragu untuk bicara.
"Hm ... kenapa, Nak Ella?"
"Aku senang bisa ke sini lagi, Bu," jawab Ella dengan kedua matanya yang mulai berair. Gadis ini sudah lama ingin bebas dari cengkraman Ibu tirinya, dan tanpa sengaja kebebasan itu datang dari Presdir Devan yang membelinya di pelelangan.
"Sudah lama, aku ingin ke sini. Sekarang, aku sudah melihat mereka." lanjut Ella menyeka air matanya.
"Sudah, tidak usah menangis. Kamu harus syukuri hidupmu sekarang. Suamimu bisa mengantarmu datang kemari." Ibu panti mengelus lengan Ella. Ella melihat Devan, lalu memeluk Ibu panti. Tangis mulai terdengar. Ella menangis, benar-benar bahagia hari ini.
"Sudah, sudah. Kamu ini jangan terlalu lemah. Usahakan kuat melewati Ibu tirimu." kata Ibu panti mengelus punggung Ella. Ella mengangguk lalu meraih tangan Ibu panti.
"Terima kasih, Bu," ucap Ella mencium tangan Ibu panti. Begitulah Ella, gadis yang sopan dan sangat menghargai Ibu panti.
"Oh ya, Bu. Aku mau katakan, kalau setelah aku berhasil rebut rumah peninggalan ayahku. Aku mau Ibu dan anak-anak pindah ke sana. Ibu mau, kan?" tawar Ella membuat Ibu panti sangat terkejut. Ibu panti langsung memeluk Ella. Hatinya begitu suci mau membantu para anak yatim piatu.
"Nak, Ella. Ya Tuhan, kenapa kau baik sekali, Nak." tangis Ibu panti.
"Tidak apa-apa, Bu. Mereka sudah aku anggap sebagai adik-adikku. Ibu tidak usah kuatir lagi dengan tempat ini." kata Ella mengelus punggung Ibu panti. Kedua perempuan ini saling memeluk terharu. Melihat sikap Ella membuat Hansel yang berdiri di depan rumah hanya tersenyum saja. Merasa Ella gadis yang memang baik.
"Dejhi ... sini kejay kami!" teriak Maysha diantara anak-anak lainnya. Devan sudah lelah tapi ia juga keasikan. Devan mengejar mereka kembali. Tapi na'asnya, Devan malah bertabrakan dengan Ella yang sedang berjalan.
Gedubrak!
Keduanya jatuh ke tanah. Anak-anak membola kaget, melihat Ella menindih Devan. Begitupula Devan dan Ella yang kini saling bertatapan langsung berdiri. Rasanya pantat Devan ingin remuk setelah jatuh dua kali. Tapi rasa jatuh ke dua ini lumayan membuat Devan dan Ella tersipu malu. Wajah keduanya memerah atas kejadian barusan.
"Ihihi, Dejhi sama Bun-nah malu-malu cucing!" tawa Maysha disertai anak-anak yang lainnya.
"Ekhm, apa kamu memang sengaja menabrakku?" Devan kembali bersikap tegas.
"Lho, kok aku?" Ella menunjuk dirinya merasa dirinya yang salah.
"Ya, kalau saja kau tak keluar. Aku juga tak akan jatuh begini!" Ketus Devan tak karuan.
"Ih, apaan sih! Kok aku yang disalahin!" gerutu Ella dalam hati. Devan menatap tajam Ella, begitupun Ella juga tak mau kalah ditatap begitu.
"Ekhm," Hansel mendehem.
"Presdir, Nona. Ini waktunya kita pulang. Masih ada urusan yang harus kita selesaikan hari ini." lanjut Hansel tersenyum melihat Devan dan Ella sedang perang dingin.
"Yah, jadi Kak Ella akan pulang ya?" anak-anak langsung sedih.
"Eh," Ella segera melihat anak-anak panti.
"Kalian jangan sedih, kakak lain kali akan ke sini lagi." lanjut Ella tersenyum.
"Iya, May-maysha juga mawu ke sini. Kaliyan jangan cedih." kata Maysha berdiri di dekat Devan. Anak-anak kembali senang mendengarnya.
"Ibu, aku pergi dulu." Ella pamit ke Ibu panti lalu pergi bersama Devan. Tapi sebelum naik ke mobil. Devan malah mengeluarkan sebuah kardus besar. Berisi mainan baru.
"Tunggu, kalian di sini dulu." Devan masuk ke panti lalu memanggil Ibu panti. Devan memberikan kardus itu pada Ibu panti agar bisa jadi mainan hiburan. Ella menyentuh dadanya, rasa itu kembali muncul melihat Devan menyumbangkan mainan baru milik May-maysha.
"Sekarang ... ayo kita ke rumahmu." ajak Devan ingin masuk ke mobil. Tapi terhenti setelah melihat Ella menangis.
"Eh, kamu kenapa?" tanya Devan heran begitupun Hansel dan Maysha.
"Kenapa ... kenapa kau lakukan ini, kenapa kau malah baik pada anak-anak panti ini. Apakah kau tidak malu memberikannya pada mereka?" tangis Ella sungguh tak percaya dirinya terharu. Devan tersenyum lalu menyentuh kepala Ella.
"Mereka sudah menghibur keponakanku, tentu aku harus memberi mereka hadiah. Kebaikan dibalas kebaikan." ucap Devan begitu tulis. Ella melihatnya dan tanpa pikir panjang, gadis ini malah memeluk Devan dan menangis sejadi-jadinya.
"Ter--terima kasih," lirih Ella dalam isakannya. Devan membalas pelukan Ella. Rasanya begitu tentram setelah berbuat baik. Devan pun menarik Ella masuk ke dalam mobil lalu melambai ke anak-anak. Mobil pun pergi meninggalkan rumah panti asuhan. Devan melirik Ella yang sedang mengusap wajahnya. Kini rasa itu benar-benar mulai tumbuh di dalam hatinya.
"Apa aku mulai jatuh cinta padanya?"
..._____...
...Mau crazy up?...
...Yuk Vote dan share cerita ini🤗...
yg bener masuk ke dalam selimut atau ke dlm bed cover...