"Jika ada kesempatan kedua, maka aku akan mencintai mu dengan sepenuh hatiku." Kezia Laurenza Hermansyah.
"Jika aku punya kesempatan kedua, aku akan melepaskan dirimu, Zia. Aku akan membebaskan dirimu dari belengu cinta yang ku buat." Yunanda Masahi Leir.
Zia. Cintanya di tolak oleh pria yang dia sukai. Malam penolakan itu, dia malah melakukan kesalahan yang fatal bersama pria cacat yang duduk di atas kursi roda. Malangnya, kesalahan itu membuat Zia terjebak bersama pria yang tidak dia sukai. Sampai-sampai, dia harus melahirkan anak si pria gara-gara kesalahan satu malam tersebut.
Lalu, kesempatan kedua itu datang. Bagaimana akhirnya? Apakah kisah Zia akan berubah? Akankah kesalahan yang sama Zia lakukan? Atau malah sebaliknya.
Yuk! Ikuti kisah Zia di sini. Di I Love You my husband. Masih banyak kejutan yang akan terjadi dengan kehidupan Zia. Sayang jika dilewatkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#27
Bibirnya yang suka bertindak sendiri memang sulit untuk dia cegah. Begitulah kenyataannya. Saat benaknya berpikir, maka bibir itu akan langsung mengucap. Itulah kenapa, Zia suka memanggil Yunan dengan panggilan kakak atau tuan muda. Dia berucap dengan apa yang ada dalam pikirannya saja.
*
Selesai sarapan, mereka kembali ke kamar. Kali ini, bukan kamar tidur Yunan. Melainkan, kamar yang ada di lantai dua. Di sana terdapat balkon yang memberikan pemandangan yang sangat indah. Balkon yang langsung memperlihatkan keindahan taman dari lingkungan vila tersebut.
"Mau bicara apa, Zia?"
"Kak Yunan. Aku ingin kamu jujur padaku tentang sebuah kenyataan. Katakan padaku, kamu juga terlahir kembali, bukan?"
Deg. Jantung Yunan tiba-tiba berhenti berdetak sesaat. Wajahnya terlihat sedikit terkejut. Bibirnya sedikit terbuka, tapi tidak bisa ia gerakkan. Sebaliknya, Zia terus menyampaikan apa yang ingin bibirnya katakan.
"Mengaku lah padaku, kak Yunan! Kamu juga terlahir kembali, dan ingat semua yang terjadi di masa lalu. Benar begitu, bukan?"
Sesaat terdiam, Yunan akhirnya berucap. "Apa yang kamu katakan, Zia? Kenapa bicaranya malah ngelantur. Jangan bicara yang tidak-tidak. Mana mungkin ada-- "
"Jangan berbohong padaku, kak. Aku yakin, kamu juga terlahir kembali. Jika tidak, bagaimana kamu bisa tahu apa yang aku sukai. Bagaimana kamu bisa membuat aku mendengarkan kata-katamu. Dan, yang terpaling penting, bagaimana kamu bisa menghindar dari pertemuan kita malam itu. Jika kamu tidak mengalami hal yang sama dengan ku, maka takdir di kehidupan yang telah lalu pasti akan terulang kembali."
Yunan masih terdiam. Benaknya masih mempertimbangkan apa yang harus dia ucap. Hatinya masih berada dalam dilema yang dalam. Haruskah dia mengaku? Atau, tetap menyangkal dengan keras?
"Kak Yunan. Katakan, kak! Katakan padaku kalau kamu juga terlahir kembali."
Pada akhirnya, bibir Yunan malah berucap. "Iya. Aku memang terlahir kembali, Zia."
Zia terdiam sejenak setelah telinga mendengar jawaban yang Yunan berikan. Matanya menatap lekat wajah Yunan yang ada di sampingnya.
"Sudah ku duga." Zia menarik napas berat. "Kau tahu, malam itu aku sudah menunggumu selama berapa jam, kak Yunan?"
"Malam? Malam itu .... "
"Aku menunggu mu hampir lima jam. Berputar-putar di lorong kamar hotel tempat kita bertemu di kehidupan yang lalu. Aku sudah menunggu kamu sangat lama, tapi kamu tidak juga muncul. Aku menolak kenyataan bahwa kamu tidak datang malam itu, kak. Aku mengabaikan apa yang orang lain katakan. Aku ingin bertemu dengan mu. Aku terus menunggu dengan penuh harap. Kenapa kak Yunan? Kenapa kamu tidak datang malam itu, hm?"
Sungguh, hati Yunan merasa sangat bersalah sekarang. Tapi, keyakinan yang ada dalam hatinya membuat dirinya kuat untuk berucap. "Karena aku sudah berjanji untuk melepaskan dirimu di kehidupan ini, Zia. Karena itu, aku memilih untuk menjauh. Aku memilih untuk tidak bertemu dengan mu malam itu."
Zia tersenyum perih. "Aku tahu, kesalahan ku di masa lalu membuat kamu merasa tidak nyaman. Tapi kak Yunan, apakah tidak akan pernah ada kesempatan untuk kita memulai lagi? Aku ingin kamu memberikan aku satu saja kesempatan untuk membuktikan, kalau kehidupan ini, aku akan mencintaimu dengan sepenuh hatiku."
"Tapi aku rasa, itu tidak mungkin, Zia?"
"Kenapa tidak mungkin? Apa karena sekarang, kamu sudah punya kehidupan yang baru, kak? Apa karena, kamu sudah punya tunangan sekarang?"
Zia menatap Yunan dengan tatapan lekat. Begitu pula Yunan. Keduanya saling tatap sekarang. Tentunya, dengan pikiran mereka masing-masing. Benak mereka sedang bekerja keras untuk berpikir.
Gambaran kehidupan masa lalu langsung terbayang di benak Yunan. Walau hatinya masih sangat ingin bersama Zia, tapi ingatan masa lalu membuat perasaannya takut.
"Berikan aku satu kali saja kesempatan, kak. Ku mohon."
"Maaf, Zia. Aku tidak bisa."
"Kenapa?" Zia bertanya dengan wajah sedih.
"Aku sudah berjanji untuk melepaskan dirimu di kehidupan ini. Maka aku akan melakukannya."
"Tapi aku juga berjanji, kak Yunan. Aku telah berjanji, jika ada kehidupan kedua, maka aku yang akan mencintaimu."
"Zia. Ayo saling melepaskan."
"Tapi kenapa? Apakah kita benar-benar tidak bisa mencoba?"
"Ini adalah pilihan terbaik untuk kita, Zia. Aku tidak cocok untukmu. Kita tidak ditakdirkan untuk bersama."
Hati Zia benar-benar terasa sangat perih. Dia tatap wajah Yunan dalam-dalam. Zia berusaha mengukir senyum kecil di bibirnya. Itu senyum pahit, bukan bahagia.
Zia tarik napas berat. "Baiklah, kak Yunan. Jika itu yang kamu katakan, maka aku akan terima. Terima kasih banyak untuk segalanya. Untuk cinta di kehidupan sebelumnya, juga untuk luka di kehidupan kedua. Semoga kali ini, kamu bahagia."
Gegas Zia beranjak setelah berucap. Langkah kakinya semakin besar setelah melewati Yunan. Lalu, setelah keluar dari kamar, Zia tidak lagi berjalan dengan langkah besar, melainkan, berlari secepat yang ia bisa.
Sambil berlari, Zia berusaha keras untuk menahan air mata agar tidak jatuh. Tapi sayangnya, air mata itu tetap tumpah. Sedangkan Yunan, pria itu terdiam membatu di kamar.
Sejujurnya, yang sakit bukan hanya Zia. Melainkan, Yunan juga. Kehidupan masa lalu yang sudah dia lewati membuatnya merasa takut untuk memulai hubungan yang baru. Padahal, hatinya sangat tidak rela untuk kehilangan gadis tersebut. Tapi, rasa takut itu sungguh sangat nyata.
Yunan menggenggam erat kedua tangannya.
"Apa yang telah aku lakukan?"
"Zia!"
...
Beberapa hari setelah kejadian itu, Yunan tidak lagi melihat Zia. Bahkan, di kantor, gadis itu juga tidak pernah terlihat lagi. Semakin hari, Yunan semakin merasa hampa.
"Deswa. Apa Zia-- "
"Tuan muda. Saya punya kabar penting. Maaf, barusan, tuan muda ngomong apa?"
"Gak. Lanjutkan, kabar apa yang kamu punya."
"Ee ... baru saja saya terima laporan dari staf bahwa Zia sudah resmi mengundurkan diri."
Pluk! Pulpen yang Yunan pegang langsung terjatuh ke lantai. Wajahnya terlihat sangat kaget. "Zia, sudah resmi mengundurkan diri? Kapan?"
"Baru saja, tuan muda."
"Baru saja? Kok bisa? Kenapa aku tidak tahu? Tidak. Bukankah surat pengunduran diri harus lewat persetujuan dariku baru bisa dianggap sah?"
"Anu ... itu ... tuan muda. Nona Zia sekarang hanya staf biasa. Jadi, surat pengunduran dirinya tidak perlu persetujuan dari tuan muda lagi. Dia hanya perlu mengajukannya, lalu semuanya beres."
Prak! Yunan langsung memukul meja dengan kedua tangannya. "Tidak berguna. Benar-benar sia-sia." Kesal Yunan bukan kepalang.
"Kumpulkan semua anggota kepala staf ke ruang rapat. Aku ingin bicara."
"Ba-- baik, tuan muda."
Deswa bergegas beranjak untuk melakukan apa yang Yunan perintahkan. Dalam hati, pria itu berucap. 'Gawat, tuan muda benar-benar sedang marah sekarang. Habislah! Hari-hari selanjutnya tidak akan terasa damai di kantor ini. Ya Tuhan ... benar-benar menyeramkan.'