NovelToon NovelToon
Bukan Menantu Biasa

Bukan Menantu Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Saudara palsu
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Wahyuni Soehardi

Amira menikah dengan security sebuah pabrik di pinggiran kota kecil di Jawa Timur. Awalnya orang tua Amira kurang setuju karena perbedaan status sosial diantara keduanya tapi karena Amira sudah terlanjur bucin maka orang tuanya akhirnya merestui dengan syarat Amira harus menyembunyikan identitasnya sebagai anak pengusaha kaya dan Amira harus mandiri dan membangun bisnis sendiri dengan modal yang diberikan oleh orang tuanya.

Amira tidak menyangka kalau keluarga suaminya adalah orang-orang yang toxic tapi ia berusaha bertahan sambil memikirkan bisnis yang harus ia bangun supaya bisa membeli rumah sendiri dan keluar dari lingkungan yang toxic itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyuni Soehardi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 27

Ani segera melarikan motornya menuju jalanan yang becek karena hujan semalam. Di perempatan jalan bunyi klakson membuatnya menoleh. Ternyata Yansen telah menunggunya dan mereka mengendarai motor beriringan.

Sesampainya di tempat parkir mereka memarkir motor bersisian.

Sepasang mata memandang mereka berdua dengan penuh kebencian.

Ani dan Yansen berjalan menuju kelas masing-masing.

Sebelum Ani masuk kelas dia sudah dicegat oleh beberapa orang.

“Tolong minggir aku mau masuk,” kata Ani.

Tapi Caroline tidak bergeming “kamu ini cukup bebal rupanya, sudah diperingatkan jangan dekat-dekat dengan Yansen masih berani dekat-dekat bahkan berani mengajak Yansen makan berduaan di kedai pancake dasar jalang tidak tahu diri.”

“Lebih baik ucapanmu itu kamu sampaikan langsung sama Yansen biar dia tidak lagi mengajakku makan atau bareng lagi pulang sekolah. Percuma kamu ngomong sama aku toh Yansen juga ga mau denger kalau aku suruh menjauh.” Bantah Ani.

“Berani sekali kamu anak baru kurang ajar” Caroline marah sambil tangannya terulur menjambak rambut Ani.

Ani terhuyung kekanan dan kekiri karena tarikan di rambutnya di tarik kuat-kuat ke kanan dan ke kiri.

“Lepaskan” suara bariton membuat Caroline menghentikan aksinya.

“Apa yang kau lakukan Caroline, ada masalah apa kau sama Ani?” Tanya Yansen.

“Dia perempuan jalang yang tidak pantas berada di dekatmu.” Teriak Caroline.

“Lalu menurutmu siapa yang kau anggap pantas berada di dekatku? Tanya Yansen.

“Ya perempuan sepertiku lah kita kan selevel bukan anak udik miskin macam dia?”

“Kata siapa kau lebih pantas disisiku? Perempuan kasar macam preman pasar kok merasa pantas. Ga ada laki-laki di dunia ini yang suka denganmu kecuali yang sama-sama preman suka menindas, suka menghajar orang seenaknya. Ini kali terakhir kau menyakitinya aku tidak mau melihatmu kasar lagi terhadap Ani.” Tegas Yansen.

Ibu guru yang mengajar jam pertama tiba di depan ruangan kelas.

“Ada apa ini ribut-ribut, Caroline lagi-lagi kamu selalu saja bikin onar. Kembali ke tempat masing-masing.” Perintah bu guru.

Pelajaran berlangsung seperti biasa, Ani berusaha konsentrasi supaya dapat memahami materi dari ibu guru. Pelajaran matematika biasanya dia agak menemui kesulitan Ani tidak ingin merepotkan kakak iparnya dengan les tambahan lagi.

Saat istirahat tiba Ani pergi ke kantin untuk menawarkan pizza ke pengelola kantin dan bertanya apakah bisa menitipkan pizza di kantin sekolah.

“Kita coba saja jual per slice ya mbak. Kalau utuh terlalu mahal untuk ukuran anak sekolah karena bahannya premium.”

Setelah pizza itu di display di kantin banyak yang membelinya dan habis dalam sekejap.

Ani tidak perlu menunggu pulang sekolah untuk mengambil uang penjualan pizza.

Saat pulang sekolah Yansen sudah menunggu Ani. Dia sengaja melakukannya agar terbebas dari geng nya Caroline. Mereka naik motor beriringan dan berpisah di perempatan jalan.

“Assalamualaikum, sapa Ani sambil meletakkan uang di meja makan lalu ke kamar.

“Ani ini uangnya siapa?” tanya Amira sambil mengambil uang itu lalu dibawanya ke kamar Ani.

Ani yang saat itu sudah berganti baju rumahan menjawab “yang pizza mbak.” jawabnya singkat sambil menuju kamar mandi untuk bersih-bersih.

“Kau menjual pizza-pizza itu?” tanya Amira.

“Iya” jawab Ani singkat sambil menarik kursi makan dan duduk lalu mulai mengambil nasi dan lauknya.

“Ya ampun mbak kan sudah bilang itu tester kok kamu jual gimana sih.” Amira kesal terhadap adik iparnya.

“Besok mbak Mira bisa nitip pizza dikantin sekolahku, tadi aku menawarkan ke ibu kantin dan langsung didisplay dan terjual semua” kata Ani.

“Ya sudah kalau begitu mbak siapkan bahannya sekarang. Terima kasih ya dek kamu sudah membuka jalan untuk bisnis mbak.” Amira bersyukur dan tersenyum pada Ani yang lahap memakan makan siangnya.

Selesai makan siang Ani menuju kamarnya untuk beristirahat. Hari ini dia lelah sekali. Nanti sore dia harus les bahasa Mandarin.

Pesan masuk di handphonenya tidak dibacanya dia tertidur dengan pulas. Dan terbangun saat alarm handphone nya berbunyi membangunkannya.

Dia bangun dan langsung mandi dan bersiap-siap berangkat les. Dia berpapasan dengan kakaknya.

“Baru pulang dari sawah mas? Hmm… kopimu harum sekali adek minta dong.” Ani ingin mencicip kopi milik kakaknya tapi langsung ditegur istrinya.

“Ani jangan ganggu kopi mas mu. Mandi sana nanti mbak buatkan sendiri.” Tegurnya.

Ani menurut, dia masuk ke kamar mandi dan selesai mandi dia bersiap-siap untuk les Mandarin. Tapi sebelum itu dia menyempatkan untuk minum kopi dan nyemil jajanan buatan kakak iparnya. Hari ini dia membuat kue pesanan untuk pengajian bu RT.

“Kamu mau kemana nak?” Tanya ibu sambil menuang teh untuk dirinya sendiri lalu mencomot kue love dan memakannya.

“Mau les Mandarin bu, aku minum kopi sama nyemil dulu biar nanti ditempat les ga kelaparan. Nanti malam aku mau begadang PR ku banyak. Sisakan kue nya untuk teman belajarku ya bu.” Pinta Ani.

“Ibu senang nak kamu sekarang rajin sekali dan bersemangat sekolahnya. Itu ada sukun yang baru dipetik mau ibu buatkan sukun goreng?” Ibu menawarkan sukun goreng kepada anak gadisnya.

“Boleh bu, dah Ani berangkat dulu ya bu. Assalamualaikum.” Pamitnya sambil takzim ke ibunya.

Amira sedang mengirimkan kue kotakan untuk pengajian ke rumah bu RT.

“Assalamualaikum, sapa Amira.

“Waalaikumsalam, sambut bu RT. Ayo masuk mbak Amira kue nya sudah saya tunggu.” Kata Bu RT.

Ternyata di dalam sudah banyak ibu-ibu peserta pengajian yang hadir. Mereka melihat Amira yang mengantarkan kue.

“Oh ini to menantunya bu Asih yang anak pengusaha restoran itu. Pantesan pinter masak. Katanya di Surabaya juga punya cafe ya mbak?” Tanya salah seorang ibu.

Amira hanya tersenyum saja dan mengikuti bu RT masuk ke dalam. Dia membantu bu RT menyusun kotak-kotak kue itu lalu bu RT memberinya uang kue-kue yang dipesannya.

Ia kemudian undur diri dari acara ibu-ibu pengajian dan dalam perjalanan pulang dia sekalian berbelanja di kota untuk stok bahan-bahan makanan karena besok dia mulai menjual pizza di kantin sekolah Ani. Malam ini dia harus membuat adonan beku dan topping pizza untuk dipanggang esok hari.

Dalam perjalanan pulang dia bertemu dengan Ani di traffic light.

“Ani…” panggilnya.

Ani menoleh. “Lho mbak Mira darimana,” tanya nya.

“Habis belanja bahan kue, kamu baru pulang les ya.”

“Iya, ini juga dalam perjalanan pulang” kata Ani.

Lampu merah berubah hijau, Ani melajukan motornya diikuti oleh pengendara yang lain.

Mereka pulang beriringan sampai ke rumah. Ani membantu kakak iparnya memasukkan bahan-bahan kue yang dibelinya dan menatapnya didapur.

“Ibu sudah menyiapkan makan malam ayo kita makan” ajak ibu.

Ani dan Amira bergantian membersihkan diri dan bergabung dengan anggota keluarga yang lain disitu sudah ada mbak Erna dan anaknya.

Hari ini ibu masak ayam goreng, tumis buncis dengan irisan bakso dan tahu masak kuning yang dicampur telor rebus. Ibu membuat masakan kesukaan Dinar yang akhir-akhir ini begitu sering ditinggal oleh ibunya.

“Erna kamu tiap hari keluar itu kemana saja sih. Apa tidak kasihan dengan anakmu? Dia jadi bertemu orang tuanya sudah ayahnya dinas diluar pulau kamu sebagai ibu malah jarang dirumah.” Omel ibu.

“Mungkin sebentar lagi aku mau bekerja diluar negeri kata Erna.” Dengan cuek sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.

“Apa katamu? Kamu tidak serius kan Er? Bagaimana dengan anakmu?” Ibu langsung meletakkan sendoknya dan berhenti makan.

Dedy yang biasanya diam jarang ikut campur urusan kakak perempuannya kali ini ikut bicara.

“Mbak suamimu kan sudah mencukupi semua kebutuhan kalian untuk apa mencari uang sampai keluar negeri? Cukup jadi ibu rumah tangga dan mengurus anak dirumah saja lah.” Dedy mengungkapkan ketidaksetujuan rencana kakaknya.

“Aku ingin mencari pengalaman diluar negeri mumpung masih cukup muda.” Ujarnya.

“Lalu bagaimana dengan anakmu?” Tanya ibu putus asa.

“Kan ada ibu dan om juga tantenya” jawabnya enteng.

“Astaghfirullah alaziim, semua anak pasti ingin bersama orang tua kandungnya Er. Jangan aneh-aneh ibu tidak setuju.” Kata ibu.

“Setuju tidak setuju aku tetap akan berangkat. Besok aku mulai mengurus paspor dan visa.” Kata Erna dengan keras kepala dan tidak peduli dengan kecemasan keluarganya.

“Memangnya kamu mau kerja dimana kok pakai mengurus visa segala?” Tanya Dedy.

“Dah lah tidak perlu tahu. Kalau aku beritahu pasti ditentang habis-habisan.” Ketus Erna.

“Ya jelas dong namanya keluarga pasti akan mencemaskan anggota keluarga yang lain.” Kata ibu.

Lagi-lagi Erna tidak perduli. Dia sudah selesai makan dan membawa piringnya ke belakang sambil mencuci tangannya lalu ngeloyor pergi tanpa pamit.

1
Nadira ST
thor smoga keluarga mertua Amira baik terus ya jangan sampai berubah jahat
Diah Susanti
kalau yang aq baca sampai sini sih, yang toxic cuma kakak iparnya saja. ibu dan ani juga baik, semoga gk dibikin berubah sama othor😁😁😁
Sri Wahyuni
😍
Sri Wahyuni
Amira benar kakak ipar harus dilawan KLO ngelunjak
Sri Wahyuni
Amira pinter bgt
Sri Wahyuni
Bagus ceritanya n tidak belibet
Ceritanya bagus kak, reletabel sama kehidupan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!