NovelToon NovelToon
Cinta Di Atas Abu

Cinta Di Atas Abu

Status: sedang berlangsung
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: RizkaAube

Hidup Nara berubah dalam satu malam. Gadis cantik berusia dua puluh tahun itu terjebak dalam badai takdir ketika pertemuannya dengan Zean Anggara Pratama. Seorang pria tampan yang hancur oleh pengkhianatan. Menggiringnya pada tragedi yang tak pernah ia bayangkan. Di antara air mata, luka, dan kehancuran, lahirlah sebuah perjanjian dingin. Pernikahan tanpa cinta, hanya untuk menutup aib dan mengikat tanggung jawab. Namun, bisakah hati yang terluka benar-benar mati? Atau justru di balik kebencian, takdir menyiapkan sesuatu yang lebih dalam dari sekadar luka? Dan diantara benci dan cinta, antara luka dan harapan. Mampukah keduanya menemukan cahaya dari abu yang membakar hati mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkaAube, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter : 27

Suara dokter menurun, hanya terdengar untuk Zoya seorang. “Saya sudah menyampaikan kondisi dasar kepada keluarga. Tapi ada hal yang hanya perlu Anda yang tahu. Ingat, pasien sedang hamil muda. Kondisinya masih sangat rawan. Pastikan dia tidak kelelahan, tidak stres, dan jangan sampai ada yang mencurigai bila beliau tampak sering lelah. Anda yang paling dekat dengannya, tolong jaga baik-baik. Ini penting sekali.”

Zoya menunduk patuh, wajahnya tegang namun penuh tekad. “Saya mengerti, Dok. Saya janji akan menjaga beliau.”

Dokter itu tersenyum tipis, menepuk bahu Zoya sebelum melangkah pergi. Dalam hati Zoya berjanji, ia akan menjaga rahasia itu sekuat tenaga, meski setiap detiknya terasa begitu berat.

Beberapa jam kemudian, rombongan keluarga Hendrik menjemput Nara pulang. Sepanjang perjalanan, Nara hanya bersandar lemah pada jok mobil, sesekali mengintip lewat kaca jendela.

Rumah keluarga besar itu terasa berbeda saat ia tiba. Para pembantu menyambut dengan penuh perhatian, menyiapkan air hangat, makanan, dan kamar yang nyaman. Melisa sibuk mengatur ini itu, memastikan menantunya tidak kekurangan apa pun.

“Nara, jangan khawatir soal butik atau pekerjaan,” kata Melisa sambil merapikan bantal di sisi ranjang. “Mama sudah minta semua ditunda dulu. Kamu hanya perlu istirahat. Satu hari saja, tolong turuti Mama.”

Nara tersenyum lemah. “Iya, Ma. Aku janji akan beristirahat.”

Di sudut ruangan, Zean hanya berdiri, menatap sebentar lalu berbalik seolah tak peduli. Tapi sesungguhnya, setiap kata dokter tadi terus terngiang di kepalanya. Namun Ia tak tahu betapa dalam hati istrinya ada rahasia yang lebih besar dari yang ia bayangkan.

Menjelang sore, bel rumah berbunyi. Pintu besar dibuka, dan muncul sepasang suami-istri paruh baya dengan wajah penuh kerinduan. Mereka adalah orang tua angkat Nara, keduanya sewaktu itu tidak bisa berkunjung langsung ketika nara dirawat.

“Nara, Nak…” suara buk Ninik bergetar. “Ibu cemas sekali waktu dengar kamu pingsan.”

Nara yang masih setengah duduk di ranjang langsung menahan napas. Matanya berkaca-kaca, lalu tanpa mampu menahan, air mata jatuh begitu saja. “Ibu… bapak…”

Mereka mendekat, menggenggam tangan Nara dengan hangat. Bu Ninik mengusap pipinya dengan penuh kasih. “Kamu harus lebih sayang sama diri sendiri, Nak. Jangan terlalu keras kepala. Bapak dan Ibu ingin kamu sehat, itu saja.”

Nara terisak, menunduk dalam. “Maaf sudah bikin khawatir…”

Melisa berdiri di sisi ranjang, menyambut pasangan itu dengan senyum ramah. “Terima kasih sudah datang. Kehadiran Bapak dan Ibuk pasti membuat Nara lebih semangat untuk pulih.”

Pak Riyo mengangguk, menatap penuh kebapakan. “Kami hanya ingin dia baik-baik saja. Nara anak yang kuat, tapi kadang terlalu memaksa diri. Kami hanya ingin dia untuk beristrahat sebentar, yang penting sehat.”

Di seberang ruangan, Zean memperhatikan dalam diam. Ia melihat bagaimana Nara tersenyum di antara tangis, bagaimana orang tua angkatnya memberi pelukan penuh cinta. Ada sesuatu yang menusuk dadanya, perasaan asing yang sulit ia akui.

Tatapan matanya tak sengaja bertemu dengan Nara. Hanya sebentar, tapi cukup membuat waktu seakan berhenti. Nara buru-buru mengalihkan pandangan, jantungnya berdebar lebih cepat. Zean pun segera menunduk, pura-pura sibuk dengan ponselnya. Namun keduanya tahu, ada sesuatu yang berubah di antara mereka.

Malam tiba, setelah Pak Riyo dan Bu Ninik berpamitan pulang. Rumah kembali hening. Nara sudah berbaring dengan punggung menghadap ke arah pintu, matanya terpejam. Nafasnya teratur, tapi hatinya tetap ramai oleh berbagai pikiran.

Beberapa menit kemudian, pintu kamar berderit pelan. Zean masuk, langkahnya tenang tapi berat. Ia berganti pakaian, lalu ikut merebahkan diri di sisi ranjang.

Hening.

Nara tetap memejamkan mata, seakan-akan tidur. Namun jantungnya berdegup lebih cepat ketika menyadari Zean tidak segera memejamkan mata. Lelaki itu justru berbaring menatap langit-langit, wajahnya sulit ditebak.

Lama hening itu berlangsung, hingga akhirnya suara rendah terdengar. Terdengar kaku, namun jelas.

“Nara…”

1
Bintang
Smgt 🌷
Etit Rostifah
lanjut ...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!