NovelToon NovelToon
Ayo Kita Cerai, Suamiku!

Ayo Kita Cerai, Suamiku!

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:13.9k
Nilai: 5
Nama Author: YoungLady

Selama lima tahun pernikahan, Niken dan Damar tampak seperti pasangan sempurna di mata semua orang. Di balik senyum yang mereka pamerkan, ada luka yang mereka sembunyikan—ketidakmampuan untuk memiliki anak. Niken tetap bertahan, meski setiap bisikan tajam dari keluarga mertua dan orang sekitar menusuk hatinya.

Hingga badai besar datang menghantam. Seorang wanita bernama Tania, dengan perut yang mulai membuncit, muncul di depan rumah mereka membawa kabar yang mengguncang, dia adalah selingkuhan Damar dan sedang mengandung darah dagingnya. Dunia Niken seketika runtuh. Suami yang selama ini ia percayai sepenuh hati ternyata menusuknya dari belakang.

Terseret rasa malu dan hancur, Niken tetap berdiri tegak. Demi menjaga nama baik Damar dan keluarganya, ia dengan pahit mengizinkan Damar menikahi Tania secara siri. Tapi ketegarannya hanya bertahan sebentar. Saat rasa sakit itu tak tertahankan lagi, Niken mengambil keputusan yang mengguncang. Ia memutuskan untuk bercerai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoungLady, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Sore itu, langit menggantung mendung tipis, angin berembus pelan menyapu halaman pabrik milik Niken. Para karyawan mulai keluar satu per satu, membawa pulang lelah mereka setelah seharian bekerja. Niken yang baru saja keluar dari ruangannya, menghentikan langkah saat melihat sosok yang sangat dikenalnya berdiri di depan gerbang—Damar.

Tubuh pria itu tampak lebih kurus dari terakhir kali ia lihat, wajahnya tirus dan matanya menyimpan gurat kelelahan. Namun yang paling mencolok adalah raut sedih dan murung yang ia pasang, seolah membawa kabar duka.

“Niken… kita bisa bicara sebentar? Empat mata saja, tolong,” pinta Damar dengan suara lirih.

Niken menyilangkan tangan di dada, dagunya terangkat sedikit. “Kalau mau bicara, di sini saja. Aku tidak tertarik berbicara diam-diam denganmu.”

Damar menatapnya, seperti tidak percaya dengan jarak dingin yang tiba-tiba tercipta di antara mereka. “Ken… apa benar kau sudah di lamar pria itu?”

Seketika udara di sekitar mereka terasa beku. Beberapa karyawan yang lewat melirik-lirik penasaran, tapi Niken tetap berdiri tegak, tatapannya tajam.

“Ya,” jawabnya mantap.

Damar tampak terguncang. “Ken… semudah itu kau move on dariku? Aku saja masih belum bisa melupakanmu.”

Niken tertawa singkat, pahit. “Untuk apa aku berlama-lama galau? Apalagi galau karena dikhianati olehmu, Mas Damar. Kau lupa? Kau yang mendua, kau yang membuatku memilih pergi.”

“Aku… aku khilaf, Ken. Aku minta maaf,” Damar tergagap, suaranya pecah. “Aku sudah belajar dari kesalahan. Aku mau bertanggung jawab, aku mau diberi kesempatan—kesempatan untuk dekat dengan kamu lagi.”

Tawa Niken kali ini lebih keras, nyaris sinis. “Menjauh lah dariku. Daripada mengurusi hidupku, lebih baik kau urus istri muda mu yang sedang hamil itu.”

Niken berbalik, hendak masuk ke mobilnya yang terparkir tidak jauh, tapi Damar buru-buru meraih lengannya. “Ken, tolong, jangan begini...”

“Hei!”

Suara berat dan penuh amarah menyela mereka. Bastian, tunangan Niken, berjalan cepat menghampiri, wajahnya memerah menahan emosi. Ia langsung menarik tangan Damar menjauh dari Niken.

“Jangan pernah sentuh tunanganku lagi! Kau pikir siapa dirimu datang dan mengganggu hidupnya sekarang, hah?!”

“Bastian, jangan di sini,” bisik Niken, panik karena ratusan pasang mata karyawan kini memperhatikan mereka dengan penuh rasa ingin tahu.

Namun Bastian tidak memedulikannya. “Kau sudah punya istri! Kau menduakan Niken, dan sekarang kau muncul seenaknya? Pergi!”

Damar menatap Bastian penuh kebencian, tapi tidak membalas. Ia hanya menoleh ke arah Niken yang kini berdiri di antara mereka, mencoba menenangkan.

“Berhenti. Kalian berdua, cukup,” tegas Niken. Ia menatap Damar dengan dingin. “Aku tidak mau drama seperti ini terjadi di depanku. Kau sudah buat cukup banyak keributan dalam hidupku, Mas Damar. Sekarang, tolong pergi. Jangan pernah datang lagi.”

Damar menunduk, menahan kecewa. Tanpa kata, ia melangkah pergi, meninggalkan Niken yang memejamkan mata, menahan air mata yang nyaris jatuh.

Bastian meraih bahunya pelan. “Kau tidak apa-apa?”

Niken mengangguk. Tapi dalam hati, luka lama kembali menganga, meski mulutnya berkata telah sembuh sejak lama.

“Apa dia sering datang ke sini?” tanya Bastian tanpa basa-basi.

Niken mendesah pelan. “Tidak. Ini pertama kalinya dia muncul setelah kami bercerai.

“Dan dia tahu kita sudah bertunangan, tapi masih saja berani mengganggumu.” Bastian menggertakkan gigi, matanya menyala penuh emosi. “Bagaimana kalau kita langsung menikah saja, Ken? Aku tidak tahan melihat dia terus muncul dan menggodamu seperti itu. Rasanya menggila, aku ingin mengamuk dan menghajarnya sekarang juga.”

Niken memandang Bastian dalam diam. Pria itu begitu protektif, dan itu membuat jantungnya berdebar, antara terharu dan cemas. Ia menggenggam tangan bastian, mencoba menenangkannya.

“Setelah kejadian tadi, dia mungkin akan segan untuk mendekatiku lagi,” ucap Niken tenang. “Dan soal pernikahan... aku belum siap, Bastian. Bukan karena aku tidak mau menikah denganmu, tapi aku butuh waktu.”

Bastian menatapnya dalam-dalam, napasnya berat. “Aku mengerti. Tapi jujur saja, Ken. Damar bikin aku kesal setengah mati. Dia sudah menyakitimu, tapi masih merasa berhak datang lagi.”

Niken hanya mengangguk pelan. “Aku minta maaf karena dia membuatmu seperti ini.”

Tanpa peringatan, Bastian meraih tengkuk Niken dan membawanya mendekat. Bibirnya mendarat di bibir Niken, lembut namun penuh tekanan. Ciuman itu hanya berlangsung beberapa detik sebelum Niken sadar sepenuhnya dan segera mendorong tubuh Bastian menjauh.

“Bastian!” seru Niken dengan wajah memerah. “Kita masih di depan pabrik! Kau pikir tidak ada yang melihat? Aku malu!”

Bastian tersenyum tipis, sedikit menyesal tapi tidak benar-benar menyesali tindakannya. “Kalau begitu, ayo pulang ke rumahmu.”

“Apa?” Niken menatapnya tidak percaya.

Tanpa menjawab, Bastian menggenggam tangan Niken dan menyeretnya keluar dari ruang kerja, menuju parkiran. Niken setengah protes, setengah bingung, namun tidak sepenuhnya menolak. Ia membiarkan dirinya dibawa masuk ke mobil Bastian.

“Bastian! Mobilku bagaimana?” tanya Niken ketika sabuk pengaman dipakaikan oleh pria itu.

“Suruh saja orangmu untuk membawanya ke rumah. Sederhana, bukan?” jawab Bastian sambil menyalakan mesin mobil.

Niken bersandar, menatap jendela. Hatinya berkecamuk. Ia tahu Bastian marah karena mencintainya. Tapi perhatian itu juga terasa mengikat, mencengkeram hatinya yang masih belajar percaya kembali.

Satu hal yang pasti—dunia Niken tak akan lagi sama setelah hari ini.

Bersambung....

1
Rahmawati
wow maskawin nya gk kaleng-kaleng, semoga dilancarkan sampai hari pernikahan
partini
mas kawin boleh apa aja yg utama itu loh yg di bawah kalau ga ada mah aneh 😂😂😂
🌺🏵️YoungLady🏵️🌺
🥰🥰🥰
Rahmawati
Tania jg diperalat neneknya
Rahmawati
bagus ceritanya
Rahmawati
baru dua hari loh pacarannya, udah di lamar aja
Rahmawati
semoga ortu Bastian berubah pikiran dan menerima niken sbg calon mantu
Rahmawati
td salah ketik nama, yg ngobrol dengan Bastian masak Tania thor
🌺🏵️YoungLady🏵️🌺: terimakasih atas koreksinya. author keder, sudah di revisi ya😂🙏😘
total 1 replies
Rahmawati
Bastian pasti ada rasa nih sm niken makanya mau bantu niken
Rahmawati
ini nih tipe perempuannya yg gk mau dia ajak berjuang, maunya langsung sukses
Rahmawati
jgn ke pede an km damar,, gk mgkin niken ngemis minta rujuk sm km
Daneen
Semangat Thomas
Azizah Hazli
Luar biasa
🌺🏵️YoungLady🏵️🌺
terimakasih🙏
Rahmawati
km masih muda Tania seharusnya km bisa bekerja keras agar gk hidup susah
Rahmawati
ternyata damar cuma numpang dirumah niken
Rahmawati
aku mampir Thor
Daneen
Kapok lu damar
Uba Muhammad Al-varo
bagus
Vien Habib
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!