Panglima perang Lei Guiying menyusun rencana menyusup menjadi pengantin wanita agar dapat melumpuhkan musuhnya. Namun siapa sangka aliansi pernikahan yang seharusnya menuju negara Menghua. Justru tertukar dan harus menikah di negara Dingxi sebagai Nona Muda pertama dari kediaman Menteri yang ada di negara Menghua.
Lei Guiying menikah menjadi selir pangeran kesembilan. Begitu banyak intrik dan sekema besar terus terikat. Membuat gadis itu harus terus bertahan menjadi seorang pengantin aliansi dari negara lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kota Huyin
Perjalanan masih harus memakan waktu selama dua hari dari kota Rong menuju kota Huyin. Beberapa kali mereka harus berhenti di penginapan ataupun di tengah hutan untuk beristirahat sementara waktu. Lalu melanjutkan perjalanan kembali setelah cukup beristirahat.
"Pengeran kesembilan, badai terlalu kencang. Kita tidak bisa melanjutkan perjalanan kembali." Pengawal Yu Ji yang ada di bagian depan kereta terus berusaha menutup kedua matanya dari angin kencang.
"Cari tempat aman untuk berlindung," ujar Shui Long Yin dari dalam kereta.
"Baik."
Kereta berhenti di salah satu kediaman tidak berpenghuni di pinggiran hutan. Suara gemuruh terdengar sangat kuat membuat pepohonan saling bersinggungan. Menghasilkan suara nyaring cukup menakutkan. Kobaran api yang telah di nyalakan menambah kehangatan di dalam ruangan. Meskipun keadaan di dalam kediaman tidak berpenghuni itu sangat berantakan. Namun cukup untuk tempat beristirahat sementara waktu sampai keadaan kembali normal.
Lei Guiying duduk diam di depan api melihat asap yang membumbung tidak terlalu kuat namun juga mengeluarkan hawa panas.
"Kamu belum makan seharian." Shui Long Yin mendekat duduk di samping istrinya dengan roti di tangannya. "Kamu bisa marah selama mungkin. Tapi jangan lupa untuk mengisi perut." Menyodorkan roti kearah istrinya.
Gadis itu menatap kearah suaminya lalu mengambil roti yang di berikan. "Aku tidak marah." Menatap kembali kearah api yang berkobar di depannya. Gadis itu langsung waspada di saat dia mulai menyadari pergerakan dari luar. Pergerakan pelan dari penyergap tersamarkan gemuruh badai yang ada di luar. "Ada yang datang."
Shui Long Yin melihat tenang kearah api. "Hanya beberapa anjing rumahan. Tidak perlu di takuti." Pandangan matanya memberikan isyarat kepada pengawalnya.
Pengawal pribadi Yu Ji mengangguk mengerti.
Sseerrrnggg...
Pedang di keluarkan dari sarungnya lalu melangkah keluar dari ruangan. Tidak butuh waktu lama pengawal Yu Ji kembali dengan pedang berlumuran darah segar. Dia duduk di dekat api. Mengusap pelan pedang yang ada di tangannya menggunakan sapu tangan. "Pangeran kesembilan, jejak kita sudah di temukan. Saya akan mengalihkan perhatian musuh. Agar anda dan Selir Li dapat menghindar."
Shui Long Yin bangkit dengan menarik lembut lengan istrinya. "Tidak perlu." Duduk di alas jerami lalu menyandarkan tubuhnya di tembok. "Duduk. Apa kamu akan tidur sambil berdiri?" Menatap istrinya yang masih tidak berniat menuruti dirinya. "Keras kepala." Menarik lengan istrinya cukup kuat.
Deppp...
Gerakan itu membuat hentakan kencang dari serangan Lei Guiying yang langsung di hentikan suaminya. Kaki gadis itu sudah hampir memukul kencang dada pria yang tengah duduk santai di lantai dengan alas jerami. Pergerakannya terhenti di saat tangan kekar Shui Long Yin menjadi penahannya.
Pengawal Yu Ji melihat situasi itu hanya tersenyum kecil lalu memilih berdiam di luar ruangan.
"Gadis lain selalu senang mendapatkan perhatian dari suaminya. Tapi istriku justru semakin ganas jika di berikan kelembutan. Heheh..." Tawa kecil terdengar.
Deekkk...
Shui Long Yin menepis bagian samping kaki Lei Guiying membuat gadis itu melompat ke belakang untuk menghindar. Seringaian puas semakin pekat di wajah pria muda itu.
"Menyebalkan," ujar gadis itu kesal. Dia berjalan menuju ujung lain dari ruangan. Duduk di tumpukan jerami kering lalu menyandarkan tubuhnya pada penyangga yang ada di tengah ruangan.
Setelah beristirahat selama tiga jam mereka baru melanjutkan perjalanan kembali melewati jalur hutan. Di dalam kereta yang melaju, Lei Guiying menyandarkan tubuhnya berusaha untuk menahan semua kebinggungan di hatinya. Sampai saat ini ucapan wakilnya tidak bisa di luapan.
"Pelayan tapi selalu menganggap dirinya sebagai tuan. Benar-benar konyol." Shui Long Yin membuka kedua matanya menatap gadis di depannya.
Senyuman terlihat di wajah gadis itu. "Pangeran kesembilan selalu ahli dalam menyindir."
Percakapan singkat itu berhenti seketika membiarkan kesunyian masuk di antara keduanya. Lonceng kereta yang tergantung di bagian depan. Tidak pernah di lepas meskipun tahu jika benda itu akan mengundang bahaya. "Yuhhh..." Kereta berhenti kembali.
Suuhhsss...
Gerakan gadis itu seperti angin yang langsung keluar dari kereta melalui jendela tanpa menimbulkan suara.
Tranggg...
Pedang di tangannya menimbulkan dentuman kuat di tengah kegelapan malam. Membuat sayatan di setiap leher penyergap yang datang menyerang.
"Tetap di tempat. Biarkan, dia bisa mengatasinya." Ujar Shui Long Yin tenang di saat pengawalnya berniat ikut membantu.
"Baik."
Sseeettt...
Nyawa terakhir telah di ambil.
Shui Long Yin menyibak pelan penutup jendela. Dia melihat kearah istrinya yang tengah berdiri penuh aura mematikan. Dengan pedang berlumuran darah segar berada di genggaman tangannya. Gadis cantik yang ada di tengah kegelapan itu terlihat semakin memukau di saat sinar rembulan keluar dari balik awan. Cahaya semu itu membuat keindahan yang perlahan menggetarkan hatinya.
Lei Guiying mengambil sapu tangan coklat di saku lengan gaunnya. Membersihkan dalam sekali tekan pedang yang ada di tangannya. Baru setelahnya dia berjalan mendekat kearah kereta. "Pelayan ini memenuhi kewajibannya." Menundukkan kepalanya.
"Huh." Mendengus dengan di ikuti senyuman menertawakan dirinya sendiri. Shui Long Yin menutup kembali jendela kereta. Menyandarkan tubuhnya lalu memejamkan kedua matanya. "Gadis yang sulit di singgung," gumamnya lirih.
Kereta kembali melaju setelah Lei Guiying masuk ke dalam kereta. Di pertengahan jalur hutan gadis itu membuang sapu tangan yang telah ia gunakan membersihkan darah dari pedangnya.
Sesuai waktu yang telah di pastikan. Mereka sampai di gerbang utama kota Huyin. Namun bukan keramaian kota yang mereka dapatkan. Namun kesunyian yang sangat mengerikan. Bau busuk menyeruak di saat kereta memasuki gerbang menuju jalur utama. Asap pekat juga menjadi penyambutan yang langsung membuat mereka turun dari kereta.
"Kamu yakin ini kota yang menjadi tujuan mu selanjutnya?" Lei Guiying terus memperhatikan keadaan di sekitar. Ada beberapa orang yang tengah sibuk membakar uang kertas untuk mengantarkan para arwah. Menuju tempat yang lebih baik. Kain putih juga tergantung memenuhi setiap jalur yang mereka lalui.
Kerutan kening terlihat jelas di wajah Shui Long Yin, "Yu Ji, apa yang terjadi?" Dia tidak menjawab pertanyaan istrinya tapi bertanya kepada pengawalnya. Dia juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di kota Huyin.
Pengawal Yu Ji mendekat berdiri tepat di samping tuannya. "Pangeran kesembilan, mata-mata hanya mengabarkan jika kota Huyin tidak ada keanehan. Tapi ini?" Menghela nafas dalam. "Saya telah lalai dalam mendapatkan informasi."
"Kita bahas ini nanti. Pantau kediaman Walikota. Aku dan Guiying akan mencari tahu di beberapa tempat. Mungkin saja bisa mendapatkan jawabannya," ujar Shui Long Yin melangkah pelan menyusuri jalur utama bersama istrinya.
Sedangkan pengawal Yu Ji mengikuti perintah dari tuannya.
"Kota ini sudah seperti kota mati." Melihat kesegala arah. Lei Guiying bahkan bisa menghitung dengan jari orang-orang yang mereka temui di jalur utama. Pengawal kota juga tidak terlihat semenjak mereka masuk. "Kota yang sangat dekat dengan Ibu Kota juga dapat terisolasi dari dunia luar."
Shui Long Yin seketika menghentikan langkahnya menarik tangan istrinya agar tidak maju lagi. Tatapannya menajam seperti serigala yang siap menyerang.