Kalila Maizah, seorang gadis yang bercita-cita ingin menikah dengan seorang bule. Saat bermain Instagram, diberanda nya lewat unggahan seorang pengusaha bersama rekannya. Maizah yang pada dasarnya pecinta cowok ganteng langsung gercep mencari Instagram si bule ganteng yang ada di dalam unggahan itu.
Maizah tidak nyangka bahwa dia diikuti balik oleh bule itu! Bahkan dia minta untuk ditampar oleh temannya saking tidak percayanya.
Bagaimanakah kisah Maizah selanjutnya? Bagaimana dia bisa mendapatkan cita bule itu? Mampukah dia mewujudkan impian untuk menikah dengan bule?
Saksikan kisah nya dengan membaca cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mawar Jk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 27
Semakin lama di lihat semakin panas, Romlah perlahan berjalan ke sana. Motor itu berkilau di bawah sinar matahari, menambah pesonanya. "Motor gini doang," ucapnya sambil melanjutkan langkah menuju warung, melewati rumah Melati.
"Kenapa emang? Kamu iri ya?" Tanya Daia dengan senyum menyebalkan.
"Aku, iri? Hahaha.... tidak mungkin, nanti saya juga bakal beli motor baru yang lebih bagus dari yang itu." jawab Romlah dengan percaya diri, meski di dalam hatinya tersimpan sedikit rasa cemburu.
"Ini tuh yang beliin menantu aku," Ujar Melati sambil melirik motornya dengan bangga. Ia memang merasa beruntung memiliki menantu yang perhatian seperti Arvid.
"Oh, ya? Wahh memang menantu idaman. Enggak hanya memanjakan dan royal istrinya, tapi juga royal banget sama mertuanya. Semoga pernikahan mereka dunia--akhirat." Doa Daia dengan bersemangat.
Kalau Maizah dan Arvid ke sana ia juga kecipratan keloyalan bule itu. Mentraktir mereka tanpa rasa Ragu. "Benar-benar bule sultan! Pokoknya."
Namun, tidak lama kemudian, Romlah kembali memberikan komentar yang membuat suasana menjadi tegang.
"Hati-hati loh ya kalau dapat suami kayak gitu. Biasanya orang kaya gitu tuh suka selingkuh, apalagi mereka LDR-an gitu, enggak takut apa Arvid cari jajan di luar sana."
"Romlah!" Kata Melati, Akhdan dan Daia bersamaan.
"Kenapa?" Tanya Romlah dengan tampang polosnya, seolah tidak merasa bersalah sama sekali.
"Jahat banget kamu ngedoai anak menantu ku kaya gitu, di mana hati nurani kamu ha?" Kata Melati, matanya sudah berkaca-kaca. Ia merasa sedih mendengar ucapan Romlah yang begitu jahat.
"Iya, tuh mulut kamu enggak bisa apa di filter. Jahat banget omongan." Timpal Daia, merasa semakin geram.
"Ya kan aku bicara fakta yaa, orang kaya emang kayak gitu jadi bisa kemungkinan suami Maizah juga kayak gitu," balas Romlah, berusaha membela diri.
"Sudah!" Ujar Akhdan tegas membuat keduanya terdiam. Ia memegang bahu sang istri dan membawanya masuk ke rumah.
"Jangan dengarkan kata Romlah, kamu tahu sendiri kalau menantu kita itu baik kan? Jangan khawatir dia pasti akan menjaga putri kita, enggak seperti yang Romlah katakan." Ucap Akhdan menenangkan Melati.
Melati hanya menganggukkan kepalanya.
"Kenapa ma?" Tanya Lily yang baru selesai memakai seragam.
"Enggak--enggak papa kok, kamu sudah siap? Ayo berangkat, papa sudah hampir telat ini." Ujar Akhdan seraya menatap jam dinding.
"Papa berangkat duluan aja. Sama tante Dahlia dan Lisa."
"Baiklah kalau begitu, Papa pamit dulu." Melati dan Lily mencium punggung tangan Akhdan bergantian.
Di luar sana Daia dan Romlah. Akhdan naik ke motornya lalu melaju meninggalkannya kedua wanita itu.
"Jahat banget kamu, bilang aja kamu iri sama Melati kan? Karena diberikan motor baru sama suami Maizah," Kata Daia setelah Akhdan pergi.
Romlah mendelik kesal pada Daia. "Buat apa aku iri?nanti aku juga pasti dapat motor dari pacarnya Melani, calon menantu ku itu orangnya ramah, baik, royal juga dan pastinya enggak kalah tampan sama menantu kamu itu." jawab Romlah dengan penuh keyakinan sambil menunjuk motor Melati.
"Yaudah, nanti aku tunggu motor kamu. Kita lihat aja apakah pacarnya Melani itu bisa membelikan kamu atau tidak." Ujar Daia, dia ragu untuk itu. Masa seorang pacar ingin membelikan motor untuk ibu dari pacarnya. Kalau sudah ada hubungan yang kuat kayak suami istri yaa mungkin baru bisa membelikan motor untuk mertuanya.
"Iya tunggu saja nanti," Setelah mengatakan itu Romlah pergi menuju warung ada ada di sebelah rumah Melati.
.
.
.
Maizah tersenyum puas menatap pantulan dirinya di cermin. Perawatan di salon tadi benar-benar memanjakan. Rambutnya berkilau, kulitnya terasa halus, dan tubuhnya terasa ringan setelah dipijat. Besok Arvid, suaminya, akan pulang. Ia ingin tampil sempurna untuk menyambutnya.
Bayangan senyum Arvid saat melihatnya nanti membuat hatinya berbunga-bunga. Ia membayar perawatan mewah itu dengan kartu kredit pemberian Arvid, tanpa sedikit pun merasa bersalah. Perawatan diri, baginya, adalah investasi.
Berbeda dengan membeli barang-barang baru. Maizah termasuk tipe wanita yang hemat dan praktis. Barang yang sudah ada, akan ia gunakan sebaik-baiknya. Jika sudah ada enggak perlu beli lagi, sekalipun itu keluaran terbaru bodo amat.
"Terima kasih dan datang lagi yaa," Kata seorang wanita pada Maizah, wanita itu pemilik dari salon tersebut.
Pemiliknya senang dengan kedatangan Maizah karena melakukan perawatan seluruh tubuh yang harganya enggak main-main. Kini dia menjadi salah satu pelanggan yang di prioritaskan.
"Iya kak, makasih sudah di kasih diskon." Ucap Maizah.
"Sama-sama, kamu sudah jadi pelanggan di sini jadi harus di kasih diskon." Ucap wanita itu.
"Hahaha... kalau begitu saya pamit ya kak," Pamit Maizah, mobil yang sudah ia pesan sudah datang.
"Iya, hati-hati..."
Maizah melambaikan tangan, lalu masuk ke mobil yang telah memesannya. Perjalanan pulang terasa singkat. Sesampainya di kos, ia mengucapkan terima kasih pada supir. "Terima kasih ya, pak."
Maizah menaiki tangga dengan langkah ringan. Rasanya setelah pulang dari salon tubuhnya terasa melayang, begitu nyaman dan rileks.
Membuka kunci lalu masuk ke kamar. "Aku ngapain ya?" Tanyanya pada diri sendiri, bingung ngapain lagi. Kedua sahabatnya itu pergi ke himpunan.
Kedua sahabatnya sedang sibuk dengan kegiatan himpunan, sementara ia memilih menghabiskan waktu dengan buku dan drama kesukaannya. Ia bukan tipe orang yang suka keramaian. Ketenangan dan kesendirian lebih ia sukai.
"Pasti Arvid masih di pesawat," Ucapnya seraya duduk bersila di atas kasur. Keheningan seketika dipecah oleh rasa bosan yang tiba-tiba menyergap.
"Akhhh bosan....."
Tiba-tiba Maizah terdiam karena ingin jajan. "Mumpung suami lagi enggak ada aku jajan duku deh. Selagi enggak ada yang ngelarang, xixixi...."
Maizah memang di larang untuk jajan sembarangan oleh Arvid. Kenapa enggak kemarin-kemarin ya? Besok kan suaminya sudah pulang. "Ok, lets go!"
Untung saja dia belum mengganti pakaian jadi bisa langsung keluar saja. Maizah hanya berjalan kaki menuju ke sana karena memang dekat dari kosan nya.
Aroma lezat berbagai jajanan langsung menyergap indranya begitu ia sampai di sana. Di sana sudah bejejer gerobak jajanan. Mulai dari pentol, bakso, batagor, cimol, somai, bakso goreng, sempat, gorengan, jus, bakpau dan jajanan lainnya.
"Beli cimol dulu deh," ucapnya melihat penjual cimol yang tidak terlalu ramai.
"Kak, aku mau 20 ribu ya." Pesannya.
"Iya, kak."
Tidak menunggu lama cimolnya pun jadi. "Makasih ya,"
"Kak mau batagor 20 ribu," Ucap Maizah pada penjual batagor.
"Tunggu sebentar ya kak,"
"Iya," Maizah menuju batagor sambil memakan cimol dengan anteng.
"Ini, kak."
Maizah menerima batagornya lalu memberikan uang pas. "Terima kasih,"
Setelh dari sana Maizah berdalih pada penjual bakpau. "Kak, bakpau nya dua rasa coklat."
"Baik, kak. Totalnya 18 ribu kak."
Maizah menyerahkan uang 50 ribu. "Makasih," ucapnya setelah menerima kembalian.
Sekarang Maizah pindah ke penjual sempol. "Kak sempol nya 10 ribu."
"Kak, pentol nya 15 ribu."
"Bakso telurnya telurnya dua ya kak, enggak pakai kuah."
Maizah benar-benar kalap membeli berbagi jenis jajanan yang ada di sana. Senyum puas terpatri do wajahnya pulang membawa berbagai jenis cemilan tanpa khawatir dengan uang.
Nikmat mana lagi yang kau dustakan Maizah....
Tbc.
...Jangan lupa like dan komen agar author lebih semangat lagi ngetik nya...
^^^Mawar Jk^^^