Angkara Afrizal Wijaya, ketua osis yang kehidupannya hampir sempurna. Tetapi, karena kehadiran adik kelas yang sangat menyebalkan. Kesehariannya di sekolah bagaikan neraka dunia.
Dia adalah Alana, gadis gila yang selalu mengejar-ngejar cinta seorang Angkara tanpa kenal lelah. Alana adalah ketua geng motor Avegas.
"Kak Angkasa!"
"Nama aku Angkara!"
"Tetap saja aku akan memanggilmu Angkasa, Angkara Sayang."
Kisah cinta abu-abu pun di mulai! Akankah gadis gila seperti Alana, mampu meluluhkan hati ketua osis galak?
Follow tiktok: Cepen
Ig: tantye005
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 ~ Berhenti membuat masalah di sekolah!
Hari pertama sekolah di sekolah baru tentu saja membuat Alana sedikit canggung, terlebih kali ini ia telah memasuki kandang All Star tanpa diikuti oleh anggotanya. Kalau pun ada hanya hitungan jari dan tak berani berkutik. Secara pemilik sekolah Taruna Bakti tidak lain adalah daddy Devano.
"Woi!" teriakan seseorang dari roftop berhasil menghentikan langkah Alana yang hampir saja melewati pintu sekolah.
Gadis itu seketika mendongak dan menatap Devano berdiri di roftop bersama kedua temannya. Tak ingin mencari ribut ia pun segera berlalu ke ruang guru sesuai permintaan sang daddy.
Ada banyak pasang mata yang memperhatikan Alana. Mungkin karena wajahnya yang cantik dan penampilannya sedikit tomboy tetapi terlihat sangat elegan.
"Ketua Avegas bukan?" tanya seorang cowok yang tiba-tiba mengikuti Alana. "Baru tahu kalau siswa pindahan yang terlibat narkoba itu lo," lanjutnya dan hendak merangkul pundak Alana. Tetapi langsung dicegah oleh Gio yang baru saja datang.
Sama seperti Alana, Gio ikut pindah ke SMA Taruna Bakti karena tidak ingin ketua sekaligus gadisnya berada di kandang All Star.
"Berani lo menyentuh ketua gue, lo mati ditangan gue!" Ancam Gio.
"Kelas banget anjir ancaman lo. Udah kek cowok yang cemburu ceweknya digoda orang lain." Alana tertawa sambil menyiku perut Gio. Bukankah mereka harus mengawali hari dengan tawa meski tahu selanjutnya tidak akan tenang.
Entah ide siapa sehingga kepala sekolah mendaratkan Alana di SMA Taruna bakti.
....
SMA Angkasa ....
Ketidak hadiran ketua mereka di sekolah tentu membuat Roy, Jayden dan Jevian merasa kesepian. Terlebih Alana adalah gadis ceria yang selalu meramaikan suasana dengan segala tingkahnya. Roy yang paling tidak terima ketuanya di pindahkan, dengan lancang menghadang ketua osis di koridor menuju perpustakaan saat jam istirahat.
"Sekarang bagaimana, lo nggak punya pekerjaan lagi setelah menyingkirkan Alana bukan?" tanya Roy.
"Maksud lo apa? Berhenti membuat masalah di sekolah!" Tatapan Angkara tak kalah tajam karena kesal kegiatannya dicegah oleh anak berandal seperti mereka.
"Gue jadi curiga orang yang sebenarnya memfitnah Alana tuh lo!" Tunjuk Roy berapi-rapi. Sejak Angkara berani membentak ketuanya di tengah lapangan ia jadi hilang respek pada Angkara.
"Turunkan tangan lo atau gue patahkan!" Bola mata Angkara bergulir ke bawah, memberikan kode agar Roy segera menurunkan telunjuknya. Tetapi inti Avegas itu tidak mengidahkan, sehingga Angkara bergerak. Menggenggam jari telunjuk itu dan menggeser tulangnya dari tempat semula.
"Kara lo gila woi!" Jayden berusaha melerai melihat ringisan Roy.
"Kalian yang gila!" ucap Angkara dan berlalu pergi. Suasana hati lelaki itu sedang tidak baik-baik saja sekarang, malah dihadang oleh inti Avegas. Bahkan menuduhnya memfitnah Alana. Padahal hal itu tidak akan pernah Angkara lakukan.
Andai saja bukan bujukannya, mungkin Alana telah berhenti sekolah dan berakhir di kantor polisi. Tetapi karena masih ada rasa kemanusiaan di hatinya ia pun mati-matian meyakinkan kepala sekolah menggunakan kekuasaan sang papa sebagai pemiliknya.
"Kara!" panggil Tiara langsung memeluk lengan Angkara, sayangnya langsung ditepis begitu saja.
"Hari ini gue senang banget karena Alana sudah keluar dari sekolah. Kita nggak harus dipusingkan lagi dengan tingkahnya yang diluar nalar," celetuk Tiara penuh senyuman.
"Kara, nanti pulang sekolah kita ke gramedia lagi yuk!"
"Aku nggak bisa." Angkara berjalan cepat.
"Kenapa seakan kamu menghindari aku?" tanya Tiara yang terus berusaha menyeimbangkan langkah dengan Angkara.
Lelaki itu berhenti sejenak, menatap Tiara dari atas sampai bawah lalu membantin. "Karena kamu menyukaiku Tiara, sama seperti yang dilakukan Alana," batinnya.
....
Kantin SMA Taruna Bakti ....
"Seperti biasa, ospek untuk siswa baru," ucap Devano yang langsung duduk di hadapan Gio dan Alana yang sedang menikmati makan siangnya.
Alana memutar bola mata malas, Devano benar-benar orang yang sangat menyebalkan. Andai saja bukan area sekolah, ia sudah memukul lelaki yang membuatnya celaka itu. Tetapi kali ini Alana selalu berpikir seribu kali jika harus bertindak. Ia telah berjanji pada daddynya agar tidak membuat masalah di lingkungan sekolah.
Setidaknya jika tidak bisa memperbaiki nilai, ia harus lulus murni tanpa adanya masalah.
"Mending sekarang lo pergi!" perintah Alana dengan gigi bergemeletuk.
"Ini sekolah gue dan lo nggak punya hak mengusir pemilik sekolah." Devano tersenyum lebar. Seolah meremehkan Alana.
"Belagu lo anjir. Kekayaan bokap kok di umbar-umbar." Alana segera beranjak dari duduknya dan memanggil Gio pergi dari kantin. Meladeni Devano sama saja berurusan dengan orang gila.
"Vano, daddy lo ada di parkiran," bisik salah satu anggota All Star, membuat pergerakan Devano yang hendak mengikuti Alana berhenti.
Lelaki dengan tindik di telinga tersebut segera berlari menuju parkiran untuk menemui daddynya, dan menanyakan ada hal apa sehingga datang ke sekolah di waktu-waktu sibuk seperti ini.
mana dia nggak dkasih anak lagi
kasiaan banget,
seakan disini marwah dito dipertaruhkan