Sequel Pesona Sang Devil
Maidina Aurora seorang gadis cantik yang penurut pada kedua orang tuanya. Sejak pertemuan dengan seorang lelaki tampan dan mempunyai banyak fans. Maidina mulai mengagumi sosok lelaki tampan Sagara Bumi Samudera. Tapi jalan cintanya tak semulus jalan tol, hambatan demi hambatan sering membuat putus asa gadis dengan iris cokelat untuk memperjuangkan cintanya.
Apakah harapan itu akan terwujud. Ikuti cerita Maidina yang berjuang dari jebakan toxic bos nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Najwa Camelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meminta Restu
Happy reading..
Sementara di kediaman Keluarga Nugroho Waluyo. Terlihat jelas di wajah wanita paruh baya yang duduk di sofa ruang keluarga sedang tidak baik-baik saja. Dia sangat menghawatirkan keadaan putrinya yang tak kunjung pulang.
Waktu bergulir dengan cepat. Namun, sang putri Maidina Aurora juga belum ditemukan, walaupun sudah melaporkan ke pihak berwajib. Tubuh sang Mama pun turun beberapa kilogram. Orang tua mana yang tidak memikirkan keadaan putrinya yang menghilang dari rumahnya, sudah beberapa hari tanpa kabar.
Terdengar suara mesin mobil memasuki halaman rumah keluarga Nugroho. Setelah memarkirkan kendaraannya, Bram masuk ke dalam rumah. Kaki jenjang itu menapak di atas bumi dan wanita paruh baya yang sedari tadi menangisi putrinya itu, beranjak ke arah ruang tamu karena mendengar mobil putranya telah datang.
"Bram," panggil sang Mama.
"Assalamu'alaikum, Ma," Bram memberikan salam, lalu mencium punggung tangan Mama dengan takzim.
"Wa'alaikumussalam, bagaimana, apa kamu sudah mendapatkan kabar tentang Maidina, adik kamu?" tanya sang Mama dengan tatapan sayu.
Bram menghela nafas panjang. "Maafkan, Bram, Ma," ucapnya masih menggenggam tangan sang Mama.
"Sampai kapan, Mama harus menunggu di rumah seperti ini, Bram? Sedangkan adikmu di luar sana, tak tahu nasibnya," buliran bening pun tertumpah juga merembes di pipinya yang masih mulus, walaupun usia Mama Maidina tak lagi muda.
"Bram, tahu. Perasaan Mama sekarang ini. Tapi Bram juga sudah mencari Maidina di segala penjuru, mungkin sang alam belum mau mempertemukan Maidina dengan Bram, Ma," ujar Bram merasa bersalah, karena belum dapat menemukan adik perempuannya.
"Mama ingin mati saja, Bram," seloroh wanita paruh baya itu dengan lemas, wajahnya telah memucat.
Kakinya sudah tak kuat lagi untuk menumpang tubuhnya, hingga akhirnya suara itu terdengar.
Brugh..
"Mama," pekik Bram yang terlambat meraih tubuh limbung Mamanya. Selisih beberapa detik saja, namun dengan secepat kilat juga Bram tetap berusaha meraih tubuh Mamanya yang meluncur bebas ke lantai.
Hingga keduanya terjatuh di atas lantai dengan posisi lengan kanan Bram sebagai penumpang kepalanya Mamanya.
Beberapa menit kemudian, terdengar suara ramai orang yang berlari masuk ke dalam rumah. Berlalu lalang membantu Mama Maidina yang terjatuh bersama Bram. Hingga kebisingan itu berubah menjadi keheningan sesaat.
-
-
Hari yang sama di rumah Keluarga Daniel.
Simon mendesis. "Dasar anak bodoh!"
Laki-laki itu menggerutu sendiri seraya mendudukkan pantatnya di gazebo samping rumahnya. Dia baru saja melampiaskan kemarahannya kembali dengan membanting perabot yang ada di ruang keluarganya.
Dia mengambil sebatang rokok dari dalam bungkusnya, mengambil korek api untuk menyalahkan rokok. Lalu menghisapnya perlahan-lahan dan menghembuskannya asap pembawa nikmat itu.
Sedangkan wanita paruh baya yang sedari tadi hanya bisa memperhatikan dari jauh itu, sudah bisa menebak apa yang terjadi pada suaminya.
Jika sang suami belum bisa mewujudkan keinginannya, pasti dia akan menghancurkan yang ada di sekitarnya, tanpa memperdulikan siapa pun.
"Ma.. Mama..!" teriak Simon dari gazebo tempatnya duduk mencari angin.
Sang istri berjalan tergopoh-gopoh menuju ke arah gazebo di samping rumah.
"Iya, Pa," jawabnya sambil terus mendekat ke arah suaminya yang sedang menghembuskan asap rokok dari hidung dan mulutnya.
"Sudah kamu datangi perempuan mura_han itu?" tanya Simon tegas.
"Aku sudah datang ke apartemen Daniel, tapi perempuan itu tidak lagi di sana," Mama Daniel mengatakan apa yang dilihatnya waktu itu.
"Maksud kamu--," Simon menjeda ucapannya.
"Mama sudah ke sana, Pa. Tapi Mama tidak menemukan perempuan itu di dalam apartemen Daniel," sang Mama menjelaskan ulang pada sang suami.
"Hmm.." hanya jawaban itu yang keluar dari bibir Simon. "Terus bagaimana Daniel? Sudah memutuskan perempuan itu, belum?" cerca Simon.
"Kalau itu, Mama belum tahu jawabannya, Pa. Tapi Mama juga sudah berbicara pada Daniel tentang hubungannya dengan Keysa yang Papa tentang."
"Hufft.." Simon mengeluarkan nafas berat. "Masa semua harus aku yang turun tangan!" hardik Simon.
-
-
-
"Terimakasih, Mas Bumi," ucap Maidina menerima minuman botol yang diberikan oleh Sagara dan langsung membuka tutup botolnya, lalu menyesapnya.
Terasa segara tenggorokannya teraliri air dingin dari botol mineral itu.
"Nih ada cemilan juga, mau?" Sagara menawarkan pada gadis yang duduk berdampingan dengannya di bangku taman dengan memandang danau teratai.
Maidina hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban yang ditawarkan Sagara.
Sagara membuka kemasan kripik kentang yang diberikan pada Maidina. Gadis itu menerimanya, kemudian mencomot dua biji kripik kentang dari bungkusnya, lalu memasukan ke dalam mulutnya.
"Enak?" tanya Sagara mencoba mencairkan suasana yang hening sesaat.
"Enakin aja," ucap Maidina pada Sagara tetapi dengan mata yang tak melihat ke arahnya.
"Kok enakin aja? Terpaksa jawabnya, nggak ikhlas gitu," Sagara berusaha mengajak bercanda Maidina.
"Enggak terpaksa juga," ujar Maidina sambil tetap mengunyah keripik kentang yang baru dicomotnya kembali. "Kan lumayan, barang gratis. Tinggal makan tanpa harus bayar."
Jawab Maidina lagi, tanpa melihat ke arah pria yang mengajaknya berbicara.
"Nakal," Sagara mentoel ujung hidung Maidina dengan gemas.
"Idihh.. Siapa juga yang nakal!" Maidina langsung ngegas.
"Hahaha.." Sagara tertawa lepas. "Aku suka kamu yang begini, daripada tadi cemberut terus," Sagara menirukan ekspresi Maidina yang lagi cemberut dengan bibir monyong lima senti.
Hening kembali.
"Maafkan, Papa tadi, ya," Sagara akhirnya mengatakan kata maaf kembali pada Maidina.
"Tuan Giordan tidak bersalah," jawab Maidina lalu menghirup oksigen dengan rakus untuk mengisi rongga dadanya yang tiba-tiba menyesakkan.
Tatapan lurus ke arah danau teratai yang terlihat tenang airnya.
"Wajar saja jika Tuan Giordan menginginkan pasangan yang terbaik buat putra semata wayangnya. Karena setiap orang tua tidak menginginkan sesuatu yang buruk terjadi pada pernikahan anaknya. Untuk itu, Papa dan Mama, Mas Bumi pasti sudah ada calon pendamping yang terbaik buat Mas Bumi," Gadis itu menghela nafas panjang kembali. Dan menahan buliran kristal yang akan menerobos pertahanannya.
"Hmm.." Sagara mengambil nafasnya dengan dalam dan mengeluarkannya secara perlahan. Namun, dia tetap bergeming tidak membantah ucapan gadis yang duduk di sebelahnya itu. Dia hanya sebagai pendengar saja saat ini. Waktunya untuk berbicara belum saatnya.
"Ataukah memang gadis seperti aku tidak boleh memiliki mimpi yang tinggi, ya?" tanya Maidina dengan suara bergetar.
"Siapa yang bilang?" hanya itu jawaban Sagara.
"Aku, barusan. Apa Mas Bumi tidak mendengarkannya?" Maidina melotot kesal pada Sagara. Dia merasa sedari tadi ucapannya tidak didengar oleh pria yang duduk di sampingnya.
"Itukan kamu sendiri yang mengucapkannya. Tidak dengan aku," ujar Sagara menatap gadisnya.
"Tapi tidak dengan Tuan Giordan, Papa, Mas Bumi," isak Maidina meledak juga.
"Perasaan Papa tadi tidak bilang begitu?" Sagara tersenyum tipis memandang Maidina.
"Iya, tadi Tuan Giordan bilang begitu!" teriaknya.
"Jika Papa dan Mamaku, tidak memberikan restu pada hubungan kita itu terserah mereka. Tapi jika aku tetap ingin memperjuangkan hubungan kita ini, bagaimana dengan kamu? Apa berani kamu pulang, meminta restu pada kedua orang tuamu?" tanya Sagara beranjak dari duduknya dan berpindah berjongkok di depan Maidina.
"Hmmm.. Aku--" Maidina tak dapat menjawab pertanyaan Sagara yang di luar perkiraannya itu.
"Takut, ya?" goda Sagara.
💖💖💖💖
tar dulu ...saya ingat ingat siapa yang nyanyi nih .
goliath bukan ya???
kalau salah ya ...maaapppp 😅😅😅
Tapi ...entah kalau udah merit entar. apakah akan melakukan pillow talk seselum tidur dengan penuh kelembutan atau tetap datar ??
😅
dukun bertindak , Mai ....
😅😅😅😅
maidina n Sagara tuhh bnran sdra apa bukann🤔🤔
kaloo sodaraa brrti cinta Meraka terlarang donkk🤔🤔
😍😍
Ditambah usahanya dong sagara.... dengan menggemakan cintamu di sepertiga malam
semangat, Gara
Daniel emang bodoh .... bisa bisanya dia melepaskan Mai .
Mai sangat baik kondisinya.
Mai juga sangat terlindungi keadaannya.
Hanya saja Mai sangat kerepotan menghadapi Bosnya yang aneh 😅😅😅
ko kumplit bangeddd tools nya
kebiasaan sarapan pakai menu pecel mendoan dan makannya pakai tangan 😅😅😅
tapi jangan lupa pesan bapak ibu guru....
cuci tangan pakai sabun sebelum makan
😁😁😁