NovelToon NovelToon
Terpaksa Kawin Kontrak

Terpaksa Kawin Kontrak

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Biqy fitri S

Elzhar Magika Wiratama adalah seorang dokter bedah kecantikan yang sempurna di mata banyak orang—tampan, disiplin, mapan, dan hidup dengan tenang tanpa drama. Ia terbiasa dengan kehidupan yang rapi dan terkendali.

Hingga suatu hari, ketenangannya porak-poranda oleh hadirnya Azela Kiara Putri—gadis sederhana yang ceria, tangguh, namun selalu saja membawa masalah ke mana pun ia pergi. Jauh dari tipe wanita idaman Elzhar, tapi entah kenapa pesonanya perlahan mengusik hati sang dokter.

Ketika sebuah konflik tak terduga memaksa mereka untuk terjerat dalam pernikahan kontrak, kehidupan Elzhar yang tadinya tenang berubah jadi penuh warna, tawa, sekaligus kekacauan.

Mampukah Elzhar mempertahankan prinsip dan dunianya yang rapi? Atau justru Azela, dengan segala kecerobohan dan ketulusannya, yang akan mengubah pandangan Elzhar tentang cinta?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biqy fitri S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aluna

Setelah Rossa pergi, Azel memutuskan untuk langsung mendatangi klinik Elzhar. Karena tidak sabar ingin mencertiakan apanyang terjadi. Namun Sejak tadi ia sudah mencoba menelpon suaminya berkali-kali, namun tak ada satu pun jawaban.

“Mungkin dia sedang ada pasien,” gumam Azel sambil menarik napas panjang, lalu segera memesan taksi online menuju klinik.

Sementara itu, Elzhar justru tidak berada di klinik. Ia tengah berolahraga di gym, berlari di atas treadmill. Keringat menetes deras, tubuhnya fokus, hingga tiba-tiba seorang wanita menghampiri.

“Hai, L. Sendiri aja? Kemana istri lo?” suara itu terdengar penuh sindiran.

Elzhar menoleh sekilas. Sosok itu adalah Aluna. Ia hanya menghela napas, memilih diam.

Aluna terkekeh, matanya berkilat penuh tantangan.

“Lo lucu, L. Segitunya kah lo nggak bisa move on dari gue, sampai-sampai bikin pernikahan kontrak?”

Elzhar terhenyak. Tangannya refleks menekan tombol treadmill hingga berhenti. “Maksud lo apaan?!” tanyanya dengan nada dingin.

“Oh, ngga ya? Sorry L, gue kira lo nikah boongan…” sahut Aluna santai sambil menyeringai.

Elzhar menggeleng keras, enggan memperpanjang. Tanpa sepatah kata pun, ia turun dari treadmill lalu berjalan ke ruang bilas. Ponselnya tertinggal begitu saja di alat gym.

Tak lama, ponsel itu berdering. Nama Azel tertera jelas di layar.

Aluna tersenyum licik, lalu dengan sengaja mengangkatnya.

“Halo, L? Lo di mana? Gue lagi otw ke klinik lo,” suara Azel terdengar terburu-buru.

Aluna mengangkat alisnya, nada manis namun penuh racun terdengar dari bibirnya.

“Oh, maaf… ini aku, Aluna. Kebetulan Elzhar lagi mandi.”

Hening sejenak.

Azel membeku. Kata-kata itu menggema di telinganya.

Mandi? Aluna? Elzhar di mana? Mereka lagi apa?

Dadanya sesak, otaknya penuh bayangan buruk. Dengan tangan gemetar, ia langsung menutup panggilan.

Aluna tersenyum puas. Senjata kecilnya berhasil menancap di hati Azel.

Beberapa menit kemudian, Elzhar keluar dari ruang ganti, segar dengan pakaian bersih. Saat membuka pintu mobilnya, tiba-tiba Aluna sudah duduk di kursi penumpang tanpa izin.

“Lo ngapain?!” bentaknya.

Aluna hanya tersenyum tenang.

“Tenang aja. Hari ini jadwal gue kontrol kan di klinik lo? Jadi sekalian aja gue nebeng. Oh ya, ini tadi ponsel lo ketinggalan.” Ia menyodorkan ponsel itu.

Elzhar mendengus, malas berdebat. Ia meraih ponselnya lalu menyalakan mesin mobil, melajukan kendaraan menuju klinik. Suasana hening, tak ada percakapan selama perjalanan.

Sesampainya di klinik, Elzhar turun. Namun langkahnya terhenti ketika ia melihat Azel sudah berdiri di depan pintu klinik. Mata istrinya lurus menatap ke arah mereka berdua yang turun dari mobil yang sama.

Jantung Elzhar terjun bebas. Ia tahu Azel pasti salah paham. Dan lebih buruk lagi, ia bisa merasakan luka di mata istrinya.

“Azel…” panggil Elzhar pelan, penuh penyesalan.

Namun Azel tak menjawab. Kata “mandi” yang tadi ia dengar dari mulut Aluna terus berputar di kepalanya. Dada terasa sesak, pikirannya berantakan.

Saat itu juga, Divo muncul baru saja keluar dari mobilnya. Azel refleks menghampirinya, lalu dengan cepat meraih kunci mobil dari tangan sahabat Elzhar itu.

“Eh—eh, mobil gueee! Baru gue cuci, Zel! Jangan dibawa kabur!” Divo heboh berteriak.

Namun Azel sudah melajukan mobil itu tanpa menoleh ke belakang.

“Azel! Azellll!” Elzhar panik, berlari mencoba mengejar.

Hanya suara deru mesin mobil yang menjauh, meninggalkan Elzhar dengan rasa bersalah dan ketakutan yang menghantam keras di dadanya.

Tangannya bergetar di atas setir. Nafas Azel terengah, matanya berkaca-kaca. Mobil terus melaju, tapi pikirannya jauh lebih cepat berlari.

Aluna… mandi… sama Elzhar…

Kata-kata itu menusuk seperti pisau.

“Kenapa, L… kenapa harus sama dia?” lirih Azel, suaranya bergetar.

Air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan. Bayangan wajah Elzhar bercampur dengan tawa licik Aluna di kepalanya. Semuanya membuat dadanya terasa sesak, seakan tak ada ruang lagi untuk bernapas.

Azel menggenggam erat setir, mencoba tetap fokus di jalan. Tapi emosinya terlalu kuat. Ia menepuk dadanya sendiri, mencoba mengusir rasa sakit itu.

“Gue bego banget… kenapa gue harus melibatkan perasaan sama dia ?” tangisnya pecah.

Tiap kali ia teringat Elzhar turun dari mobil bersama Aluna, hatinya seperti diremas. Rasa cemburu, sakit hati, dan kecewa bercampur jadi satu.

Namun, di sela-sela isakannya, hatinya juga berteriak lirih.

Jangan-jangan gue salah paham? Jangan-jangan cuma kebetulan?

Azel menggigit bibirnya keras. “Tapi… kalau gitu, kenapa Aluna yang jawab telepon gue? Kenapa dia bilang L lagi mandi?”

Pertanyaan itu menggantung, menambah perih yang ia rasakan.

Tangisnya semakin deras. Mobil yang ia bawa melaju kencang, seolah menyalurkan semua emosi yang membuncah di dadanya.

“Ya Tuhan… hati gue nggak kuat…” ucap Azel, wajahnya basah.

“Arghhhhhhhhhh!” teriak Elzhar frustasi, dadanya naik turun penuh amarah. Ia langsung menyalakan ponselnya, menelpon Azel berkali-kali. Tak ada jawaban. Jari-jarinya gemetar saat membuka aplikasi pelacak ponsel Azel. Begitu titik lokasinya muncul, tanpa pikir panjang ia bergegas masuk ke mobil.

Belum sempat menutup pintu, Divo dan Aluna ikut masuk.

“Kalian ngapain masuk?! Keluar sekarang!” bentak Elzhar, wajahnya tegang.

“Heh, L! Gue mau ambil mobil gue! Itu mobil gue baru dicuci, woy!” Divo memelas.

“Aku ikut biar bisa bantu jelasin ke Azel, biar dia nggak salah paham terus,” timpal Aluna dengan nada manis penuh siasat.

Elzhar menggeram, mengembuskan nafas berat. Sial! Kalau gue buang mereka sekarang, malah buang waktu! Akhirnya ia tancap gas, memacu mobil secepat mungkin mengikuti titik ponsel Azel.

Dua jam perjalanan penuh ketegangan. Pikirannya terus dihantui wajah Azel yang menangis.

Hingga akhirnya, mobil berhenti di dekat pantai. Dari jauh Elzhar melihat mobil Divo terparkir. Divo langsung sibuk mengelilingi mobilnya, memastikan tidak ada lecet.

Sementara itu, Elzhar berlari menyusuri pasir. Dan di sana… ia melihat Azel, duduk sendiri menatap laut, rambutnya tertiup angin, wajahnya sembab.

“Azellll!!!” teriak Elzhar. Ia langsung memeluknya dari belakang, seolah takut kehilangan selamanya.

“Lepasin, L…” suara Azel bergetar. “Gue bisa jelasin semua ini… lo cuma salah paham,” ucap Elzhar, memeluk lebih erat.

Azel mencoba melepaskan, memukul pelan lengannya. “Kenapa harus sama dia, L? Kenapa Aluna yang angkat telpon gue… bilang lo lagi mandi? Gue nggak ada hak marah, gue tau kita cuma pura-pura… tapi hati gue… nggak bisa bohong.” Suaranya pecah, air mata jatuh membasahi pipi.

Elzhar menahan wajahnya, menatap dalam. “Zel, dengerin gue! Gue ketemu Aluna nggak sengaja di gym, hari ini jadwal dia kontrol. Mobilnya di bengkel, dia nebeng. Ponsel gue ketinggalan di alat gym, dia sengaja bikin lo salah paham. Jangan percaya dia, Zel. Percaya gue.”

Azel terdiam. Sesak di dadanya belum hilang, tapi tatapan mata Elzhar penuh ketulusan. “Yaudah, L… gue nggak papa. Toh lo bebas, mau sama siapa aja… gue nggak berhak larang…” suaranya parau, nyaris berbisik.

Belum sempat Azel menyelesaikan kalimatnya, Elzhar langsung menarik wajahnya dan mencium bibirnya dengan dalam. Ciuman yang penuh dengan rasa takut kehilangan, penuh luapan emosi yang tak pernah ia tunjukkan sebelumnya.

Azel terkejut, air matanya kembali mengalir. Tapi perlahan, matanya terpejam, tubuhnya melemas dalam pelukan hangat Elzhar.

“Jangan pernah bilang lo nggak berhak, Zel… lo istri gue. Jangan pernah mikir yang engga engga yaa.” Elzhar berbisik di sela-sela ciuman mereka, memeluk Azel semakin erat seolah ingin menahannya selamanya.

1
a
waduhh pantesan pas azel datang kerumahnya matanya jelalatan .. ehhhh emang tukang selingkuh ternyataaa 🤣🤣
a
awwww.... elzhar sudah tidak bisa menahannya 🤗🤗
Bie_Fitris: tapi sayang mereka hanya saling menyimpan moment itu 🤭🤭🤭
total 1 replies
atik
bagus
Bie_Fitris: terimaksih 😍
total 1 replies
mhmmdrzcky
cepet update kak aku udah nunggu/Drool/
Bie_Fitris: asiappp selalu update Setiap hari 😊
total 1 replies
Isma Fitri
bagus banget ceritanya 😍🤩
Bie_Fitris: terimakasih ☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!